03

3.5K 227 1
                                    

Sudah beberapa hari ini tempat duduk di samping Elion kosong. Orang yang mendudukinya sedang sakit.

Setelah insiden pingsan waktu itu, seluruh kelas panik. Dan berakhirlah Rendra dijemput orang tuanya.

Badannya sudah sepanas itu, mana mungkin dia pulang sendiri. Lagipula dia pingsan, tak mungkin orang pingsan menyetir motor.

Yang membawa motor Rendra adalah Anin. Sampai Elion menjadi sangat penasaran apa hubungan keduanya. Dia tak berani bertanya pada siapa pun karena dia pikir itu bukan urusannya, namun dia penasaran, tapi sekali lagi itu bukan urusannya. Dan ketika dia ingin bertanya pada Rendra, dia tahu jawaban Rendra pasti akan lebih membuatnya penasaran. Maka dia memendam rasa penasaran itu sendiri.

"Kangen lo sama Rendra?" tanya seseorang yang tiba-tiba duduk di tempat Rendra bersama dengan tasnya. Memang kadang anak-anak di kelasnya ini duduk di tempat Rendra ketika dia tak berangkat.

"Gak juga, ngapain lo pindah?"

Dengan sangat santai dirinya mengedikkan bahu. Elion sangat kesal dengan temannya yang satu ini.

"Key."

"Apa?"

"Pindah sana."

"Ngusir nih, tempat duduk Rendra ini emang terkhusus untuknya kah?"

Elion memutar bola matanya malas, dia menyuruh Keyno pergi hanya karena dia ingin duduk sendirian. Tapi temannya yang satu ini sangat tidak pengertian sama sekali dengannya.

"Omong-omong lo gak ngejenguk dia? Ini udah tiga hari."

Sebenarnya Elion ingin melakukan itu, sebagai teman sebangnku yang baik, dia memang harus melakukan hal itu kan? Tapi kata teman sekelasnya dia tidak dirawat di rumah sakit atau klinik tapi di rumah. Namun sungguh, Elion tak pernah ke rumahnya sama seklali.

"Gue gak tahu di mana rumahnya."

Keyno mengangguk, dia mengerti hal itu karena satu kelas tidak ada yang tahu di mana rumah Rendra. Orang itu sangat tertutup, ketika kerja kelompok akan diadakan di rumahnya. Dia bilang tidak dan semuanya mengikuti, entah mengapa Rendra sangat menakutkan ketika berkata begitu.

"Lo mau jenguk Rendra?" tanya Anin yang tiba-tiba muncul entah darimana. Dia tersenyum cerah seakan ada sesuatu yang membuatnya sangat bahagia.

"Gue gak tahu rumah-"

Belum selesai Elion berbicara, Anin sudah menyelanya terlebih dahulu dengan senyuman lebarnya yang belum juga pudar, membuat orang-orang jadi mempertanyakan apakah dia waras atau tidak.

"Gue tahu rumahnya, besok- gak, pulang nanti lo bareng gue. Lo di jemput bokap lo kan?"

"Ya."

"Bilang sekarang kalau lo pulang bareng manusia paling cantik sedunia."

Tatapan tak percaya Elion tunjukkan pada gadis yang tengah percaya diri akan kecantikannya itu. Namun dia memang cantik, sialnya itu benar dan Elion tak bisa menyangkalnya.

Gadis itu punya rambut sepundak yang berwarna hitam legam, tatapan matanya tajam, bibirnya merah alami, wajahnya tirus namun tak kurus, benar-benar cantik.

Seperti yang dikatakan gadis itu, Elion mengatakan pada ayahnya untuk tak menjemputnya karena dia akan pulang dengan temannya.

"Udah kan? Pergi lo, mau masuk nih."

"Apaan sih lo? Elion aja gak peduli, kenapa lo peduli? Dasar koyo," Setelah mengatakan hal itu dengan lantang di kalimat terakhir, Anin pergi dari kelas Elion. Memang benar kalau bel masuk sudah berbunyi.

SEATMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang