Joss Wayar pikir ia akan langsung diantar ke istana. Dadanya berdegup begitu ia memasuki mobil hitam dengan beberapa pria berjas senada membungkuk sebelum membukakan pintu mobil di bandara. Sepanjang perjalanan ia bersiap berhadapan dengan Mew Suppasit untuk kali kedua, dengan posisi berbeda.
Ia menerka kemungkinan langkah yang akan diambil mertua raja dan pria yang mereka sebut sebagai ayahnya -Zeus Jongcheveevat- untuk membalas kekejaman sang raja.
Yang pasti, itu tak jauh dari perebutan posisi pangeran mahkota yang sebenarnya masih kosong mengingat Metawin tidak memenuhi syarat.
Posisi Joss dan Gawin seimbang mengingat mereka sama-sama memiliki separuh darah Jongcheveevat, separuh lagi rakyat jelata. Tersisa bagaimana dua orang tua yang mengundangnya 'pulang' memanipulasi kasus Urassaya untuk menekan Raja agar secara otomatis ia jadi satu-satunya yang bisa menduduki tahta.
Tapi, Urassaya tetaplah cucu Tuan Suppapong, Joss tidak tahu apa yang orang tua itu pikirkan jika sampai raja bersikeras mendudukkan Gawin di atas tahta, lalu nama Urassaya yang sudah berpulang akan jadi cemoohan seluruh negeri.
Hubungan sedarah, bunuh diri, terlalu menyakitkan untuk dijadikan batu pijakan bahkan jika itu tentang menajdi orang nomor satu di negeri itu.
"Kita sudah sampai, yang mulia." William yang duduk di sisi supir menyadarkan Joss dari lamun panjangnya.
Joss menelisik ke luar jendela dan tempat itu asing. Mereka berada di depan sebuah bangunan besar tiga lantai yang bagian luarnya didominasi warna hitam putih. Halaman luas dengan rumput hijau, satu dua pohon dan sedikit bunga mawar beberapa bagian.
Itu bukan istana.
"Ini rumah siapa?" Tanya Joss enggan turun.
"Ini kediaman Tuan Suppapong, yang mulia. Tuan Suppapong dan Tuan Zeus sudah menunggu di dalam."
Joss menghembuskan nafas, berusaha membuang beban di dadanya yang jujur saja ia sendiri tak tahu apa yang membuatnya berat.
Ketika keluar dari mobil, Joss melihat di belakang mereka istana berdiri kokoh beberapa kilometer, lebih tinggi dari bumi yang mereka pihak.
Rupanya bangunan di hadapannya adalah salah satu bangunan yang memagari istana secara tidak langsung. Di belakang mereka ada istana, sedangkan di sisi lain ada hamparan kota.
Begitu memasuki pintu depan, Joss disambut wajah cerah pemilik bangunan.
"Selamat datang, calon penerus tahta." Tuan Suppapong sumringah sementara pria lain duduk memperhatikan.
Well, Joss mematung bukan karena gugup bertemu dengan dua orang berdarah ningrat, melainkan ia ingin terbahak mendapati dirinya berada di tempat itu, bersama orang-orang itu.
Pria yang duduk beberapa langkah di hadapannya pastilah Zeus, alpha dominan yang diklaim sebagai ayah kandungnya.
Wajahnya tak jauh beda dengan Mew Suppasit. Dalam sekali lihat orang-orang akan lngsung bisa mengenali bahwa Mew dan Zeus punya hubungan darah.
Bahkan sisi iblis dari dua bersaudara ini lumayan mirip. Satu kejam, satu lagi tak bertanggung jawab dan pengecut.
Bukankah seharusnya Zeus memeluknya dan minta maaf dengan air mata bercucuran seperti dalam adegan film? Nyatanya, ia duduk santai dengan tatapan acuh.
Keparat itu, Tanada seharusnya tidak jatuh pada pesona palsu!
Joss duduk di hadapan mereka tanpa menunggu tuan rumah mempersilakan. "Katakan garis besarnya padaku, apa yang harus aku lakukan untuk membuat Mew Suppasit turun dari tahtanya sesegera mungkin? Kalau memungkinkan, aku ingin dia hidup di penjara sampai ajalnya tiba. Ibuku sudah lama pergi, aku mulai bisa terima. Tapi seharusnya dia tidak menyentuh keluargaku yang lain, yang bahkan tidak punya urusan dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall For You
Fanfiction"kalaupun kita saling mencintai, apa darah yang mengalir di tubuh kita bahkan merestui?" Visual dan nama dari semua tokoh diambil hanya untuk kepentingan cerita yang bersifat fiksi, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata apalagi bermaksud menj...