Engagement

233 20 2
                                    

Papa melarangmu menikahi siapapun jika tujuannya bukan kebahagiaanmu." Suara Kana bernada frustasi namun dibuat seolah-olah ultimatumnya akan memberi impak besar.

Raja memberi Gawin ijin untuk bicara dengan Kana setidaknya sekali, untuk memberitahu soal rencana pertunangannya dengan omega pilihan raja.

"Krist omega yang baik dan penurut, Papa akan menyukainya." Ujar Gawin.

"Baik tidak selalu berarti bisa memberimu kebahagiaan, sayangku."

"Aku tahu. Tapi untuk saat ini, itulah yang terbaik."

"Sayang, sejak kau ada dalam perut papa, yang papa pikirkan hanya bagaimana kau bisa hidup seperti yang kau mau. Kau akan hidup dengan bahagia tanpa perlu berperang dengan siapapun. Kau akan bebas menjadi apapun dan memilih pasanganmu, lalu kau punya anak-anak yang lucu, tanpa tekanan."

"Tidak ada yang menekanku, papa. Semua berjalan sesuai persetujuanku."

Kana terdengar membuang nafas berat.

"Gawinku, apa yang kau cari? Apa alpha itu begitu berharga untukmu sampai kau semarah ini dan memutuskan menghancurkan dirimu untuk membalasnya? Apa kau sangat mencintainya?"

Gawin tak menjawab.

Jika orang lain yang bertanya, mungkin ia bisa menyangkal dengan cepat. Tapi itu Kana, orang yang mengandung dan mempertaruhkan diri untuk menjaganya tetap hidup. Gawin kehilangan energi untuk berbohong.

"Kalau kau begitu terluka, pulanglah pada papa. Daripada menempatkan dirimu dalam situasi seperti itu, lebih baik kau mengeluh pada papa. Papa sedih kau harus menikahi seseorang untuk kekuasaan."

"Maafkan aku."

"Pulanglah, sayang. Biarkan papa yang urus apapun yang kau tingalkan di sana. Papa hanya ingin putra papa pulang."

"Maafkan aku."

.
.
.


Ballroom istana kembali meriah malam itu. Lampu-lampu dipasang disepanjang jalan hingga di seluruh ruangan. Bagian depan Istana didekorasi dengan warna putih dengan sedikit aksen merah. Aksesorisnya didominasi warna putih, dengan mawar merah menjadi pemanis di seluruh ruangan.

Joss meneguk gelas ketiga wine yang disediakan pelayan. Ia bersandar pada dinding di satu sudut, tak peduli orang-orang menatapnya aneh dan takut.

Siapapun akan tahu kalau ia sedang stress.

Acara tukar cincin antara Gawin dan Krist baru saja usai. Tepuk tangan meriah, rona bahagia di wajah sebagian orang, juga wajah Gawin yang bersinar dengan balutan jas putihnya, bahkan genggaman alpha itu di tangan Krist seperti racun yang mengambil kesadaran Joss untuk berpura-pura bahagia demi citra dirinya.

Apa yang begitu istimewa dari seorang omega dengan perawakan kecil dan tampak bodoh itu sampai Gawin keluar dari traumanya lalu bersedia menjalin hubungan serius?

Bersama Joss, bahkan Gawin tak mau mengakui perasaannya, lebih-lebih memperjelas statusnya.

"Aku bisa menghiburmu kalau kau mau, tuanku."

Gemuruh di dada Joss makin menjadi-jadi dengan Metawin yang tak henti mengekor dan menggodanya. Tak bisakah ia marah dan cemburu tanpa gangguan?

"Bisakah kau tutup mulutmu dan bawa pergi pheromon anehmu itu enyah dari hadapanku? Aku tidak bisa selalu bersabar, Metawin Jongcheveevat!" Geram Joss dengan suara ia tekan sebisa mungkin agar tak terdengar telinga lain.

"Lebih baik kau saja yang bawa dirimu dan pheromon bodohmu itu pergi dari tempat ini. Tamu-tamu di sini cukup pintar untuk memahami apa yang sedang kamu pikirkan. Kau seperti selebaran yang bertebaran di jalan dengan informasi lugas!" Ganti Metawin yang mendesis, meski dengan mimik tenang.

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang