Burn

211 28 9
                                    

Gawin terdiam melihat pintu lift perlahan menutup dengan Krist yang lemah, nyaris pingsan dalam dekapannya. Otaknya berhenti bekerja beberapa detik demi mendengar keputusan sepihak untuk keluar dari tempat itu tanpa Joss. Dari celah kecil sebelum dua sisi pintu itu terkatup rapat, ia melihat punggung Joss yang siaga dan orang-orang yang berlari ke arah Joss.

Joss seperti sedang menunggu untuk perang yang ia tahu ia tak akan menang.

Tapi jika ia kembali, Gawin ragu akan ada yang selamat diantara mereka bertiga. Jalan satu-satunya, ia harus membawa Krist keluar lalu kembali pada Joss secepat ia bisa.

Ketika lift berhenti, Gawin dihadapkan pada pemandangan lahan parkir dengan beberapa tubuh bergelimpangan.

Jadi kekacauannya sudah menjangkau area luar bangunan?

Gawin mencari truk yang Joss maksud dan ia menemukan seseorang berlari padanya dari arah truk.

"Tuan, kita tidak punya banyak waktu. Ayo naik." Seorang pria dengan banyak ditumbuhi rambut di wajahnya, dengan pistol dan noda darah di kemeja.

"Kau suruhan Joss Wayar?"

Sang pria mengangguk cepat. "Benar. Anda harus segera meninggalkan tempat ini sebelum mereka mendapatkan bantuan dari luar."

"Apa aku bisa mempercayaimu?" Tanya Gawin lagi.

Sang pria menyerahkan pistolnya, "ini, saya tidak punya sisa senjata lagi. Tapi pelurunya masih utuh. Anda bisa menembak saya langsung kalau saya menyimpang dari kemauan anda."

Gawin menerima pistolnya dengan susah payah, lalu berusaha memindahkan Gawin ke tangan sang pria.

"Bawa dia. Aku tidak tahu bagaimana kau bisa masuk kesini tapi aku minta bawa dia pada Tuan Kana, pemilik Skylight Grup. Dia akan menerima omega ini dengan tangan terbuka." Ucap Gawin diikuti ekspresi tak terima dengan perintah Gawin.

"Say ditugaskan membawa kalian berdua, Tuan." Protesnya.

"Aku harus membawa keluar satu lagi. Tidak akan Ada yang memarahimu karena ini. Asal dia selamat, tugasmu sudah selesai."

"Tapi tu-"

Gawin melesat masuk ke dalam lift sebelum sang pria melayangkan protesnya lagi. Ia mengecek persediaan peluru dalam pistol lalu menghembuskan nafas berat.

Tidak boleh ada yang mati untuknya apapun alasannya. Terlalu banyak orang yang melindunginya sejak kecil, seperti terlalu banyak yang mati untuk dirinya. Joss Wayar tidak boleh.

Saat mencapai lantai bawah, Gawin siaga dengan pistol di tangan. Pintu yang terbuka membiarkan Gawin melesat keluar. Ia sudah merencanakan kemana ia akan bersembunyi. Salah satu ruang diantara kamar yang hanya berisi lukisan dan vas besar. Tentu saja ia harus melewati beberapa peluru yang menghampirinya dengan membabi-buta. Lalu tembakan balasan terdengar mengenai salah satu lawan.

Joss Wayar masih hidup.

Gawin berusaha mengintip keadaan di lorong, lalu sebuah peluru lewat di celah rambut panjangnya. Ia buru-buru menarik kepalanya.

"Sial, hampir saja." Umpatnya.

Lorong yang awalnya bersih kini memiliki beberapa tubuh dengan noda merah menggenangi sekitarnya.

Lorong sunyi seketika. Masing-masing dari mereka berusaha tak bersuara untuk memastikan posisi lawan.

"Sayang, kau mau aku datang padamu?" Gawin bersuara lantang. Ia jemu dengan hening mencekam yang memerangkapnya.

"Sial, harusnya kau sudah dalam perjalanan pulang!" Suara Joss berasal dari balik salah satu mini bar kalau Gawin tak salah perhitungan, dua kamar jaraknya dari tempat ia berlindung. Hanya tempat itu yang cukup aman dan cukup dekat dinilai dari suara yang sampai pada Gawin.

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang