Side Story

1.8K 62 0
                                    

Awalnya hidup Anin sangat tenang, tentram, dan begitu bahagia karena dia bersama dengan pacarnya yang sangat romantis dan manis. Dia bahkan sudah tak peduli lagi dengan kebucinan Elion dan Rendra, tapi berita mengejutkan membuatnya meletup dan gila.

Anin sekarang berada di hadapan Rendra, dia menampar Rendra berkali-kali sampai Rendra mendorong Anin untuk menjauh. Saat ini Rendra tengah mabuk, jadi Rendra tak peduli dengan siapa orangnya, jika dia memukul Rendra, maka dia akan membalasnya.

Mereka saling adu pukulan, untungnya orang-orang yang berada di bar bisa memisahkan mereka yang tengah bertengkar dengan bruntal. Anin juga bisa menyeimbangi Rendra, entah dengan kekuatan apa dia bisa melakukan hal itu.

"Lo orang paling bego yang pernah gue temui, lo sepupu gue yang paling gue benci sekarang. Dasar sinting! Lo ngelepasin kebahagian lo sekarang? Really?"

Antara sadar dan tak sadar, Rendra menatap Anin dengan senyuman tipis di wajahnya.

"Kebahagian? Apa itu? Elion gak berarti apa-apa buat gue."

Kembali lagi Anin meninju Rendra dengan kuat, dia mengguyur Rendra dengan air yang kebetulan sekali ada di dekatnya hingga membuat Rendra tersadar.

"Lo ngapain!?"

"Lo yang ngapain, dasar sinting!? Lo bilang Elion gak berarti apa-apa, sedangkan lo ngasih segalanya buat dia! Kenapa lo milih orang lain?"

"Dia ibu gue! Dia bukan orang lain, gue milih ibu gue. Dia yang ngerawat gue, ngedidik gue, ngelahirin gue, dia ngasih segalanya buat gue, dia langit buat gue, dia hidup gue!"

Air mata Rendra menetes, kali ini bukan di hadapan Elion tapi di hadapan Anin, kali ini bukan untuk Elion tapi untuk ibunya.

"Dia ngebuat lo menderita."

"Cuma itu .."

Rendra menghela nafasnya panjang, di menatap ke atap bar. Orang-orang di sana nontonin mereka dengan heran.

"Elion segalanya buat gue, dia dunia gue, dia rumah buat gue. Tapi kalau gue gak hidup, gimana gue bisa berada di dunia gue? Gimana gue bisa menempati rumah gue?"

Anin gak bisa ngejawab, apa yang dikatakan Rendra benar adanya.

Akan lebih baik jika semua yang Rendra lakukan dan katakan pada Elion adalah sesuatu yang palsu, sehingga Anin bisa memukulinya sampai puas. Tapi semua tindakan dan ucapan itu tulus, walau dia tak bisa menepatinya.

Benar apa yang Anin pikirkan dahulu, dia bisa gila jika melihat tepat pada mata Rendra yang tersakiti karena cintanya.

Selama ini ..Anin lah yang membuat hubungan Rendra dan Elion bisa berjalan. Dia membantu Rendra mendekati Elion, tapi sekarang Rendra sendiri yang menghancurkan hubungannya dengan Elion. Dia kesal, dia benar-benar merasa sangat kesal, tapi alasan yang Rendra buat masuk akal.

"Kenapa harus nikah?"

"Dia pengen gue punya anak."

Anin duduk, dia mengusak rambutnya frustasi. Padahal ini bukan hubungannya, tapi dia yang menjadi sefrustasi ini.

Entah kenapa dia merasa bahwa kebahagian Rendra telah menjadi tanggung jawabnya. Setiap dia menatap mata kelam itu, dia tak bisa untuk melihatnya sedih atau menderita.

Sudah bagus mata itu bersinar, dia bahagia dengan Elion, dunianya. Tapi kenapa sekarang segalanya menjadi begitu buruk? Kenapa menjadi seperti ini? Anin membenci situasi ini.

Dia pikir Rendra akan menjadi orang yang paling bahagia dengan pasangannya, dia bucin banget, dia romantis, dia perhatian, tapi jika pasangannya adalah Elion. Namun sekarang pasangannya bukan lagi Elion melainkan orang lain.

"Siapa calonnya?"

"Gue gak tahu."

Rasanya Anin ingin pergi ke rumah Rendra lalu protes tentang masalah ini dengan ibu Rendra. Sialnya orang tua Anin setuju dengan ibu Rendra untuk pertama kalinya selama dia hidup dan apapun yang sudah ditetapkan oleh ibu Rendra, pasti akan terjadi.

Orang itu berpendirian teguh, dia konsisten dengan apa yang dia katakan. Tak ada kesempatan untuk Anin protes, dia juga tak bisa membuat Rendra memberontak karena Rendra sudah pasrah.

"Muka lo jangan begitu ngapa sih nyet! Gue sebel liatnya."

Anin memukul lengan Rendra, alkohol yang hendak Rendra minum tumpah karena Anin menyenggolnya dengan cukup keras.

"Ngapain lo minum lagi!? Lo mau mati?"

"Gue masih mau lihat Elion."

"Dih!? Sape lo?"

Ucapan Anin sangat menusuk Rendra. Muka Rendra semakin keliatan murung. Anin udah gila karena Rendra putus sama Elion, sekarang makin gila lagi ngeliat ekspresi Rendra yang kayak begitu.

Kalau seandainya saat ini pacarnya ada di sini, mungkin dia bakal ngehentiin Anin buat nonjok Rendra tapi sekarang dia bebas, dia bisa nonjok Rendra sepuasnya.

"Gua yang gila lama-lama ngeliat lo."

Gak ada jawaban dari Rendra, dia masih merenungi perpisahannya dengan Elion. Dia benar-benar seperti orang yang tak punya keinginan untuk hidup, padahal katanya ibunya adalah hidupnya, tapi keinginan hidupnya adalah Elion. Membuat pusing saja.

"Bisa gak kalau bikin cerita hidup itu yang simpel aja kayak gue gitu. Ketemu, pacaran, tunangan, nikah. Sesimpel itu."

"Lo belom nikah dan gue gak bisa ngatur cerita hidup gue. Kalaupun bisa gue gak mau samaan kayak lo."

Ngeselin banget Rendra di mata Anin saat ini, udahlah buat Anin gila, dia juga kalau ngomong gak ada saringannya. Pokoknya Anin kesel banget sama Rendra.

"Gue mau nikah."

"Jangan samaan tanggal."

"Dih ..ogah banget!! Gue nikahnya sebulan setelah lo."

"Emang lo tahu gue nikahnya kapan?"

"Gak sih."

Rendra memutar bola matanya. Dia menjadi sedikit lebih terhibur dengan keberadaan sepupunya di sampingnya, dulu dia gak peduli dengan keberadaan Anin, sekarang dia tahu Anin ternyata cukup baik juga.

"Dia bakal ke nikahan lo gak?"

"Ya."

"Gue gak mau dateng ke nikahan lo kalau gitu."

"Lo bakal diseret sama keluarga besar."

"Gue bakal melarikan diri sama my honey."

Ngomong sama Anin lama-lama bikin pusing, ada baiknya Rendra minum alkohol yang tersaji di depannya aja.

Niatnya sih begitu, tapi Anin ngambil alkoholnya dan ngasih ke orang yang gak mereka kenal. Yang penting ilang dah tuh alkohol dari atas meja.

"Gue beli pake duit gue."

"Bodo amat, gue gak mau lo mati muda."

"Gue gak bakal mati."

"Tuhan lo? Engga kan, hidup mati gak ada yang tahu."

"Terserah."

"Kek cewek aja lo, terserah ..terserah."

Anin kembali bicara panjang kali lebar kali tinggi kayak rumus luas balok aja. Rendra sih gak peduli, dia memikirkan kebersamaannya bersama dengan Elion dahulu.

"Gimana istri lo nanti kalau lo aja mikirin Elion sepanjang hari."

"Gue pengen ninggalin dia setelah dia ngelahirin anak gue."

"Gausa sok jadi brengsek deh lo."

"Gue bisa ngelakuin itu buat Elion."

"Emang Elion mau?"

Rendra terdiam. Dia bakal digampar sama Elion kalau kayak begitu.

"Bocah sinting."

_____

SEATMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang