34. love in silence

16 1 0
                                    

Vera: satset Bray.

Laa: slow dong neng

Vera: tambah kecepatan dikit ngapa.

Laa: kalau mati?

Vera: kalau gw kegpp.

Laa: arzan buat gw yah!

Vera: p segel!!!
































Note:
—jangan lagi noleh ke belakang untuk hal yang telah tuhan jauhkan darimu



























"Rivera zayyana Pangestu" Vera yang sedang berdiri di depan pintu dengan senyum tipis namun tersirat ketakutan di dalamnya.

Mampus!! Sekarang sudah menunjukan pukul setengah tiga sore, dan dia baru pulang, setelah membolos, wahh epik sekali kau ver.

Mana tasnya di tinggal dan Abang loh yang bawa, hebat sekali kan tokoh utama kita, Vera merasa ada sirine bahaya segara menundukkan pandangannya, ia juga merasa bersalah pergi tak bilang-bilang.

Apa lagi ia pergi ke kota sebelah, ia melirik ke arah kirinya yang mendapati Azriel Tengah menatap tajam dirinya, seolah ingin menerkam habis-habis.

Dan yang membuat Vera membelakan matanya adalah dua sosok yang duduk dengan Azriel, shit, kenapa dia ada di sini batin Vera berteriak.

"Hukuman apa yang tepat untuk mu Vera" tanya althar membuat lamunan Vera buyar sebuyarnya.

"Terserah kalian" ucap nya menyerah, masalah hukuman Azriel dan Althar adalah juaranya karna mereka berdua adalah mantan ketua dan wakil osis yang hobi menghukum anak nakal, seperti Vera.

"Hp kamu Abang sita plus fasilitas kamu Abang sita selama satu Minggu" ucap althar lugas.

"-dan selama seminggu kamu di larang keluar rumah kecuali sekolah, kamu mengerti" sambung Azriel.

Terdengar nada perintah di setiap kata membuat Vera mau tak mau harus menurutinya, ia menegakkan kepalanya agar bisa melihat wajah abang nya.

"Hp" Vera memberikan semua fasilitas dari mobil, hp dan juga black card nya ia tidak akan memakai itu selama seminggu.

"Oh sama satu lagi, kamu enggak boleh ikut misi apapun itu!"

"GAK"  jawab Vera dengan tekad yang mantap, ia bisa menerima hukuman yang lain, tapi misi, ia harus ikut turun tangan karna semua informasi ada pada dirinya.

"Kalian berdua bisa ngehukum aku lebih, bahkan Fisik juga aku siap!"

"-tapi jangan pernah halangin aku buat nyingkirin bajingan itu!, udah banyak nyawa yang dia buat sengsara, termasuk Renzo yera Al dan arzan, jika keadilan itu nyata, aku mau, nyawa di bayar nyawa, dan darah di bayar darah, tak adil kan jika nyawa di bayar uang?" Ucap Vera dengan tajam, ia berani melawan abangnya karna ia sudah tau bagaimana korban Dexter itu hancur, dengan mengenaskan.

"Aku tidak akan berbicara dengan kalian, jika kalian masih tidak membolehkan ku ikut" ucap Vera yang tau keterdiaman Abangnya, ia memilih melangkahkan kakinya menuju kamar, ia ingin membersikan dirinya yang udah lengket akibat keringat.

Setelah memasuki kamar nuansa hitam putih itu Vera melangkah kakinya kedalam kamar mandi, ia mendekat ke wastafel dengan menatap wajahnya di cermin.

Ia tersenyum tipis, setelah menatap pantulan wajahnya Vera segera membersihkan diri lalu keluar dengan rambut basah setelah mandi,

Love in silence [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang