18.love in silence

9 1 0
                                    

"kehilangan sosok penerang jalan,
Adalah luka yang paling dalam, hingga
tidak Ada obatnya"

Gizan Risky dirgantara

















Vera terbangun kala mendengar suara azan subuh, ia segara menggeser posisi kepala gizan dari lengannya, ia membangun gizan nanti saja, karna gizan semalam menemaninya membuat pidato untuk teman-teman yang akan ikut lompa pidato, alhasil anak ini tidur jam 12 dini hari, tidak enak jika ingin membangunkan.

Ia keluar kamar dan mendapati bang Azriel dan bang althar dan zayyan tengah memakai baju kokoh putih, dan ayah juga, sangat rapi di jam segini, ah tidak mereka Sepertinya sudah rapi sejak ia belum bangun sepertinya.

"Dek, Gizan udah bangun?" Tanya bang Azriel

Vera menggeleng, ia Segera memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri dan lalu menunaikan ibadah sholat, namun saat keluar dari kamar mandi sepiker masjid berbunyi, bertanda akan ada siaran.

"INALILLAHI WA INNAHILAHIROJIUN,
TELAH BERPULANG KE
RAHMATTULLAH IBU HENNY ASARI, PADA PUKUL 3 DINI HARI"

Lemas, itulah yang vera rasakan, bagaimana bisa, kemarin masih sehat-sehat saja, kenapa sekarang sudah berpulang, memang kematian itu misteri.

Vera segara naik ke atas untuk menunaikan ibadah sholat subuh, setelah sholat subuh ia menoleh ke arah ranjang, mendapati gizan menangis dalam diam, ia segera membereskan mukena untuk sholatnya dan duduk di sebelah gizan.

"K-kak, gizan boleh nangis?" Tanya gizan polos Seperti anak umur lima tahun.

Tampa banyak omongan Vera membawa gizan kedalam pelukannya, gizan menangis didalam pelukan Vera, sosok gizan yang tak pernah Vera lihat selama 9 tahun ini.

"Udah jangan nangis, nanti jadi penghambat ibu jalan, anak lanang harus kuat" ucap Vera dengan mengelus punggung gizan memberi tenaga agar dirinya tenang.

"Gizan mandi yah, habis itu ayok turun bentar lagi ibu mau di mandikan" ucap Vera memberi instruksi, gizan mengangguk dan turun dari ranjang dan menuju kamar mandi.

Vera menatap punggung gizan dengan tatapan sendu, memori dua belas tahun yang lalu kini berputar di pikiran Vera Seperti kaset rusak.

Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan Vera segera mengambilkan baju kokoh gizan untuk mengantarkan ibunya ketempat peistirahatanya untuk terakhir kali.

Vera keluar kamar dan menuju balkon, di rumah gizan sudah banyak orang-orang yang berdatangan, Abangnya sedang mengobrol dengan orang yang akan menggalihkan kuburan untuk ibu henny.

"Kak Vera" panggil gizan dengan sangat pelan.

Vera menoleh mendapati gizan sudah memakai baju dan sarungnya sendiri, dan di tambah peci yang sudah ada di kepala gizan

Rapi

Tapi tatapannya yang tidak rapi, mata yang sembab dan hidung memerah, membuat orang-orang yakin gizan tidak baik-baik saja, begitu juga Vera.

🌧️🌧️🌧️

"Dek gizan silakan di cium, tapi air matanya jangan sampai jatuh yah" ucap Bu Ari

Love in silence [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang