Finding Krist -3

365 29 6
                                        

"Aman, dia aman bersama orangku. Yang harus kau lakukan adalah mencari siapa yang membuat Boston meregang nyawa di jalanan seperti itu."

"Syukurlah...jaga dia baik-baik. Aku akan menjemputnya besok. Pastikan dia tidak berkeliaran tanpa pengawasan."

Tepat saat saluran telpon terputus, pintu rumah Kana bersuara, seseorang datang.

Kana menyambut kepulangan putranya dengan Rona suka cita dan rindu luar biasa. Begitu Gawin masuk, ia menghambur ke pelukan putranya tanpa malu.

"Papa pikir papa tidak akan bisa memeluk putra papa lagi." Ucapnya sarat kelegaan.

"Papa, Boston-" Mata Gawin berkaca-kaca mengingat orang yang banyak menemaninya di masa sulit pergi persis di depan matanya.

"Aku sudah mendengarnya. Sayang sekali dia harus meninggalkan dunia ini dengan cara seperti itu." Sergah Kana sedih.

"Dia benar-benar mati?"

Kana mengangguk. Ia menepuk pundak putranya untuk penghiburan.

"Tenanglah, sayang. Itu kecelakaan yang tidak bisa hindari. Kita hanya bisa mendoakannya."

"Dia bersama kita begitu lama. Meskipun dia bekerja untuk Mew Suppasit, tetap saja dia sudah seperti keluarga."

"Papa tahu. Kita akan menghadiri acara pemakamannya besok. Ya Tuhan syukurlah kau tak ada di mobil itu." Kana bergidik.

Gawin menatap Papanya aneh. Apa karena Boston bukan orang yang bersumpah setia padanya jadi Kana tak terlihat sedih?

"Papa tidak sedih Boston pergi tiba-tiba seperti ini?"

"Papa sedih, tapi apa gunanya? Kita tidak bisa mengulang waktu untuk membatalkan kecelakaannya. Yang paling penting untuk papa sekarang adalah kau selamat. Ngomong-ngomong, Kau lapar? Papa meminta seorang Koki memasak untukmu. Katakan apa  kau ingin makan sekarang atau ada yang ingin kau lakukan."

Gawin tidak paham bagian mana yang aneh, tapi ia rasa dirinya harus beradaptasi dengan sikap Kana agar waktunya tak terbuang percuma.

"Aku akan makan. Kurasa waktu kita untuk bersama tidak banyak sebelum kembali ke istana."

"Baiklah. Ayo duduk dan mengobrol." Kana menuntun Gawin ke meja makan.

Keduanya menghabiskan hidangan diselingi obrolan ringan.

Dan itulah masalahnya.

Gawin mengira akan mendapati papanya meradang atau memohon agar ia segera keluar dari istana. Tapi yang ia dapati adalah Kana yang antusias dengan segala kisah yang ia ceritakan. Tak ada sedikitpun gelagat sedih, marah, atau emosi lain yang harusnya muncul setelah ditinggalkan begitu saja. Minimal, Kana harus menegur keputusan gila Gawin.

Gawin tidak bisa menebak apapun soal Kana.

"Setelah ini, mau temani Papa minum di luar?" Tanya Kana saat hidangan diangkat dari meja.

"Aku ingin istirahat di kamarku sebentar. Lagipula, aku harus kembali sebelum fajar besok, dan ini masih siang. Bisakah kita pergi minum sore nanti?" Tawar Gawin.

"Baiklah, kau boleh melakukan apa yang kau mau. Tapi sebelum itu, berikan pelukan pada Papa." Kana berdiri lantas merentangkan kedua tangannya.

"Kita sudah berpelukan tadi."

"Jangan jadi pelit seperti itu. Memeluk papa sekali lagi tidak akan membuatmu kehilangan apapun," rengek Kana.

Gawin menghampiri Kana lalu merengkuh orang yang melahirkannya dengan erat hangat.

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang