Omega dengan perawakan sedang, kulit seputih susu, sedikit pemalu namun terasa hangat hanya dengan melihat barisan giginya saat tersenyum.
Krist Perawat satu tahun lebih dulu lahir dari dirinya. Gawin sempat mengernyit mendengar usia omega itu karena demi apapun, Krist berwajah layaknya anak-anak yang baru saja memasuki bangku kuliah. Kemeja putih yang tampak licin tidak bisa menyembunyikan aura remaja di wajah Krist, apalagi dengan kaca mata bulat serta pipi berisi yang bukan main gemasnya.
Aroma mint segar menyapa penciuman Gawin saat mereka beriringan, menuruti anjuran para tetua agar berjalan-jalan di area istana untuk mulai mendekatkan diri sementara balai istana sibuk mencari tanggal pertunangan.
Para pelayan berbisik di kejauhan, sebagian tampak girang dan memuji bahwa sejoli itu sangat serasi.
Sudah lama Gawin tidak berhubungan dengan omega. Ia mengatur pheromonnya agar tidak mengintimidasi, omega di sampingnya terlihat murni.
"Tuan benar-benar ingin menikah dengan saya?"
Dari semua kalimat yang bisa dijadikan pembuka obrolan, Gawin dibuat tersenyum dengan pilihan pertanyaan Krist. Bukannya Gawin menganggap remeh pertanyaan serius itu, tapi nadanya terdengar lucu. Seperti anak kecil yang tidak percaya dengan janji orang tuanya.
"Kenapa bertanya seperti itu? Apa jangan-jangan kau yang tidak ingin menikah denganku?"
Baiklah, otak Gawin mendidih belakangan ini. Menggoda omega yang dijodohkan dengan dirinya tanpaknya akan sedikit menghibur.
Dulu sekali, ketika ia tahu dirinya punya dua adik, ia pernah membayangkan Metawin akan bersikap manja dan menggemaskan hingga ia bisa menggodanya sesekali, membuatnya marah, atau menjadi tempat adiknya mengadu.
Tapi lihatlah, Metawin bahkan tidak punya sisi imut sama sekali.
Tangan Krist melambai cepat, panik.
"Bukan. Bukan begitu, Tuan. Saya hanya tidak berpikir dulu sebelum bertanya. Maaf kalau pertanyaan saya lancang."Gawin tergelak, "hahaha... Tenanglah. Aku tidak menganggap yang tadi itu serius."
"Tuan membuat saya takut." Krist memberengut.
Lagi-lagi Gawin tertawa.
"Kau terlalu terus terang. Apa kau bahkan punya kegiatan di luar rumah?" Tanya Gawin.
Biasanya anak para bangsawan sudah menjalani pendidikan etika sejak dini atau mereka tidak akan diperbolehkan bergaul ke luar gerbang rumah. Pembawaan mereka harus tenang, tutur kata mereka sangat terjaga. Gawin tidak melihat itu dalam diri Krist. Bukan untuk memandang Krist dari sudut negatif, omega itu malah menggemaskan dengan tingkah polosnya.
"Tentu saja, Tuan. Saya bukan pengangguran. Ayah ingin saya menjalankan universitas yang dibangun keluarga tapi itu terlalu menguras tenaga, jadi saya hanya mengurus taman kanak-kanaknya saja. Berurusan dengan anak-anak yang manis sungguh hiburan yang menyenangkan."
Gawin mengangguk-angguk paham. Ia jadi mengerti kenapa Krist berwajah bayi. Kau adalah apa yang kau makan, bukan?
"Kau tertarik dengan politik?" Tanya Gawin.
Krist menggeleng.
"Lalu kenapa kau mengajukan proposal pernikahan denganku?"
Krist menggaruk kepala belakangnya, "apakah persyaratan untuk menikahi putra raja harus menyukai politik? Saya tidak paham sama sekali. Saya hanya menuruti kemauan ayah saya, tuan."
Gawin menggeleng masih dengan senyum di wajahnya, " tidak, tertarik pada politik bukan persyaratan. Aku bertanya hanya karena aku penasaran."
Langkah kaki membawa mereka pada
Gazebo di bawah pohon besar. Mereka berhadapan duduk di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall For You
Fiksi Penggemar"kalaupun kita saling mencintai, apa darah yang mengalir di tubuh kita bahkan merestui?" Visual dan nama dari semua tokoh diambil hanya untuk kepentingan cerita yang bersifat fiksi, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata apalagi bermaksud menj...