36. Hak Takhta.

18 5 0
                                    

"maaf Raja Tartar, Anda salah." Matanya menyipit seperti menyimpan sebuah dendam.

"Penguasa Asia adalah Anak Dari Rahimku." Sambungnya.
Sena membelalak tidak percaya apa yang di katakan oleh Goldcorna. Bagaimana bisa bukankah dirinya adalah Putri Mahkota sebagai Penerus Bangsa Pemimpin monarki ini tidak adil.

"Maaf sebelumnya, Bukankah Putri Sena Yang akan menerus kerajaan ini?...Dia berhak Mendapatkan takhta itu." Tanya Bhuhaib blak-blakan, oposisinya membawa Keributan di Istana, mata Goldcorna Melebar tubuhnya bergetar seolah itu adalah serangan Maut.

"Tidak wahai Raja Tartar Yang Agung, aku yakin bayi di dalam Rahim ku, pasti bisa meneruskan kepemimpinan dalam benua Asia."
Mata Merah Goldcorna Bersinar seolah-olah iblis telah menguasai sebagian dirinya.
Mata merah itu bertemu dengan mata Emerald, kedua bola mata itu sama-sama mengandung Arti kata Ambisi menurut mereka masing-masing, Goldcorna merasakan getaran dalam Tubuhnya, Pandangan dari manusia seperti binatang ini tidak dapat Di hindari, mata Emerald itu telah berubah menjadi mata emas dengan Kilatan Merah.

"Sialan dia Bukan Manusia setengah Ular."

Bhuhaib Tersenyum sangat lebat, tapi mengandung makna kematian di sana, gigi taring seperti singa telah membuat Raja Vernan membungkam dia merasakan binatang akan segera menyerang nya.

"Hari ini aku akan umumkan bahwa penguasa Berikut nya yang berhak mengambil Takhta Ini adalah Bayi dalam Rahim ku." Ucap Goldcorna tegas.

"Apa Bagaimana Mungkin ini Terjadi?..." Desas-desus menyebar di seluruh ruangan itu.
Qera yang mendengar kan Pengumuman itu, segera ingin memberikan Argumen penentang, namun sayang nya Lengannya di Pegang Oleh Qarko.

"Tidak ada Gunanya Berdebat sekarang." Ucap Qarko kepada Qera.

Bhuhaib Terdiam mendengar sebuah Orientasi yang sangat sederhana dari Ratu Asia sendiri.
Kini Pria Itu mulai Berbicara

"Putri Varasena Elektra De Asia, bukankah dia keturunan Dari darah murni Raja Vernan yang Agung, lalu bagaimana jika anak dari Rahimmu bukanlah keturunan dari Raja Agung Asia?..." tanya nya.

Hawa panas menyelimuti Ruangan itu, Goldcorna bergetar, matanya melebar dan Pupil matanya mengecil, dia mendapatkan sebuah penghinaan dari sebuah Pertanyaan, teknik apa yang dia pakai.
Pria ini membuat nya Terkejut.

"Yang mulia!!!." Bentak Raja Vernan.

"Kenapa anda marah, saya hanya bertanya?...." jiwa santai milik pria Berotot besar ini masih melekat, seolah-olah kemarahan raja Asia hanya Kecil semata.

"Maaf yang mulia, saya mengundang anda untuk membahas Politik kerajaan, bukan Untuk membahas hak Penguasa Monarki, Hal itu masing-masing sudah di atur oleh yang bersangkutan." Di setiap nada Goldcorna tersimpan emosi yang mendalam, emosi sebuah kemarahan. Kemarahan bisa saja membakar dirinya saat itu, namun dia tetap menahannya.

Pemimpin Tartary itu melihat ke arah wanita Perak itu, dia Bergeming merasakan kesedihan di dalam jiwanya, wajahnya Pucat seperti mayat, bola mata emas dengan kilat merah bertemu dengan bola mata perak dengan warna Pudar, matanya Berkaca, Kantung matanya telah Terisi Penuh dengan air di sana.
Apakah dia benar-benar menangis?...

"Saya adalah orang yang bersangkutan karena saya adalah Calon Tunangan sang Putri." Ucapnya Santai.

"Yang mulia anda Jangan Bertindak sembarangan." Vernan yang selubungi oleh emosi kini tidak dapat menahan kemarahannya nya.

"Aku sudah mengatur calon Tunangannya." Kini Goldcorna berbicara. Ketika itu sosok kekaisaran memasuki ruangan yang di selubungi hawa panas, dia adalah Utusan kekaisaran Qung-hua.

"Cahaya akan Terus menyinari Benua Asia, saya Kaisar Ketiga Qung-hua, Quan-li."

"Ini adalah Tunangan nya." Goldcorna menunjuk Quan-li.

Sena Terkejut, jantung berdegup kencang, menandakan dia hampir runtuh, seolah-olah bumi yang ia Pijak sebentar lagi akan Hancur, bagaimana bisa sang Ratu tidak membicarakan ini kepadanya, dia merasa kan dia benar-benar di jual seperti seorang budak.
Quan-li tersenyum licik ke arah Raja Tartar, lalu dia melihat sena dengan senyum wajah kemenangan.

"Salam Raja Tartar." Dia membungkuk memberi hormat.
Bhuhaib tetap diam, dan Terus memperhatikan nya.

"Aku mengira Raja Agung Tartar, seorang yang sombong."

Tartar yang Terdiam Itu berbicara untuk kesekian kalinya.

"Jadi ini orang nya yang ingin merebut kesucian Putri Sena."

Semua Bangsawan terkejut mendengar pertanyaan Retoris dari seorang Raja Tartar. Bagi mereka kesucian para Putri itu sangat penting apalagi Putri kerajaan.
Pupil mata Quan-li mengecil menandakan ada Rasa Takut di sana.

"Yang Mulia mungkin anda salah dengar." Ucap Quan-li sembari mengatur napas paniknya.

"Saya Tidak mendengar, saya melihat langsung." Jawabnya Tegas.
Quan-li bergidik ngeri, seolah-olah Dewa Penjaga telah mengirim kan kilatan untuk dapat membunuhnya dan menjadikannya sebuah abu, dan semesta ingin menelannya. Dia ketakutan mendengar Fakta itu, tapi dia Berusaha menetralkan emosi dalam Tubuh nya.

"Mungkin orang yang anda lihat salah yang mulia." Argumen nya sangat Licik, lebih licik daripada Pemikiran Binatang Ular.

"Saya Tidak menyangka, kita Bertemu kembali setelah di Gang itu." Senyum Bhuhaib menampakkan gigi singanya.

_______________________________________

MOHON YAH DI BANTU SAMA VOTENYA.

Kaisar Di Langit Perak ( The Kingdom Of Tartaria And Princess Of Asia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang