27

1K 56 0
                                    

Elion pov

Pagi ini rasanya berbeda dengan pagi-pagi biasanya, aku membuka jendela kamar ku. Sinar matahari masuk, membuat kamarku menjadi lebih terang.

Seseorang yang tengah tidur di ranjangku menggeliat, dia membuka matanya, meraba tempat di sampingnya, kemudian duduk.

Benar ..pagi ini berbeda dengan pagi biasanya karena aku tidur dengan Rendra, sayangnya hanya tidur saja dan tak ada hal lain.

"Kamu bangun pagi sekali Lily."

Aku berjalan mendekati Rendra lalu aku menjatuhkan diriku di atasnya. Untung dia masih hidup dan malah tertawa lalu memelukku.

Rendraaaa ..betapa aku menyukaimu. Aku sangat suka memelukmu, kehangatan ini rasanya benar-benar sangat menyenangkan.

"Eli ..ayo sarapan, ajak teman mu juga."

Padahal aku mau memeluk Rendra sampai siang, karena bunda sudah menyuruh untuk makan jadi aku turun dari ranjang.

Aku menatap Rendra yang sudah berdiri di sampingku, sebelum aku benar-benar membuka pintu Rendra memeluk pinggangku lalu mencium pipi ku.

Tentu saja tak boleh ku biarkan hanya pipi yang dia cium, tentu saja bibirku juga. Jadi aku meraih tengkuknya, lalu mencium bibirnya.

Setelah sekian abad lamanya, akhirnya dia membalas ciumanku dan mengarahkanku. Dia ..dia kok pandai berciuman sih?!! Dia pernah melakukannya?!! Ini ciuman pertamaku, sial.

Aku mendorongnya sampai dia mengernyitkan dahinya, hei bodoh! Kamu mengambil ciuman pertamaku tapi kamu tak menjaga ciuman pertamamu. Sialan.

"Huh ..kamu pandai berciuman."

"Tentu saja."

"Itu bukan yang pertama kan?"

"Ah ..itu, kamu cemburu?"

"Humph."

Masa bodoh dengannya, aku berjalan mendahului dirinya. Kita sarapan bersama dan dia duduk di sampingku.

Aku kesal dengannya jadi aku tak mau bicara dengannya, kita hanya makan tanpa ada percakapan apapun.

"Kata Eli, dia mau tinggal denganmu di apartemenmu. Rendra tidak apa?"

"Aku gak masalah tan."

"Tante emang lagi bingung mau nitipin Eli kemana kalau tante ajak ke korea ..dia sudah kelas dua belas dan beberapa bulan lagi dia lulus, jadi kan gak mungkin."

"Bunda ngapain ke korea? Kok bunda gak ngasih tahu aku?"

Bunda diam saja, dia tersenyum menatapku. Selama ini bunda tak pernah pergi walaupun ayah pergi jauh, dia selalu ada di rumah.

Rumah ini akan kosong kalau bunda dan kalau aku juga pergi, siapa yang akan menempati rumah ini? Tak mungkin dibiarkan kosong, kakak juga hanya akan kesini sebulan lima kali.

"Ayahmu kan dipindah tugaskan di sana selama lima tahun. Gak mungkin bunda gak ke sana sayang, nanti yang ngerawat ayah kalau sakit siapa? Kamu di sini kan masih ada kakak kamu, kalau sakit bisa nelepon kakak dan Rendra juga mau bantuin, iya kan nak?"

"Iya tan, saya secepatnya langsung ke sini dan ngerawat Elion."

Biasanya aku terharu dengan kata-kata Rendra tapi sekarang aku sedih, aku gak pernah hidup jauh dari bunda. Mungkin hanya beberapa hari lalu dia akan kembali pulang, ini lima tahun.

Gak mau ..masa lima tahun sih. Lama banget, walaupun ada Rendra tapi kan tetap saja. Yang bersamaku dari kecil itu bunda bukan Rendra, aku menyukai Rendra tapi yang lebih aku suka dan aku cinta itu bunda.

Rendra menggenggam tanganku, dia mungkin sadar kalau aku sedang sangat sedih atas apa yang bunda katakan.

"Kamu boleh tinggal sama Rendra di sini ataupun di apartemennya, kalau gak ngerepotin Rendra."

"Sama sekali gak ngerepotin."

Dia menatapku dengan senyuman, aku masih kesal soal ciuman tapi kita abaikan saja itu. Saat ini lebih penting.

"Bunda beneran mau pergi ninggalin aku? Bunda tega?"

"Sayang ..gak selamanya bunda harus ada di sisi kamu, ada saat di mana kamu harus berdiri sendiri juga. Kamu kan udah besar, tolong ya? Atau kamu mau ke sana setelah lulus? Nanti ayah bisa nyariin kuliah di sana."

Kalau begini sih bukan Rendra yang ninggalin aku tapi aku yang ninggalin Rendra. Sekarang dia menggenggam erat tanganku seolah dia takut kehilanganku.

Aku tahu Rendra ..aku juga takut. Apa yang harus aku pilih? Rendra atau bunda? Aku sudah lama bersama bunda dan seperti apa kata bunda, aku harus berdiri sendiri dan tak semuanya harus ada di sisi bunda.

"Aku tinggal di sini aja, aku gak mau rumah ini kosong."

"Anak bunda sudah besar."

Rasanya aku mau menangis tapi aku tak ingin memperlihatkannya di depan bunda, aku berdiri dari tempatku duduk. Lagipula kita sudah selesai makan daritadi, jadi tak apa kan kalau aku pergi.

"Kalau gitu aku mau ke kamar dulu."

"Li- Elion .."

Aku pergi ninggalin Rendra, dia sepertinya masih di sana untuk berpamitan dengan bunda.

"Maaf tan, aku permisi."

Sampai di kamar, dia ternyata ada di belakangku. Dia menutup pintu kamarku dan aku langsung memeluknya lalu terisak.

Dia memelukku erat mengusap rambutku, menenangkan diriku, hangat. Aku merasa lega hanya karena sebuah pelukan darinya.

"A- aku gak mau ditinggal bunda."

"Iya sayang, aku ngerti. Tapi kamu gak boleh begini hum ..bunda kamu juga harus merhatiin suaminya kan?"

Tangisku semakin menjadi, baju Rendra jadi basah karena air mataku dan aku tak peduli, dia juga tak peduli dengan hal itu dan tetap menenangkan ku.

"Sayang ..Lily."

"Gak mau."

"Kamu juga harus ngertiin bunda kamu, iya kan?"

Aku melepas pelukannya dan mengangguk dengan mata sembab dan bibir ditekuk, dia mencium bibirku entah dengan alasan apa, ini adalah pertama kalinya dia berinisiatif, biasanya aku yang melakukannya dulu.

"Ha ..Rendra."

"Jangan nangis lagi, kamu terlalu manis kalau nangis. Aku gak bisa nahan diri kalau kamu begitu."

Aku gak tahu apa maksudnya tapi dari tatapannya yang seakan mau memakanku, sepertinya aku tahu.

Aku tersenyum tipis lalu kembali memeluknya, aku mencoba mengingat kenangan menyedihkan dan kembali menangis di pelukannya.

Sebenarnya aku mau bertemu dengan Oryn dan meminta tips darinya yang terlihat sudah sangat berpengalaman, aku juga sudah mendapatkan nomornya. Tapi kalau ini berhasil, dia jadi tak perlu bertemu dengan Oryn.

"Kamu sungguh ingin melakukannya?"

Dia mengapit daguku dengan jarinya, tatapannya lembut menatap diriku. Aku juga menatapnya lalu mengangguk.

"Lily ..bagaimana jika kamu tak suka?"

"Kita berhenti."

"Aku gak bisa berhenti kalau sudah gila Lily."

"Gila?"

Apa maksudnya itu? Anin memang sering mengatakan kalau Rendra itu gila dan aku juga kadang percaya hal itu. Tapi apa maksudnya ini? Gila yang seperti apa yang dia maksud? Aku tak mengerti.

"Ha ..sudahlah."

Dia melepaskan ku lalu pergi ke kamar mandi, kalau aku tak mengerti tentu saja dia harus memberitahu ku kan.

Aku mengikutinya ke kamar mandi dan dia berhenti di pintunya, membalik badannya dan menatapku.

"Lily ..tolong, jangan lakukan ini."

Dia menutup pintunya begitu saja. Aku sadar akan sesuatu sekarang, sepertinya ..aku memang harus bertanya pada Oryn.

Tbc.

SEATMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang