"Pernikahan putra mahkota dan Tuan Joss Wayar akan dilangsungkan tahun depan." Seorang pelayan yang sedang membersihkan daun tanaman hias di balkon bersuara pelan.
"Darimana kau tahu?" Sahut yang lain. Dua orang pelayan itu terlihat menganggur jadi kepala pelayan menyuruh mereka membersihkan tiap tangkai daun agar terlihat bersih dan mengkilap.
"Dapur istana mulai merencanakan hidangan yang akan disajikan. Aku tahu mereka terlalu antusias karena kalau tidak salah, masih tersisa sembilan bulan lagi."
"Tentu saja mereka harus bersiap. Mereka akan menghidangkan makanan untuk para undangan dari seluruh negeri, juga tamu dari luar negeri. Ah, terakhir kali istana mengadakan pesta besar, itu saat yang mulia putra mahkota lahir."
"Akhirnya kita bisa menyaksikan seperti apa pesta besar ala istana. Saat putra mahkota lahir, kita masih bayi."
Dua orang pelayan itu terkekeh.
Gawin mendengarkan obrolan dua wanita yang masih seusia dirinya itu tanpa bersuara.
Sejak ia menginjakkan kaki di istana, ia sangat terbatas soal arus informasi. Seakan ia memang diharuskan berkonsentrasi pada pendidikan hingga tak boleh terganggu dengan masalah apapun.
"Aku yakin sebentar lagi Tuan Gawin juga segera menyusul. Syarat untuk naik tahta harus memiliki pendamping sah, bukan?"
"Kira-kira siapa yang menurutmu layak?"
"Aku tidak tahu. Dan diamlah, jangan bergosip tentang Tuan Gawin di kamarnya sendiri."
"Tinggalkan kamarku. Aku ingin istirahat."
Kedua pelayan yang tak menyadari kehadiran Gawin kaget bukan main, Wajah mereka pias.
"Ba-baiklah, tuan." Satu pelayan segera membungkuk dan menarik temannya untuk keluar.
Gawin muak.
Mengingat bahwa ia pernah menggantungkan harapan pada manusia semunafik Joss Wayar, kemana otaknya?
Baru saja Gawin merebahkan dirinya dirinya di tempat tidur, ketukan datang dari balik pintunya.
"Siapa lagi sekarang? Aku baru saja istirahat setelah memeras otak sepanjang hari," keluh Gawin kesal.
Sore itu dia diberi dua jam istirahat lebih awal.
"Secangkir teh dan camilan karena mungkin tuan lapar. Makan malam masih tiga jam lagi."
Mengejutkan sekali melihat Luke di ambang pintunya dengan pakaian pelayan?
"Luke?" Mata Gawin membulat.
"Di mana saya harus meletakkan ini, Tuan?"
Gawin tergeragap. Ia memberi Luke jalan untuk masuk dan menutup pintu rapat.
"Bagaimana kau bisa datang kemari dengan pakaian.... Lihatlah dirimu." Gawin kembali mengamati setelan hitam putih dengan vest ala pelayan istana.
"Itu tidak penting, Tuan. Saya datang karena permintaan Tuan Kana." Luke tampak awas, ia tidak ingin terlihat dari seberang balkon kamar Gawin.
Sang pemilik Kamar segera menutup tirai.
"Bagaimana kau bisa bertemu papa? Dan bicaralah dengan santai. Jangan panggil aku Tuan."
"Baiklah. Boston melacak keberadaanku dan akhirnya dia berhasil meyakinkanku untuk bertemu Tuan Kana. Kau harus lihat betapa dia putus asa. Dia ingin datang sendiri ke istana, tapi aku dan Boston tidak setuju. Kalau dia ketahuan, itu bisa jadi akhir dari hidupnya."
Gawin terduduk.
"Keputusanku sudah bulat. Mereka terlalu menganggap remeh aku. Aku- aku akan naik tahta dan.... mengusir mereka semua dari negeri ini." Gawin tampak ragu di ujung kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall For You
Fanfiction"kalaupun kita saling mencintai, apa darah yang mengalir di tubuh kita bahkan merestui?" Visual dan nama dari semua tokoh diambil hanya untuk kepentingan cerita yang bersifat fiksi, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata apalagi bermaksud menj...