37. Kepedihan nya

19 6 0
                                    

"Apa maksudmu yang mulia?..."

"Apakah kau ingin mengelak Fakta itu?..."

"Saya tidak tahu Yang mulia?..."

"Ternyata Pemikiran Mu sangat sempit dan licik."

"Wahai Raja ku, anda salah menilai hamba."
Quan-li tersenyum di hadapan Bhuhaib memastikan hanya Bhuhaib yang melihat nya, Bhuhaib Hanya diam dan memandang nya dengan tatapan tajam elang nya.

"Maaf Yang Mulia, Aku Pergi dulu." Kali ini Sena meminta izin Untuk menghindari jamuan panas itu.
Setelah yang Bhuhaib memberikan nya izin, dia segera berlari cepat dari sana, semua orang memandang nya dengan tatapan aneh.
Hati Bhuhaib terasa panas, dan Otak dingin nya kini berputar-putar seperti bianglala.

                           _Kingdom_

Sena berjalan lemah menelusuri lorong-lorong istana, dia terlihat hancur berantakan dengan pakaian gaya Phandhora, Putri Mahkota itu terlihat malang sekali.
Gelarnya sudah di cabut, Takhtanya sudah di rebut oleh bayi Rahim yang belum jelas bentuknya.
Dia Lunglai, Air matanya mengalir melalui pipi indahnya.
Ini Tidak baik, bagaimana bisa Bukti yang belum jelas, seperti bayi itu telah di umumkan Hak Atas Sebuah Takhta, bukankah itu tidak adil.
Sena berdiri tegap dan menghapus air matanya untuk kesekian kalinya, dia menatap cahaya bulan yang  menelusuri jendela istana, Rambut Perak yang di sanggul kini terlihat berantakan, angin sepoi-sepoi meniupkannya kembali.

Dia bergumam dengan dirinya sendiri.
"Mama." Katanya.

"Sena Rindu, bagaimana menghilangkan ketidakadilan ini dan kerinduan ini, bisakah mereka berdua bersamaan hilang?..." Tanyanya pada bulan.

"Rindu tidak bisa hilang, Seperti hal nya kau Tuliskan ia di batu, jangan pernah menghindari Rindu, dia akan makin erat bersama mu."

Sena mencari ke arah sumber arah itu, dia dengan cepat melihat ke belakang, dan ternyata ada Bhuhaib di sini, dia tidak mengetahui Bhuhaib hadir setelah bertanya pada dirinya sendiri.

Bhuhaib memeluknya, dia merasakan tubuh Sena yang bergetar, alis Tebal nya Mengerut kan dahi untuk nya.
Sena jatuh ke bidang datar nya, dia menangis.

"Bhuhaib." Panggil nya dengan mata berkaca-kaca.

"Aku akan menghapuskan Ketidakadilan itu." Ucapnya, Bhuhaib melepaskan sanggulan indah ini, Kini angin sepoi-sepoi meniupkan Rambut Perak nya kembali, Rambut Perak nya kini seperti berserakan di udara.

"Kau Terlihat cantik seperti ini." Ucapnya menggoda dengan mata yang nakal. Sena mendorong Tubuh Bhuhaib memastikan dia memberikan ruang sedikit untuk nya.
Namun Bhuhaib semakin menariknya ke dalam dekapannya.

"Mau kemana?..." tanya nya dengan suara Nakalnya.

"Yang mulia, lepaskan aku." Ucap Sena kepada nya.

"Tolong jangan panggil aku seperti itu, bersikaplah biasa saja, Panggil aku Bhuhaib." Mohon nya.

"tolong lepaskan aku, aku takut seseorang akan melihat kita." Ucap Sena memohon.

"Kau pikir, aku akan melepaskan mu begitu saja Sena." Ucapnya penuh gairah. Sena memandang bola mata Emerald itu, dia terlihat bersinar.

"Bhuhaib ku mohon." Permohonan nya sekali lagi.

"Aku tahu Sena, kau gadis yang menyakitkan di sana." Ucapnya.

"Jangan berkata seperti itu, aku tidak suka Bhuhaib." Lirihnya.
Sena Teringat bagaimana sang Ratu mencabut Gelar dan Hak nya di sana, dia membenci situasi itu.

"Kau tidak menyukai ku." Dia meninggal kan Lidah panas dan kasarnya di leher Sena, Sena menggerang, mencoba mendorong pria besar itu dengan tangan mungilnya nya, Bhuhaib hanya tertawa melihat nya.

"Kau Tidak pernah bisa menghindari diriku." Mata Emas dengan Kilatan merah itu muncul lagi.

Kaisar Di Langit Perak ( The Kingdom Of Tartaria And Princess Of Asia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang