Setelah menempuh satu jam perjalanan, Joss memarkir mobilnya di area parkir salah satu gedung sembilan lantai dengan dedaunan di bagian atapnya. Letaknya tidak jauh dari Skylight jika saja tidak ada bangunan lain yang mengharuskan perjalanan antara hotel dan perkantoran itu memutar.
"Jadi ini milik sepupumu?" Tanya Joss.
Metawin mengangguk seraya melepas seatbeltnya.
"Pemilik hotel ini adalah cucu Kakek dari anaknya yang lain, hasil hubungannya dengan seorang istri muda, kita bisa menyebutnya selir."
Joss mengangguk paham. Memiliki banyak istri adalah hal biasa untuk para bangsawan, apalagi jika ia adalah orang terkuat di bawah raja dahulu. Para omega dan perempuan tentu saja ingin dimanja dengan harta dan hak istimewa.
Joss bersyukur ia tidak tampil terlalu formal. Hanya celana panjang dan kemeja hitam yang ia biarkan terbuka kancing atasnya dengan bagian lengan yang ia lipat hingga siku. Ia sempat ingin memakai jas mengingat hotel yang mereka tuju tergolong mewah, tapi ia urungkan. Benar saja, Metawin malah tampak santai dengan atasan rajut berwarna merah jambu.
Mereka disambut sederet pegawai dan manager dari hotel tersebut tepat di pintu masuk.
"Kami sangat tersanjung mendapat kunjungan dari yang mulia putra mahkota." Semua menunduk, memberi hormat serentak.
"Di mana Prem? Aku sudah bilang padanya agar tidak membuat keributan semacam ini." Ucap Metawin.
"Aku di sini." Seorang pria menghampiri Metawin.
"Biarkan mereka bergembira. Kau bukan orang yang bisa mereka temui setiap hari. Lagipula lobiku bebas kamera, jadi tidak akan ada yang mengabarkan kedatanganmu saat ini di laman media sosial manapun."
Metawin tersenyum kecut.
"Baiklah, kalian kembalilah bekerja. Aku yang akan mengantar tamu agung kita ke atas." Ucap Prem pada para pegawainya.
Metawin melangkah disertai Joss, mengekor Prem sebagai penunjuk jalan.
"Jadi, apa kau tidak akan mengenalkan ku pada calon suamimu, wahai sepupu?" Tanya Prem ketika mereka sudah aman di balik pintu lift.
Joss tersenyum.
"Aku Joss Wayar." Ucapnya.
"Ah, kalau hanya nama aku sudah tahu. Informasi semacam itu bisa dilihat di internet. Aku butuh informasi yang tidak tercantum di sana." Prem mengedip genit.
"Misalnya apa? Ukuran celana?" Sambar Metawin kesal.
"Hei, putra mahkota tidak boleh bicara sembarangan!" Kentara Prem sedang pura-pura kaget.
"Jangan hiraukan dia, Tuanku. Dia memang terlahir genit sampai suaminya kurus kering memikirkannya." Mulut Metawin bertambah pedas.
"Jangan mentang-mentang kau punya alpha sebesar ini jadi kau menghina suamiku. Dia tidak berotot tapi tetap saja dia seksi!" Prem pura-pura merajuk.
"Cih!" Decak Metawin dengan muka masam.
Joss melihat dua persepupuan itu cukup dekat hingga tak sungkan saling melempar kalimat pedas.
Lift terbuka di lantai paling atas. Hanya ada beberapa pintu di lantai itu menandakan kelas dari kamar yang mereka sewakan disana. Di ujung koridor mereka naik menuju rooftop yang Metawin janjikan menyajikan pemandangan bagus.
Begitu pintu dibuka, angin segar menerpa wajah Joss.
Rooftop hotel itu dihiasi dengan banyak tanaman hijau dalam pot yang di cat putih bersih, senada dengan kursi dan sofa di sana. Di satu sudut, dua orang koki sedang memasak hidangan yang aromanya mengundang siapa pun untuk mendekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall For You
Fiksi Penggemar"kalaupun kita saling mencintai, apa darah yang mengalir di tubuh kita bahkan merestui?" Visual dan nama dari semua tokoh diambil hanya untuk kepentingan cerita yang bersifat fiksi, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata apalagi bermaksud menj...