01

8.4K 269 4
                                    

Biasanya teman sebangku itu lebih akrab dibandingkan dengan yang lainnya. Tapi aku Elion Adante, gak pernah sekalipun merasa akrab dengan teman sebangku ku.

Kita sudah menjadi teman sebangku dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas sekarang ini, tapi obrolan kita hanya sedikit dan dia benar-benar terlihat tak peduli dengan keberadaanku.

Alasan mengapa aku menjadi teman sebangkunya dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas adalah ..pertama, aku selalu sekelas dengannya dan ketika hari pertama masuk sekolah, aku selalu telat. Aku tak tahu kenapa setiap aku telat dihari pertama masuk sekolah hanya tempat di sampingnya lah yang kosong!!

Jadi aku mencoba untuk bertanya padanya dan jawaban yang dia berikan itu benar-benar sangat aneh.

"Kenapa gue selalu duduk di samping lo ya?"

"Karena harus."

Gimana aku gak bingung?? Harus?? Emangnya duduk di samping dia itu adalah sebuah kewajiban yang aku tanggung?

Karena dia tidak memberikan jawaban yang pasti, maka aku bertanya dengan teman ku yang lain.

"Kenapa tempat duduk di samping Rendra selalu kosong sampai gue harus duduk di sebelahnya tiap tahun?!! Emang gak ada yang mau duduk sama dia?"

"Lha? Tiap ada orang yang mau duduk di samping dia, dianya selalu bilang kalau kalian janjian mau duduk bareng."

"Ha?!! Kapan gue bilang gitu ke dia?"

"Ya mana kita tahu, lo tanya aja sama dia."

"Gue udah nanya dan jawaban dia itu gak nyambung banget coy."

Bukankah aneh? Sejak kapan aku mengatakan kalau aku berjanji akan duduk dengannya? Dan kenapa dia mengatakan bahwa aku harus duduk dengannya?

Setelah lama berpikir sampai membuat kepalaku pusing, aku memutuskan untuk kembali lagi bertanya padanya.

"Rendra."

"Hum?"

"Gue beneran mau nanya."

"Ya."

Jawaban dia bener-bener kayak orang gak ikhlas ngomong sama aku aja, emangnya aku salah apa sih sama dia sampai dia begitu? Kayaknya juga dia gak pernah manggil nama ku.

"Ada yang bilang kalau kita sebangku itu karena kita janjian. Kayaknya gue gak pernah janjiin itu ke lo deh."

Dia diam, lalu diam, sampai istirahat pun dia tetap diam. Jadi kapan dia akan menjawabnya?!! Hey!! Ini sudah dua jam berlalu.

Ketika aku meliriknya, dia tengah tidur memakai bantal kelinci kesukaan ku, pantas saja tadi ku cari kemana-mana tidak ada, ternyata dia yang mengambilnya.

Ini adalah kali ke tujuh puluh tujuh?? Entah aku tidak menghitungnya. Intinya dia selalu menggunakan bantal kelinci ku yang sangat aku sukai ketika dia tidur di kelas, dan hampir setiap hari dia tidur.

Aku tak tahu kenapa aku meminjamkan barang milikku padanya padahal ketika yang lain meminjamnya aku tidak rela. Ini bukan karena aku takut padanya, hanya saja ..hanya ..aku- oke, iya. Aku takut padanya.

Siapa yang tidak takut dengannya, sial? Memangnya ada orang yang tidak takut dengan seorang lelaki yang ketika memukuli orang lain dia tidak merasa bersalah tapi menatapnya datar.

Untung aku tidak pernah membuat masalah dengan orang temperamental ini, anak ini sepertinya harus diperiksakan ke dokter jiwa agar sembuh dari penyakit gilanya itu.

"Hey," nah, lihat? dia tidak memanggil namaku dan menyebutku 'hey' dengan sangat kurang ajar. Memang siapa yang akan sadar jika dipanggil begitu??

Dan ini sudah waktu pulang, kenapa dia memegang pergelangan tanganku, mana pegangannya kenceng banget. Tolong aku!!

SEATMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang