39. Darah 3000 wanita

23 5 0
                                    


"Aaaaaaaargrgrg." Teriak Goldcorna, dia melempar Botol Parfum kacanya ke cermin mereka pecah beradu di lantai, wajahnya sekarang tampak benar-benar terlihat tua, dia tampak menyeramkan dari biasanya, kecantikan saat ini di buat luntur oleh mantranya.

"Goldcorna." Nayex memanggil namanya, wanita itu berwajah seperti setan tetapi cantik.
"Kemungkinan mantra awet muda mu telah hilang, saatnya kamu mencari 3000 wanita muda, ambil darah nya dari rahim mereka masing-masing." Nayex menggulung dan memainkan Rambut Pirang nya menggunakan jari telunjuk nya.

"Tenang saja, aku akan meminta seseorang melakukan nya untuk mu."
Nayex tersenyum.

(*****)

"Halo nona manis, kau akan ku jadikan target selanjutnya." Pria itu mendekati wanita desa yang saat itu pergi membeli roti, namun semuanya na'as dia akan mati di tangan Ajudan Ratu kejamnya, mereka bertemu di lorong yang sangat sepi.

"Ku mohon jangan Bunuh Aku, aku ingin hidup." Mohonnya.

"Kami membutuh kan 3000 wanita muda setiap sepuluh tahun dan baru Terkumpul 2998 wanita, dan sekarang tinggal dua, bagaimana kau mau kan?..." Ucapnya dengan senyuman jahat.

"Tidakkk, Aku Ingin hidup, Ratu Phandhora kejam, akan ku pastikan negeri Ini Hancur." Wanita desa itu berteriak, napasnya menggambarkan dirinya sedang panik.

"Ku lihat kau sangat cantik ketika berteriak, sayang sekali di sia-sia." Pria aneh itu memandang sipit gadis desa itu, dia menaikkan salah satu alisnya dengan licik.
"Ku pikir kita lebih baik berada di tempat tidur yang sama, lalu memberikan dirimu kepada Ratu Goldcorna."

"Aku akan mengatakan ini kepada Bunga Perak Asia, dia akan menghukum kalian berdua." Wanita itu menodongkan pisau kecil di depan wajahnya, jarak antar pisau sangat dekat dengan Pertengahan matanya.

"Putri Sena tidak punya hak untuk itu, dia hanyalah seorang putri yang sebentar lagi akan meninggal kan negeri ini, bahkan benua ini." Pria itu tersenyum sangat licik, matanya menggambarkan kesenangan di sana.

"Seperti nya kau tidak ingin bersenang-senang dulu, sebelum meninggal kan dunia ini." Pria itu mengambil pedang panjang nya yang di berikan oleh bawahannya.

"Sekarang waktu tiba." Lirikan Kejam itu muncul, pria itu menghunus pedangnya, menusukkan nya di Bagian rahim wanita itu, darah merah kental merembes keluar dari gaun sederhana nya.
Wanita itu masih hidup, tapi dia Terlihat sangat kesakitan dan lemah.
Dia memandang di sekitar nya berusaha untuk melarikan diri.
Ketika pria itu mengayunkan pedang nya untuk menebas leher nya, dia terpental jauh seolah-olah benda yang sangat besar menghalangi nya.

"Raja Tartar." Mata Pria itu membelalak.

"Halo Quan-li, Kita Bertemu lagi." Suara serak Bhuhaib mengikuti hembusan Angin ribut malam itu.

"Apakah kau baik-baik saja." Teriak Sena dari balik Bhuhaib, dia menghampiri wanita itu.

"Putri." Gaun wanita itu penuh rembesan darah segar.
"Aku akan Membawa mu Ke pengobatan, bertahanlah." Kalimat lemah lembutnya tersemat kan di sana.

Quan-li memperhatikan Sena dari tadi, dia melihat nya dengan mata Menyipit.
Apa-apaan ini, dia mendapatkan Sebuah Tanda merah di leher sang Putri.

"Putri, Apakah Kau Mempunyai hubungan dalam dengan Tartar." Quan-li bernada tinggi, emosi dalam Tubuhnya meledak, dia menggenggam pedang nya dengan kuat.
Sena Tidak merespon nya.
Bhuhaib Tersenyum menunjukkan kekalahan Quan-li kepadanya, dia Berhasil merebut kan Bunga Perak darinya.

"Itu Tidak Perlu di pertanyakan". Mata Emerald indah Bhuhaib menyala, Hingga kini berubah Dengan bola mata emas dengan Kilatan merah layaknya petir, dia mengangkat leher Quan-li dengan satu tangan nya, Pedang itu terjatuh di tanah.

"Seperti nya kalau saja Sena Meminta kematian mu, akan ku bawakan kepala mu." Senyum Bhuhaib dengan Anggun.

"Da-sar Baji-ngan." Dia mengumpat.

Mata Bhuhaib menatap bola mata perak itu, dia tersenyum memberikan sebuah kode yang hanya dapat di mengerti Oleh nya, Sena hanya menggeleng, Merespon nya. Seperti nya ini belum saatnya dia melakukan nya. Bhuhaib mengangguk pelan.

"Aku akan membawa wanita itu ke pengobatan Tartar." Ucap Sena, Bhuhaib Mengangguk memberikan persetujuan di sana.

"Baiklah, untuk kali ini nyawa mu aman di tanganku." Bhuhaib melepaskan nya, hingga Quan-li Bertubuh kecil darinya Terjatuh terpental di tanah, Kepala nya Terbentur batu, dan mengeluarkan darah yang banyak.

"Beraninya kau, urusan kematian Ada di tangan Tuhan." Quan-li berucap seolah memberikan nasehat kepada nya, namun Hal itu membuat Bhuhaib Tertawa.

"Perlu kah kau mengetahui nya, Urusan kematian memang bukan urusan ku, tapi membawa mu Ke neraka itu tugasku." Ucap Bhuhaib dengan tegas, nadanya sangat anggun ketika berbicara.

_______________________________________

Bhuhaib keren gak sih?...
Jangan lupa Vote sebagai Apresiasi

Kaisar Di Langit Perak ( The Kingdom Of Tartaria And Princess Of Asia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang