38. Tanda Pertama

23 5 0
                                    

Bhuhaib benar-benar tampak seperti siren tatapan nya membuat Sena takut, badannya seolah seperti Titan dengan otot-otot yang kekar, Terkadang matanya tampak seperti ular, terkadang seperti singa atau serigala, gigi taring nya seperti singa, larinya seperti seekor cita,
Dia berburu seperti layaknya Harimau.
Dia tidak melihat sisi imut Bhuhaib darimana pun.
Bagaimana ini Terjadi, dia Bukan manusia seutuhnya, hanya saja Gabungan dari beberapa Binatang.
Bagaimana Bisa dia diciptakan seperti ini?

"Jangan Takut." Ucap Bhuhaib dengan suara serak.
Sena mendorong badan besar itu dengan sekuat-kuatnya.
Pria itu Tampak sedikit tersenyum, lalu segera berlari membawa Sena dari istana itu.

"Bhuhaib jangan berpikir gila, ingat ini di Phandhora." Ronta Sena, setelah melihat tingkahnya, dia menggeliat di gendongannya, tapi itu membuat Bhuhaib tetap kekeh di tangannya.

"Kau begitu kecil untuk melawan ku, sena." Ejeknya.

"Bhuhaib turunkan aku." Permohonan Sena tidak di gubris oleh Bhuhaib dia justru membawa nya Ke taman yang dimana itu di penuhi bunga Dandelion putih, sama seperti Sena, dia cantik tapi dia rapuh.
Sena melihat taman itu justru senang, taman ini sangat cantik, terang benderang dari beberapa kunang-kunang yang terbang, dan cahaya bulan serta bintang.
Dia ingin berlari-lari di sana.

"Bhuhaib turunkan aku, aku ingin berjalan di atasnya." Ucap Sena.

"Tidak Sena, ini berbahaya untuk mu, terlalu banyak duri disini." Dia menyipitkan mata nakalnya.

"Ini sangat indah, aku merasa ingin terbang bebas di sana." Dia merengek seperti anak kecil. Bhuhaib Menatap nya dari sudut matanya, dia tersenyum tipis, seperti nya pria ini sangat pelit dengan senyuman nya, dia Tidak memenuhi permintaan nya dan malah membawanya ke tepi sebuah danau, air itu sangat jernih, hingga bayangan mereka berdua berada di sana.

"Lihat di sana dirimu sangat Cantik." Ucapnya dengan nada nakal, Sena menggeleng cepat, dia tidak bersuara.

"Raja, anda tidak boleh berbicara familiar kepada keluarga Terhormat kerajaan." Omelnya, namun semua kalimat itu yang keluar dari mulut Sena berakhir sia-sia, Bhuhaib memandang nya seperti anak kecil.
Dia hanya tidak menyukai nada cara Bhuhaib berbicara kepadanya.

"Turunkan aku!!" Teriaknya.
"Baiklah." Bhuhaib melepaskan nya dan dengan sengaja mencebur Sena ke danau yang dalam itu.
"Bhu-haib." Kepalanya berusaha muncul di permukaan, Bhuhaib mendekati nya dan hanya tertawa kecil melihat nya.
"Kau meminta ini kan, kenapa masih memanggil nama ku?.." Bhuhaib menaikkan salah satu alisnya dengan anggun.
Sena mengelak kalimat itu
"Bhu-haib..to-long" panggil nya dengan nafas Tersengal, seperti nya dia sebentar lagi akan tenggelam.
Bhuhaib Ikut melepaskan diri ke danau itu, dia menarik Sena ke bidang datarnya dan menggendongnya menuju ke permukaan.
Dia melihat bunga Perak itu sudah basah kuyup, dengan beberapa helai rambut nya ikut menyapu di pipi halusnya. Bhuhaib semeringai, dia terlihat benar-benar seksi dengan pakaian basah yang menampakkan lekuk tubuh indahnya yang kecil itu.

"Bhuhaib." Sena yang tidak sengaja berucap dengan nada yang menggoda, Dia mengigit bibir bawahnya, dan wajahnya memerah.

"Oh tidak, kau membuat nya Berdiri." Bhuhaib memejamkan matanya, tubuh basah Sena benar-benar membangunkan sesuatu di sana, yang sangat sensitif bagi dirinya.

"Aku akan membawa mu pulang, sebelum aku benar-benar melahapmu."

Sena menatap pria itu dengan rumit.

(*******)

Sena Terbangun dari tidurnya, dia benar-benar berada di istana megah milik tartar, Melihat sekeliling nya Sedikit gelap hanya di hiasi lampu tidur kerajaan, dia tertidur di paha milik pria besar itu, hingga bola mata Perak nya bertemu dengan bola mata Emerald yang menyala di ruangan itu.

"Bhuhaib." Dia memanggil nama nya dengan lembut.

"Tidur lah, ini sudah larut malam." suara serak membuat kepancingan di sana, dia menghidupkan Cerutunya dan menghisap nya.

"Bau Tembakau mu adalah hal yang paling ku tunggu." Sena Mendesaknya.
"Malam ini kau tampak sangat aneh lebih liar dari biasanya." Ucap Bhuhaib, dia tidak mempermasalahkan hal itu, namun itu menjadi kesempatan untuk Bhuhaib.
Tubuh besarnya menimpa tubuh kecil Sena, hingga saat ini pria Titan itu berada di atasnya, dia menatap Sena dengan nakal, jari-jari yang satunya bergerak menelusuri Sela-sela jari milik Sena, sedangkan yang satunya membenarkan setiap helai rambut di wajahnya.
Bhuhaib menciumnya dengan kasar, hingga Taringnya menekan bibir halus Sena, Sena menggerang kesakitan.

"Ahh, i-tu sangat Sakit."

"Akan ku pastikan, aku adalah orang pertama yang memberi tanda di tubuhmu." Mata emas dengan kilat merah itu muncul kembali.

Kaisar Di Langit Perak ( The Kingdom Of Tartaria And Princess Of Asia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang