46. "Aku ingin mengetahui, aku siapa?..."

37 6 2
                                    

"Apa yang kau lihat bayangan mu di air selama di istana?..."

"A_ku hanya melihat bayangan binatang berwarna perak seperti diriku." Jawab Sena.

"Sudah kuduga kau adalah legenda itu, manusia pertama kali yang menyentuh sungai Ameer dari rahim ibumu." Wanita itu tersenyum manis.

"Jadi aku ini siapa?..." tanya Sena kebingungan, dia tidak mengerti apa yang di maksud oleh perempuan ini.

"Kau akan mengetahui, jika kau sangat marah ketika barang yang kau sayangi rusak." Wanita itu memegang pipinya halusnya, ketika dia melepas kan genggaman nya dia kembali melayang di udara.

"Tunggu, aku belum mengetahui nama mu." Sena menghentikan nya.

"Oh ya, perkenalkan Tuan Putri nama saya Selene." Dia membungkuk dan berlutut memberi hormat kepada sang Perak Asia.

"Seperti nya ini sudah cukup, pergilah ke jalan setapak kecil di sana sesuatu menunggu mu." Selene menunjukkan menggunakan telunjuk nya tepat tidak jauh jarak darinya.
Sena mengerut kan alisnya, ini aneh lagi pula siapa orang yang berada di sana dan menunggu dirinya.

"Selene." Dia melihat ke arah yang sama, sosok Selene pergi dalam sekejap mata.

"Uhh, Aku bahkan belum mengucapkan Selamat tinggal." Gerutu Sena kakinya berjalan menelusuri lorong-lorong kecil itu berada di hutan.

Ketika dia berhasil keluar dari lorong sempit itu, matanya melebar dia terkejut sungguh indah pemandangan di sana, air terjun mengalir, kupu-kupu terbang berwarna-warni meninggal kan jejak butiran-butiran cahaya, pohon di lingkari oleh cahaya seperti cahaya keabadian, burung-burung kecil berkicau, angin sepoi-sepoi mengibaskan rambut peraknya yang indah, dia benar-benar seperti dalam dunia fantasy.

Ketakutan tidak lagi menguasai dalam dirinya ini seperti sebuah Magic.

Dirinya sibuk mengamati di setiap ujung tempat itu dan melihat secara detail objek-objek di sana, hingga dia tidak sadar seseorang memperhatikan nya dari tadi.

"Putri." Terdengar suara memanggil namanya.
Sena mencari darimana sumber suara itu berasal.
Apa!?
Suara berasal dari kuda putih yang cantik.

"Kau memanggil nama ku?..." Sena bertanya dengan heran, bola mata peraknya terkagum dengan wujud fisik dari kuda itu.

"Iya Putri." Kuda itu membungkuk memberi hormat.
Mustahil kuda bisa berbicara layaknya manusia.
Apakah dirinya sedang membaca dongeng difabel?

"Putri, perkenalkan nama saya hippios."

"Hippios?.." Sena mengerut kan dahinya.

"Benar tuan putri, anda bisa memanggil saya Hippi."

Mata Sena menyimpan banyak kekaguman atas makhluk ini, Sena memegang rambut halus yang di miliki oleh kuda putih yang bersih itu.

"Apakah kau benar-benar seekor kuda?..." Sena bertanya kembali, dirinya masih penuh dengan rasa penasaran.

"Iya tuan putri, baiklah bersama ku, aku akan mengantarkan mu ke seseorang." Dia menawarkan hal aneh kepadanya.
Apa seseorang?
Siapa dia?

Tanpa berpikir panjang, sena menaiki Hippi dan dengan cepat hippi berlari sekencang mungkin, Sena ketakutan dia berlindung dibalik Hippi.

Selang beberapa menit kemudian, dia sudah sampai yang di tuju oleh hippi berbeda jauh dengan tempat indah tadi di sini hanya seperti hutan belukar biasa.

"Silahkan turun Tuan Putri, hati-hati jangan sampai terluka." Ucap Hippi merendahkan badannya sedikit agar Sena bisa menepakkan kakinya ke tanah.

"Silahkan berjalan ke sana, dan kau akan menemukan sesuatu."  Perintah Hippi tersenyum, Sena hanya mengangguk pertanda setuju.

Ketika beberapa langkah, dia mendengar tapak kuda ramai meributkan isi hutan belukar itu.
Dia bersembunyi di balik pohon besar.
Oh bagaimana bisa?
Ya Tuhan, itu adalah Quan-li, dia membawa benda beracun dan tajam di sana serta pasukan-pasukan nya.
Sena bergidik ngeri.

"Sena oh Sena." Quan-li memanggilnya dengan nada irama lagu.

(****)

"Raja ku, kita sudah dua hari di sini dan keberadaan Sang Putri belum di temukan oleh Burra." Ucap Qarko kepada Bhuhaib.

"Bersabarlah." Gerga di selimuti oleh rasa kecemasan.

"Lihat siapa di sana." Qera menghunuskan pedang nya, bersiap ada sosok yang membahayakan di sana, namun dia merasa heran, bayangan body wanita, dia terlihat lunglai.
Siapa ?
Namun, bayangan itu semakin jelas tampak, sosok wujud wanita cantik di sana.

"Putri Sena." Qera memanggil namanya.
Bhuhaib langsung melihat ke arah yang sama, Raja Tartar itu dengan cepat berjalan ke arah Sena.

"Sena, darimana saja kau?..." tanya Bhuhaib langsung memeluk Sena dengan erat, dia merasakan badan Sena bergetar dan dingin, seperti nya dia ketakutan.

"Di_dia mengejar ku, aku takut, Quan-li mengejar ku." Sena menangis pecah dalam dekapannya, dia memeluk Bhuhaib dengan erat seperti enggan melepas kannya, mata Bhuhaib tampak marah ketika mendengar nama Quan-li, dia benar-benar seperti bajingan.

"Qera cari lokasi Quan-li." Perintah Bhuhaib mata emerald nya yang tajam mengarah pada Sang menteri pertahanan.

"Baik Rajaku." Qera membungkuk, dia langsung membawa beberapa pasukannya menuju hutan belukar itu.

"Bhuhaib, seperti nya kita harus membawa Sang Putri ke Istana Tartar sekarang, karena kalau kita kembali ke Phandhora semua tidak akan aman." Usul Burra yang di setujui oleh Bhuhaib.

"Baiklah, siapkan semua nya, kita akan meninggalkan tempat ini dan untuk kau Qarko tetaplah bersama Qera, usul dia sekarang." Perintah Bhuhaib.

"Bertahanlah, jangan menangis." Bhuhaib memegang rambut Perak halusnya.

_______________________________________

Maaf yah aku lama banget gak update novel ini, karena sepi aja pembaca gitu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kaisar Di Langit Perak ( The Kingdom Of Tartaria And Princess Of Asia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang