29. Pertemuan di Perpustakaan

18 6 0
                                    

Sena Menelusuri taman dengan Gembira sudah lima Hari dia Terus Tergeletak di kasurnya.
Sena berjalan sambil melompat layaknya anak kecil, kini kakinya Menapak di Rumput Hijau itu, Terasa Geli untuk nya.

"Putri berhati-hati lah, kamu baru saja sembuh." Ucap Gerga Khawatir.

"Aku sudah sehat sepenuhnya, Gerga lihat ini." Ucapnya senang sembari Berputar dengan Anggun, Gaunnya menerpa di terjang Oleh Angin bersamaan dengan Rambut Peraknya dia Terlihat seperti Bunga dandelion Putih.
Tanpa di sadari oleh mereka Pria Bermata Emerald itu Terus memantaunya dari kejauhan, pria itu tersenyum untuk Sena..

"Sena, Akan Ku balas Kebaikan mu, Tunggu waktu Itu Tiba." Gumamnya.

"Raja sudah berapa lama engkau terus memantau dirinya." Keluh Qarko.

"Sudah lama sekali semenjak lima hari ini dia tidak Terlihat." Ucap Pria itu dengan menghela napas dengan kasar.

"Malebranche akan datang malam ini Untuk mengajari sang Putri." Qera memberikan Laporan.

"Mencurigakan.." Batin Pria itu.

"Raja Lihat itu, Countes Sera mendekati Sang Putri, aku ingin sekali mendengar kan Mereka berkomunikasi." Ucap Qera.

"Aku persilahkan dirimu." Tegasnya.

"Maaf Putri, Putri Harus Bergegas Bersiap Untuk belajar Terakhir Hari ini untuk mendapatkan Hari Kelulusan putri." Ucap Countes Sera.

"Bagaimana ini Terjadi, bukankah Sang Putri Baru saja sembuh." Gerga Menyela.

"Ini bukan Urusan mu, ini Perintah Sang Ratu." Countes Sera Menyipitkan matanya, terlihat ketidak sukaan di sana.

"Malam Nanti Datanglah Ke Perpustakaan Kerajaan, Tuan Malebranche menunggu mu di sana, sang Putri." Sambung nya.

"Tunggu." Teriak Gerga yang tidak Hiraukan oleh Countes Sera.

"Tidak Gerga." Larang Sena.

"Tapi Tuan Putri..." keraguan dalam diri Gerga menyelimuti nya.

"Aku tetap akan datang ke sana sendiri." Ucap Sena Tersenyum ke arahnya.

"Tidak Tuan Putri, Aku Ikut." Ucap Gerga keras kepala.

"Tidak Gerga, kita hanya belajar dan Ini adalah Syarat nya." Sena meyakinkan Gerga.

"Baiklah, aku tidak bisa membantah mu lagi." Gerga menghela napas kasar.

"Malebranche Tampak Mencurigakan." Gumam Qera dengan dirinya sendiri, dia menguping sejak percakapan Sena dengan Countes Sera.

Dia menjauh perlahan dari sana, lalu pergi dari istana itu menuju rumah sewa di Pasar Pandora tempat para Tartary itu berkumpul.

"Yang mulia, Malebranche Mengajar malam ini."  Ucap Qera tergesa-gesa, membuka Pintu Itu dengan Keras.

"Apa Pria yang Mirip dengan Tikus?..." Pria itu menaikkan satu alis.

Yang lain Tertawa mendengar itu.

"Aku tidak menyangka raja kita Bisa Bercanda." Ucap Qarko.

Pria itu hanya diam, mata Emerald nya menyala tajam, Kedua Alisnya Bertemu, ketika pria itu bangkit para Petinggi Tartary Juga mengikuti nya.

"Aku akan membuat Rencana." Ucap Qera mengerti dengan Pandangan pria itu ke arahnya.

_Kingdom_

"Putri Sena, Beneran Kamu tidak ingin di Temani Oleh ku?.." tanya Gerga memastikan.

"Gerga, lagipula aku akan belajar." Sena meyakinkan Gerga kembali.

"Bagaimana jika aku menemanimu untuk ke sana, lalu aku akan kembali ke istana." Gerga memberikan usulan.

"Ternyata kau keras kepala juga, baiklah kalau begitu temani aku."
Sena menyerah dengan sikap keras kepala Gerga, dia menuruti keinginan nya.

Mereka berjalan menelusuri taman indah itu, tidak ada siapapun di sana, hanya terangnya cahaya lampu yang Cantik, serta Air Pancur yang sengaja di Buat dengan Patung malaikat kecil. Sangat indah, Seni Patung itu memang di buat Khusus untuk Istana Pandora.
Mereka Telah sampai di Depan Perpustakaan megah itu.

"Terima kasih Gerga telah mengantar kan ku." Sena Tersenyum.

"Dengan senang Hati." Balas Gerga.

Sena membuka Pintu perpustakaan itu, dan Terlihat di sana Seorang Pria tua yang sedang merokok di kursi itu dengan kaki yang ia naikkan di atas meja yang terdapat berkas di sana.
Asap rokok itu sangat menyengat hidung nya.
Pria tua itu mendekati Sena, kini jarak mereka sangat dekat. Hingga ia menghembuskan Asap rokoknya di depan wajah Sena.

"Sena, aku sudah menunggumu." Ucapnya dengan mata yang di selimuti dengan Nafsunya.

"Maaf Tuan Malebranche sudah membuat mu lama menunggu." Ucap Sena dengan sedikit menunduk.

Malebranche terus mendekati Sena, tetapi Sena mundur hingga Sena menabrak Pintu perpustakaan di belakangnya, Malebranche mencari celah melewati tubuh Sena untuk mengunci pintu itu.

Sena menelan Saliva nya dia sangat Takut untuk saat ini.

"Sena Rambut Perak mu dan Bulu mata Perak mu sangat Cocok dengan mu, apalagi mata perakmu seperti permata, Kulit mu putih seperti salju." Ucapnya Vulgar sembari memegang Tulang yang menonjol di bahu Sena,
"Masalahnya kau sangat Kurus."

"Tuan Bisakah Kita Mulai sistem belajar mengajar sekarang." Sena menyela ucapannya dan Menghindari tangannya yang sempat bertumpu pada pundaknya.

"Kita sedang belajar." Tangannya melingkar di pinggang Sena, memeluk Sena, lalu mencium Rambut Peraknya, bahkan Rambutnya sangat wangi.

Sena merasakan Detak Jantung yang Begitu Dahsyat, dia ingin berteriak tetapi mengapa mulutnya membungkam saat itu.

"Tuan, anda sudah melakukan tindakan Lancang." Akhirnya Wanita Pandora itu berteriak, dia melepaskan tubuhnya dari Pelukan Malebranche.

Dia menatap mata Malebranche yang penuh nafsu akan seksual.

"Anda harus di hukum tegas, Ratu akan marah pada mu." Telunjuknya mengarah di Mukanya Malebranche.

"Goldcorna yang menjual mu pada ku." Kalimat itu membuat Bulu kuduk Sena Merinding.

"Kau!.." Bentaknya sekali lagi.

"Ratu tidak mungkin melakukan itu." Matanya peraknya menatap tajam ke arahnya, Bukan seperti mata manusia, itu lebih seperti ke mata makhluk mitologi.

"Sayang ku, kau tidak percaya yah." Malebranche berjalan mendekati sebuah meja, ia mengambil salah satu berkas di sana, lalu menunjukkan nya pada Sena.

"Ini apa?...." Yang bener saja tanda tangan Sang Ratu dan Sempel kerajaan berada di surat itu. Ini menunjukkan Ratu memang benar menjualnya. Mata Perak nya membeku, tubuhnya bergetar dia tidak mempercayai Malam ini, bahwa dia sudah di jual oleh ibunya sendiri.

"Sekarang harus ku apakan Perak Cantik ini." Tangan nya menggeliat di Rambut Peraknya.

"Aku menyukai ini." Ucap pria tua itu.

Wajah Sena memerah, bukan karena malu, dia ingin menangis.
Berpikir bahwa Ratu Yang ia anggap ibunya sendiri tega menjualnya kepada Guru nya.

"Kau Tidak Perlu menangis sayang." Tangan Itu mengatup di pipi Sena yang halus. Dia sangat Vulgar bahkan Sena melihat nya jijik dengan sikapnya.

Kaisar Di Langit Perak ( The Kingdom Of Tartaria And Princess Of Asia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang