Daerah yang Gawin tinggali merupakan daerah dengan curah hujan paling tinggi di negara itu. Tempat dengan banyak bukit berselimut dedaunan hijau, serta tebing terjal yang menghubungkan daratan dan lautan. Tak jarang tebing-tebing terjal itu digunakan sebagai ajang untuk memacu adrenalin. Para pelancong terkadang melompat dari atas tebing untuk bisa mencapai laut lepas tanpa satu pun alat pengaman yang mereka pakai.
Ada banyak jalur yang belum bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda empat, sehingga mayoritas penduduknya memiliki setidaknya satu unit kendaraan roda dua dengan modifikasi ban khusus medan yang sulit dijangkau.
Tempat itu cocok untuk mereka yang menginginkan liburan dengan suasana damai, atau untuk mereka yang ingin bersembunyi dari hiruk pikuk peradaban ibu kota.
Sore itu, Gawin ingin menjelajahi hutan. Luke memaksa untuk ikut tapi Gawin menyuruhnya untuk tetap tinggal di rumah untuk menyiapkan makan malam.
Luke menurut bukan karena ia patuh begitu saja, ia diam-diam meminta Joss untuk mengikuti dan mengawasi Gawin.
Jalanan yang basah setelah hujan semalaman ditambah beberapa jam siang tadi, dipagari pepohonan rindang menghantarkan aroma segar pada paru-paru Gawin yang memilih untuk mengayuh sepeda daripada menerima tawaran Luke untuk mengeluarkan motor dari garasi mereka. Di sepanjang jalan, alpha itu beberapa kali berhenti untuk sekedar menghirup aroma basah dari jalanan atau menikmati percikan air dari dedaunan yang belum kering kala tersapa angin.
Setibanya di rumah terakhir sebelum memasuki hutan, Gawin memarkir sepedanya di halaman rumah itu. Sudah biasa bagai para turis yang ingin berjalan kaki di area itu untuk menitipkan kendaraan mereka disana.
"Tidak perlu mengikutiku diam-diam, aku bisa mengenali pheromonmu." Ucap Gawin setelah memasuki gerombolan besar pepohonan.
"Ck! Harusnya kamu katakan itu sejak tadi. Menyebalkan sekali harus mengendap-endap sambil mengatur jarak denganmu." Joss yang mulanya bersembunyi di balik pohon besar menghampiri Gawin dengan raut jengkel.
"Kamu benar-benar berpikir aku tidak menyadari keberadaanmu?" Tanya Gawin heran.
"Actingmu bagus sejak tadi. Aku terkecoh."
Gawin tersenyum kecil mendengarnya. Ia terus melangkah, memastikan kakinya menjejak di tempat yang benar agar tidak berakhir terpeleset atau terjatuh. Sementara Joss mengekor memperhatikan langkah Gawin dan langkahnya sendiri.
Mereka berjalan masuk ke dalam hutan, melintasi pohon-pohon besar yang membuat cahaya matahari harus berusaha keras untuk menerobos masuk di beberapa bagian.
Selang beberapa waktu, mereka tiba di pinggir tebing. Di belakang mereka rimbun hutan mengepung penglihatan, namun di hadapan mereka laut lepas dengan langit yang luas membebaskan arah pandang.
Keringat yang menyertai perjalanan mereka perlahan menghilang tersapa angin.
Gawin merentangkan tangannya, membiarkan angin menyapa permukaan kulit. Matanya terpejam demi menikmati udara yang berlomba memasuki rongga pernafasan.
"Baiklah, tempat ini sepadan dengan lelah yang kita rasakan untuk sampai disini." Puji Joss melihat langit mulai memberi matanya warna jingga yang cantik.
Cukup lama mereka membiarkan irama desir angin dan deburan ombak mengisi celah diantara mereka. Mereka hanya duduk bersisian hampir tanpa jarak.
"Aku tidak pernah berniat meniduri Urassaya meski aku mencintainya." Tiba-tiba Gawin melontarkan kalimat bernada pembelaan.
"Hah?" Joss yang sibuk mengagumi panorama yang tersaji di hadapannya terkejut.
Sepertinya terjebak bersama di tempat pengasingan dimana tak ada yang benar-benar mereka kenal membuat Gawin merasa Joss cukup dekat untuk mengetahui apa yang memenuhi kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall For You
Fanfiction"kalaupun kita saling mencintai, apa darah yang mengalir di tubuh kita bahkan merestui?" Visual dan nama dari semua tokoh diambil hanya untuk kepentingan cerita yang bersifat fiksi, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata apalagi bermaksud menj...