BERLATIH

6 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.

⚽⚽⚽⚽⚽⚽⚽⚽⚽

Di sore ini seperti yang dijanjikan Alves kemarin, dia ingin mulai melatih Wati dan teman temannya. Walaupun di sana Wati hanya ada  teman laki lakinya tapi Wati tetap bersemangat untuk berlatih sepak bola, dia tidak peduli menjadi wanita satu satunya di tim itu yang dia pedulikan hanyalah karir cemerlangnya sebagai pemain bola profesional. Walaupun sulit menjadi pemain profesional di negri ini, banyak sekali minusnya. Mulai dari tidak adanya liga sepakbola wanita, timnas dengan peringkat yang cukup ada di bawah.

Federasi yang tidak memperhatikan sepak bola wanita, ketua federasi yang tidak paham bola entah apa tujuan menjabat jadi ketua federasi? Liga sepak bola pria yang sangat tak beraturan, timnas yang tidak terlalu kuat. Memang benar negara ini bukanlah negara sepakbola seperti Inggris yang memiliki banyak talenta talenta hebat, Brazil dengan pemain pemainnya yang memiliki skill di atas rata rata, Spanyol dengan tiki takanya dan negara negara hebat lainya.

Tapi kita harus menyadari, jika sepak bola Asia tidak sehebat sepak bola Eropa dan Amerika latin. Terbukti negara wakil Asia rata rata hanya bisa sampai ke babak 16 besar piala dunia atau justru tidak lolos fase group kalaupun melebihi itu, mungkin jalur hoki. Apalagi di Indonesia, memang benar sepak bola pria kita bisa bersaing di Asean tapi kalau kembali lagi ke sepak bola wanita, kita sudah tertinggal jauh oleh Thailand, Filipina dan juga Vietnam.

Timnas Indonesia selalu menjadi lumbung goal oleh ketiga negara itu. Paling bagus mentok di semifinal piala Asean itu pun juga jalur hoki, karena tidak se grup dengan 3 negara itu. Mungkin minimnya wanita yang ingin menjadi sepakbola? Atau jangan jangan federasi yang tidak becus mengurusi sepak bola wanita? Jangan jauh jauh ke sepak bola wanita dulu, sepak bola pria juga sepertinya tidak becus.

Alves mengira jika Wati adalah wanita yang memiliki skill murni dalam dirinya, andaikan dia terlahir di Spanyol ataupun negara negara dengan sepak bola yang maju pasti dia akan lebih mudah mencapai cita citanya, tapi Ini di Indonesia bro, liga wanita juga tidak ada dan pasti membutuhkan kerja keras extra berat untuk mencapai itu.

Tapi Alves salut dengan semangat yang dimiliki Wati, dia adalah satu satunya wanita yang berminat dengan olahraga kaki ini di desanya. Mungkin jika dia memiliki cita cita menjadi artis mungkin lebih mudah, dia juga cantik, tapi keinginan orang berbeda beda. Dia hanya ingin menjadi pesepakbola profesional.

Anak anak pun kini mulai berkumpul di lapangan, Alves sudah menyiapkan beberapa alat untuk latihan seperti, bola, gawang kecil dan alat yang lain lain. Tapi jujur, Alves menaruh harapan ke Wati. Dia pikir gadis itu akan mencapai impiannya dan dia berjanji kepada dirinya sendiri, dia akan membantunya dengan sekuat tenaga, bisa saja dia mengirimkan Wati ke Spanyol untuk berlatih ke akademi akademi yang ada di sana. Tapi dia yang tak ingin terburu buru dulu, dia akan membantu Wati secara bertahap namun dia tak menutup kemungkinan untuk menaruh harapan kepada anak anak yang lain.

“Oke anak anak, sekarang kita akan berlatih dasar sepak bola terlebih dahulu mulai dari kontrol, passing, tendangan ataupun yang lain.”

Mereka pun mendengarkan ucapan Alves dengan seksama.

“Karena waktu pertandingan kemarin saya lihat kalian banyak yang belum bisa kontrol bola. Oke untuk hari hari ini gak apa apa gak pakai sepatu dulu tapi kemungkinan saya akan membelikan sepatu untuk kalian semua besok.”

“Iya Coach,” ucap semua pemain serentak.

“Oke sekarang kalian baris, saya akan melempar bola ini dan kalian mengontrolnya,” ucap Alves.

Kemudian anak anak itu pun berbaris  seperti yang di perintahkan oleh Alves, mereka begitu bersemangat sehingga Alves melihatnya pun cukup senang.

EGSATO

Beberapa saat setelah itu latihan pun telah usai, anak anak pun kini duduk melingkar mereka mendengarkan kata kata motivasi dari Alves.

“Kita harus terus berusaha jika ingin meraih kesuksesan itu. Walaupun saya tau kalian semua yang ada di sini nantinya tidak semuanya menjadi pemain bola.” Alves tersenyum, “tapi kalian harus terus berusaha dan bekerja keras mencapai cita cita itu.”

“Siapa di sini yang cita citanya tidak ingin menjadi pemain sepakbola? angkat tangan!”

Sepuluh anak mengangkat tangan, hanya Farhan, Rocky, Saif, Firman dan Wati yang tidak mengangkat tangan.

“Oke, tapi kalian harus berjanji kepada saya untuk mencapai cita cita itu,” ucap Alves.

“Iya, Pak.” Mereka setuju.

“Sekarang kalian semua boleh pulang, besok kita latihan lagi seperti biasa.” Alves tersenyum.

Kemudian semua anak anak itu pun pergi dari lapangan, tapi Saif, Farhan dan Wati masih tetap berada di lapangan itu.

“Gimana caranya jadi seperti Coach?” tanya Farhan.

Alves tersenyum. “Berusaha, kerja keras dan doa.”

“Tapi Coach itu sulit,” ucap Saif.

“Tidak ada yang sulit jika ketiga itu terpenuhi.” Alves tersenyum sembari mengelus pipi Saif.

Setelah itu Alves menendang bola yang ada di depannya, tendangan Alves melengkung dan mampu masuk ke gawang yang ada di lapangan itu. Seontak membuat ketiga anak itu bertepuk tangan.

“Saya yakin kalian bertiga pasti bisa mencapai itu semuanya,” ucap Alves dengan tersenyum.

Ucapan Alves membuat mereka bertiga makin bersemangat untuk mencapai mimpinya menjadi pemain sepak bola profesional.

⚽⚽⚽⚽⚽⚽

⚽⚽⚽⚽⚽⚽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang