42. "Aku Tidak Mengambil Kesucian mu."

22 3 0
                                    

Sena Mengunjungi Bhuhaib di Istananya nya, Tepat di istana sekunder milik Phandhora.
Dia Memasuki Istana itu, Bangsa Tartar Terkejut melihat kehadiran nya, yang Tidak ia kenali tatapan dari mata mereka masing-masing.
Bagaimana tidak?
Mereka terkejut melihat bola salju yang berukuran lebih kecil dari mereka.
Rambut Peraknya Berkibar terkena angin dari Hembusan luar, Bulu mata Peraknya melambai-lambai, Pipinya Mirip Buah Persik.

"Tuan Putri." Ujar mereka sambil Terkejut.

"Apa yang anda lakukan di sini Nona muda?..." Pria Tartar berwajah muram Itu Berbicara.

"Dimana Raja Kalian?..." Sena Bertanya dengan Tegas, tidak ada keramahan di sana.

"Bhuhaib, Telah melakukan pemburuan di Hutan Bersama Tartar lainnya, kemungkinan Dia pulang sebentar lagi." Pria itu menjelaskan.
Wanita Besar di samping pria itu melihat nya dari Tadi.

"Putri, Anda bisa menunggu nya." Tawar wanita itu.

"Baiklah Aku setuju." Sena mengangguk tegas.

(******)

Dia sudah menunggunya cukup lama untuk itu, sambil membaca Buku yang di bawakan Oleh Wanita itu.

Ketika Pintu Kerajaan Itu Terbuka, dia melihat Bhuhaib Bersama Tartar lainnya Di sana.
Bhuhaib Tersenyum melihat nya Berjalan ke arahnya.

"Salam Putri."  Bhuhaib meraih tangannya, mencium Nya punggung tangannya.

"Raja, Aku Harus berbicara Empat mata dengan mu." Permintaan Sena langsung di turuti oleh Bhuhaib.

"Semua Mundur." Para Tartar Hilang dengan Begitu Cepat di istana itu.

"Raja..."

Bhuhaib menyela.

"Jangan Panggil aku seperti itu." Dia Benar-benar tampak marah.

"Bhuhaib, kau begitu naif." Mata perak pudarnya menatap bola mata Emerald itu.

"Apa Problem nya?..." Bhuhaib mengerutkan keningnya.

"Kau mengambil Kesucian ku." Sena menangis pelan, dia menunduk kan kepalanya hingga Dagu nya menempel dada.

"Tidak, Aku hanya memberikan Tanda Ku pada Lehermu, bukan berarti aku Memberikan itu juga di sana."
Sena Memukul keras Bidang datar Milik Bhuhaib, dia menangis.

"Kau Berbohong, Aku tidak Perawan lagi." Air matanya jatuh ke lantai.

"Haruskah aku membuktikan itu sekarang?..." Dia Menekan Tubuh Sena ke dekapannya.
Tampaknya dia benar-benar serius.

"Sena sudah Ku bilang, Aku tidak mengambil kesucian mu, aku menjaga dirimu." Bhuhaib Tersenyum tulus ke arahnya.

"Tenang saja, Tunggu hari itu tiba." Sambung nya.

"Hari apa?.." bulu mata perak yang lentik menarik perhatian Bhuhaib.

"Hari kau yang menjadi milikku seutuhnya." Dia menghidupkan Cerutunya.

Sena menunduk Malu, wajahnya Memerah, Bhuhaib memperhatikan itu dengan diam.

"Jangan Buat Ini Berdiri lagi, dia sudah Tertidur cukup lama." Suara Nya Bernada nakal.

"Hari ini Aku Libur, Bisakah Kau mengajakku berkeliling di negeri Phandhora."

"Baiklah." Sena Tersenyum kecil menanggapinya.

Mereka saling mengait kan jari-jari mereka, kedekatan Fisik antar Kedua nya cukup dekat, dan Sena sama sekali Tidak mempermasalahkan ini, dia sangat nyaman berada di dekat Bhuhaib.

(*****)

Dia Tiba di pasar menatap orang-orang Miskin Memegang Perut mereka, kondisi mereka sangat memprihatinkan, dia mendekati mereka.

Dan menatap wajah mereka yang sedang kelaparan.

"Bertahanlah, aku akan membelikan Roti untuk kalian." Katanya "Bhuhaib tolong belikan roti yang berada di seberang toko sana."

"Kau, ikutlah dengan ku, aku tidak akan meninggalkan mu sendirian." Bhuhaib memegang Pinggang Ramping nya.
Mau tidak mau, Sena mengikuti nya.

Mereka Membeli roti itu.

"Halo nona muda." Sapa pemilik Roti Dengan Ramah.

"Halo." Sapaan itu langsung di balas oleh Bhuhaib, Sena menatap Bhuhaib dengan aneh.

"Apakah kau seorang wanita?..." tanya pedagang Roti dengan sinis. Sebenarnya sapaan itu tidak ada tujuan untuk dirinya.

"Apakah kau buta, berikan Roti itu pada ku, berapa Jumlah Semuanya?..." Bhuhaib sangat tidak ramah, dia juga tidak sabar.

"Mohon bersabarlah."

"Nona muda, kau sangat Cantik, siapa namamu?..."

"Se-" Bhuhaib Menutup mulut nya dengan tangannya.

"Aku Bhuhaib."

"Tuan, Kenapa kau Tidak  membiarkan wanita ini berbicara, ayolah beri dia waktu."

"Tidak, mana rotinya, bawakan pada ku." Tatapan emerald itu tajam Mengarah padanya. Pedagang Roti Menelan Saliva nya, dia benar-benar terganggu.

Setelah mereka melakukan transaksi, mereka kembali melihat orang-orang itu.

"Pak, Mohon ini sedikit dari kami." Bhuhaib menatap hangat kepada lansia itu.

"Kau sangat baik, dan juga tampan tidak seperti Bunga Perak Asia itu." Pria tua itu mencela Sena, dia tidak tahu bahwa yang membeli kan roti adalah perak asia sendiri.

Sena membendung Kesedihan dalam dirinya.
Bhuhaib mendekati Pria itu.

"Maaf sebelumnya, ini permintaan dari Perak Asia sendiri." Bhuhaib Menatapnya tajam.

"Bhuhaib jangan katakan itu." Suara wanita terdengar di Telinga Milik lansia itu.

"Putri, Apakah itu kau?..." nadanya Bergetar.

"Anda Tidak perlu menanyakan, jika anda mengetahui nya." Bhuhaib Berkata Tegas.

"Maafkan Aku Putri."
Sena hanya diam menatap nya.

Seperti nya malam ini adalah peristiwa terburuk baginya.

_______________________________________

Berikan pendapat kalian di kolom komentar.

Kaisar Di Langit Perak ( The Kingdom Of Tartaria And Princess Of Asia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang