Pulang

181 17 0
                                    

"saya berterimakasih karena raja dan ratu sudah menyambut kedatangan kami dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"saya berterimakasih karena raja dan ratu sudah menyambut kedatangan kami dengan baik. Saat ini kami harus kembali ke kediaman" ucap Hao Lan
Yuan Wei ikut menunduk hormat memberikan ucapan perpisahan
"terimakasih atas sambutannya" ucap Yuan Wei
wajah Yuan Wei sudah tidak separah kemarin, tetapi jujur saja ia masih merasa sakit saat tersenyum
"aku minta maaf atas kejadian yang menimpa Istri pangeran kedua. Atas nama Lan Yuer aku meminta kerendahan hati anda untuk memaafkannya"
Yuan Wei menunduk ia mengiyakan
"mana bisa gue maafin cewek itu"

Hao Lan dan Yuan Wei kini tengah berada di perjalanan pulang
"apakah lukamu masih sakit?" tanya Hao Lan dingin
Yuan Wei mengangguk, "sedikit"
"kau tidak mengoleskan obatnya?"
"aku lupa, disini juga tidak ada cermin. oh bolehkah aku pinjam matamu?" tanya Yuan Wei
Hao Lan tidak mengerti maksud Yuan Wei meminjam matanya
"buka matamu lebar lebar ya" Yuan Wei ternyata menggunakan pupil mata Hao Lan untuk berkaca
Hao Lan tidak mengedipkan matanya entah kenapa ia tak bisa melakukannya
Yuan Wei mengoleskan wajahnya dengan obat yang tabib berikan kemarin
"sudah, terimakasih"
Hao Lan mengedipkan matanya karena sudah terasa kering dan berair
"jika Zhang Fei Ran tau aku begini, dia pasti akan membalaskan perbuatan Lan Yuer itu" ucap Yuan Wei
"dia selalu mengandalkan kakaknya" Hao Lan memejamkan matanya

"dimana dekret perang kekaisaran? kenapa ayah tidak menyimpannya bersama dengan dokumen penting lainnya? Xiao Lie mencari dekret perang yang terjadi 5 tahun lalu

"dimana dekret perang kekaisaran? kenapa ayah tidak menyimpannya bersama dengan dokumen penting lainnya? Xiao Lie mencari dekret perang yang terjadi 5 tahun lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"harusnya ada disini"
tiba tiba seorang pria tua masuk kedalam ruangan itu
"Xiao Lie? tumben sekali kau di ruang baca. Sudah bosan bermain dengan qin mu?" tanya nya
"ayah, kau mengagetkanku saja. aku ingin mencari dekret peperangan 5 tahun lalu. ayah menyimpannya dimana?" tanya Xiao Lie
"oh, ibu ratu terdahulu sudah mengambilnya beberapa tahun lalu" ucap tuan Xiao sambil meletakkan beberapa buku di rak
"untuk apa beliau mengambilnya?"
"ayah rasa ibu ratu terdahulu ingin mengumpulkan bukti kejadian perang selama hidupnya untuk dijadikan arsip hidup"
"haish.. mana mungkin" gumam Xiao Lie
"aku dengar kau kemarin pergi ke rumah bordil, apakah itu benar?"
Xiao Lie terkejut ayahnya tau mengenai hal ini, padahal ia selalu bersembunyi saat pergi ke rumah bordil
"a-ah tidak, aku tidak pergi kesana"
"ayah melihatnya sendiri" ucap ayah Xiao Lie tegas
Xiao Lie terdiam
"sampai kapan kau masih mengulangi kebiasaanmu itu? berhentilah mengunjungi rumah birdil segeralah menikah dan hidup bersama anak istrimu dengan bahagia" ucap ayah Xiao Lie
"aku masih muda ayah, jangan memaksaku untuk menikah. lagi pula belum ada wanita yang menarik hatiku"
"ada, tetapi dia istri orang"
"muda apanya? Pangeran kedua yang dua tahun lebih muda darimu saja sudah beristri, lihat saja sebentar lagi dia punya anak yang akan memanggilmu dengan sebutan paman"
Xiao Lie terkekeh, "tidak ayah, Hao Lan bahkan tidak memiliki semangat untuk memiliki keturunan" ucapnya bergurau
"masih saja bisa tertawa! aku tidak paham denganmu"

"Kapan kau akan menyatakan perang dengan negara Sian? jangan menundanya jika kau berhasil menguasai Sian, kita akan semakin mudah untuk menggulingkan dinasti Li" ucap ibu ratu terdahulu
"ratu, negara Hui sebenarnya bisa saja menyatakan perang kapanpun aku mau. tetapi aku harus memikirkan strategi agar kekaisaran tidak ikut campur didalamnya" ucap Raja Meng, raja negara Hui
"terlalu banyak pertimbangan, harusnya sejak aku datang kemari dengan prajuritku kau sudah menyatakan perang dan menguasai Sian"
Raja Meng terdiam
"aku yakin banyak orang yang sudah mencurigaiku ingin menggulingkan Li, tetapi mereka hanya diam saja menunggu bukti nyata terungkap" tambah ratu terdahulu
"ibu ratu, jika anda merasa tidak aman di istana kekaisaran anda bisa tinggal disini untuk beberapa waktu" ucap raja Meng
"aku masih punya parlemen kiri yang masih harus ku gerakkan"
"apakah mentri Yao masih bisa dipercayai?" tanya raja Meng
"dia adalah bidak terbaikku"

"apakah putrimu itu sudah gila? dia malah pergi ke negara Gong untuk melakukan ritual setelah menikah. Apa dia benar benar menganggap pernikahan ini benar? Semakin lama dia bersama pangeran kedua semakin tumbuh rasa sayang diantara mereka, lantas bagaimana dia bisa melakukan misi membunuh pangeran kedua?" Mentri Yao marah pada jendral Zhang
"aku bahkan baru mengetahui hal ini kemarin. Zhang Fei Ran juga ternyata sudah kembali dan kini ia pergi entah kemana" ucap jendral Zhang jujur
"apa anak anakmu itu berpihak pada kaisar Li? Ingatlah leluhur Li membabat habis nenek moyang kita" ucap Mentri Yao mengingatkan
"jelas anak anakku mengikuti perintahku, tidak mungkin mereka berkhianat"
"aku harap mereka benar benar tidak berkhianat"

Yuan Wei tertidur dalam perjalanan
"apa yang kau buat?" tanya Anliu pada Abei sambil mengendalikan kuda
Abei menunjukkan karyanya, "aku menyulam burung phoenix pada sapu tangan ini"
"untuk apa?"
Abei menurunkan suaranya, ia berbisik "minggu depan nona Zhang akan berulang tahun, aku menyiapkan ini untuk hadiahnya" ucap Abei
Anliu mengangguk angguk, "dia pasti menyukai ini"
tanpa disadari ada Hao Lan yang menguping pembicaraan mereka

dua hari berlalu
setibanya di kediaman
"aduh aku ingin segera membaringkan tubuhku di ranjang" ucap Yuan Wei setelah turun dari kereta kuda. Ia langsung berjalan menuju kamarnya
"nona, saya siapkan air hangat untuk mandi" ucap Abei
"yah.. siapkan saja aku masih mau beristirahat badanku pegal semua" Yuan Wei memasuki kamarnya
"Anliu, pergi dan beli kunyit, jahe merah serta madu" Hao Lan memberikan uang pada Anliu
"baik pangeran"

beberapa saat kemudian
Anliu datang bersama Xiao Lie
"pangeran, ini kunyit, jahe merah dan madunya" Anliu menghampiri Hao Lan yang duduk di paviliun kediamannya
"berikan pada Abei, minta dia untuk membuatkan teh dari jahe dan madu itu" ucap Hao Lan
"Baik pangeran" Anliu pergi menemui Abei
"campuran kunyit, jahe merah dan madu akan menambah kekebalan tubuhnya. dia tidak pernah menempuh perjalanan sepanjang ini"
"kau pasti lupa tidak memberikan kabar kepulanganmu padaku, untung saja aku bertemu Anliu di pasar" ucap Xiao Lie
"aku belum sempat" ucap Hao Lan
"dimana nona Zhang?" tanya Xiao Lie
"kenapa kau mencarinya?"
"aih, tidak apa aku hanya ingin melihatnya setelah lama tidak berjumpa. jujur saja aku rindu polahnya yang membuat jengkel banyak orang" Xiao Lie bergurau
Hao Lan diam, wajahnya tiba tiba memerah
"kau kenapa? kau sakit?" Xiao Lie hendak memegang dahi Hao Lan
Hao Lan menepis kasar, "singkirkan tanganmu"
"aiyaa... jangan bilang kau cemburu karena aku merindukan nona Zhang? Hao Lan.. jangan khawatir aku tidak akan merebut nona Zhang" Xiao Lie melanjutkan candanya
"tetapi jika kau membuangnya aku pasti akan menjadi orang pertama yang mengambilnya" lanjut Xiao Lie
"beberapa hari tidak bertemu, kau jadi banyak omong"
Xiao Lie terdiam sejenak dengan ucapan Hao Lan
"Hao Lan, apakah kau tau ibu ratu terdahulu mengambil dekret perang milik kaisar yang dibawa oleh ayahku?" tanya Xiao Lie
Hao Lan menggeleng, "apa ibu ratu terdahulu benar melakukannya?"
Xiao Lie mengangguk, "aku curiga ibu ratu mencari negara negara yang kalah dalam perang dan mengajak negara negara itu untuk menjadi sekutu guna menyerang kekaisaran Li"
Hao Lan terdiam, "apa kakakku sudah tahu tentang hal ini?" tanya Hao Lan
Xiao Lie menggeleng, "aku belum memberitahukan hal ini padanya. Ia yang memintaku mencari daftar negara yang kalah dalam peperangan itu"
"kakak pasti punya rencana untuk menyatukan negara negara yang kalah guna mencegah perang terjadi kembali"
"benar, pangeran mahkota mengatakan ia akan memberikan dekret pada negara negara yang kalah dalam perang itu agar tidak ikut campur dalam urusan Hui dan Sian, tetapi ibu ratu terdahulu sudah melangkah lebih jauh didepan"
Hao Lan terdiam
"Hao Lan, bagaimana negara Gong?" tanya Xiao Lie
"paman Lan mau bekerja sama dengan Sian, ia mengatakan akan segera mengirim surat pernyataan pada negara Sian untuk setia pada kaisar Li dengan melakukan apa yang dikatakan oleh kaisar" jelas Hao Lan
"pasukan negara Gong sangat cerdas, tetapi jujur saja untuk perang kecerdasan tidak cukup" ucap Xiao Lie
"kau benar, paman Lan memintaku untuk memikirkan kerja sama dengan negara persia"
"persia? aku yakin mereka tidak akan mau ikut campur mengenai konflik keluarga yang mencetuskan perang seperti ini"
"tapi jika kita mengatakan bahwa ada pemberontakan dan perlawanan, negara persia pasti akan membantu"
"aku akan mencoba meminta ayahku untuk mencari hubungan diplomatik dengan negara persia, kau tenang saja aku akan mengurusnya sama seperti suku barat"
"apakah mereka setuju untuk setia pada kaisar?" Tanya Hao Lan
Xiao Lie mengangguk, "mereka siap mengerahkan pasukannya untuk melindungi kekaisaran"

The Battles Of Prince's Lady (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang