Tak tahu mengapa hari ini Elion merasa tak enak badan, dia bahkan tak sanggup untuk berdiri.
Dengan berbagai macam cara Elion mencoba untuk berdiri, dia ingin sekolah agar bisa bertemu dengan Rendra.
Saat dia menuruni tangga, dia justru malah terjatuh. Untung kakaknya dengan sigap menangkap tubuhnya agar tak menggelinding di tangga, tak lucu jika dia cidera berat karena itu.
Rasanya seperti memegang batu bara, kakaknya itu melepaskan Elion saat Elion sudah dapat berdiri dengan benar.
"Lo sakit gini masih mau berangkat sekolah?!!"
Penglihatan Elion buram, dia mencoba untuk fokus agar bisa mendengar dan melihat kakaknya dengan jelas.
Tapi dia sudah mencoba sekeras mungkin dan tetap tak bisa melakukannya. Ia bahkan tak bisa bernapas dengan benar sekarang.
Panas tubuhnya semakin tinggi, dia harus bersekolah tapi jika begini keadaannya ..tak mungkin dia bisa sekolah.
"Hah ..gu- e ha .. mau berang haa ..kat."
"Ngomong aja gak jelas gini, mau berangkat mata lo!! Zea aja tahu cara merawat dirinya, lo yang udah segede ini apa harus dikasih tahu ha?!"
Tanpa basa basi lagi kakaknya mengangkat Elion seperti mengangkat karung beras. Dia sudah tak tahan dengan adiknya yang keras kepala, pasti Elion punya alasan untuk tetap berangkat walau dia seperti orang yang sekarat sekarang.
Namun alasan apapun itu tak akan bisa diterima, bagaimana mungkin dia membiarkan adiknya berangkat sekolah dalam keadaan sekarat? Dia tak setega itu.
"Sayang ..sayang .." panggil Sean, ia berteriak agar seisi rumah mendengarnya.
Teriakannya sebenarnya hanya tertuju pada istrinya karena orang tuanya tengah pergi dan baru akan kembali nanti malam.
"Kenapa?"
"El sakit, badannya panas banget."
"Ha?!! Kenapa gak dibawa ke rumah sakit?!!"
Dengan paniknya Kia pergi menuju ke kamar Elion. Anak itu memang sangat disayang oleh orang rumah, apalagi Kia yang merupakan kakak iparnya.
Sampai di kamar dia menemukan El menggeliat seperti cacing kepanasan, pas dipegang keningnya emang panas banget.
"Ke rumah sakit ya?"
"Dia gak bisa ke rumah sakit, dari kecil kalau dibawa ke rumah sakit malah gak bisa napas."
"Ha? Kenapa?"
Sean mengedikkan bahunya, dia juga tak mengerti kenapa adiknya begitu takut rumah sakit.
Tapi karena hal itu sekarang Kia jadi kebingungan. Dia berlari mengambil air panas dan handuk, lalu dia pergi lagi mencari obat untuk Elion.
Sean yang sedaritadi melihat istrinya panik kini memeluknya erat. Dia tahu sesayang apa dia dengan Elion, dahulu dia pernah ditinggalkan adiknya karena sakit, tak mungkin dia tak panik ketika Elion sakit.
"Husst ..tenang oke. Gapapa, Elion gak akan kenapa-napa. Sekarang kamu duduk, aku cariin obatnya. Kamu kompres dulu dia biar demamnya nurun, jangan panik ya."
"Iya .."
Sementara Sean mencari obat untuk Elion, Kia bersama dengan Elion, dia mengompres kening Elion dengan air hangat agar suhu tubuhnya turun.
Tak lama kemudian Sean datang dengan kotak obat, dia memberikannya pada Kia. Dia kan tak tahu obatnya yang mana.
"Elion, minum obat dulu."
Perlahan Elion membuka matanya, nafasnya sangat panas. Rasanya dia bahkan tak ingin bergerak apalagi duduk, tapi dia memang harus minum obat.
Di saat seperti ini justru dia mengingat Rendra. Dia belum mengabari Rendra kalau dia sedang sakit.
Dengan dibantu Kia, akhirnya dia bisa duduk. Ia meminum obat yang diberikan Kia, lalu kembali tidur.
Karena ada obat tidur di obatnya, Elion sekarang tertidur pulas. Kia mengusap lembut rambut Elion.
"Aku ngangkat telepon dulu."
Kia mengangguk, dia tak peduli dengan suaminya sekarang, yang dia pedulikan hanyalah pemuda manis yang tengah terlelap di depannya.
Mungkin karena umur Elion yang sama dengan umur adiknya saat itu, Kia jadi mengingat adiknya dalam diri Elion. Adik yang sudah pergi meninggalkannya karena sakit.
Suara dering ponsel membuat atensi Kia teralihkan, ia melirik nakas Elion. Di sana ada ponsel Elion, sepertinya dia tengah ditelepon oleh orang yang penting karena nama kontaknya 'robot'.
Awalnya Kia mengabaikannya tapi dia menelepon Elion terus menerus sampai dia merasa sangat kesal, itu bisa menganggu Elion yang sedang sakit.
Pada akhirnya dia mengangkatnya karena sudah tak tahan lagi dengan orang yang diberi nama 'robot' oleh Elion itu.
"Lion .."
Suaranya serak namun terdengar lembut, dia memanggil Elion seolah tengah memanggil kekasihnya saja.
"Gak berangkat hum? Aku khawatir, kamu gak ngangkat telepon ku, aku pikir terjadi sesuatu, apalagi kamu gak berangkat. Kenapa? Kamu sakit? Aku ke sana?"
Nada khawatir yang tak dibuat-buat, dia benar-benar menunjukkan rasa kekhawatirannya. Ya ..itu bagus sih, tapi masalahnya dia ini laki-laki kan? Kenapa dia begitu lembut dan bicara seolah Elion pacarnya saja? Kia bingung.
"Maaf, Elion sedang tidur setelah minum obat jadi saya yang mengangkatnya. Anda siapa ya?"
Tak ada jawaban, telepon langsung ditutup secara sepihak. Sangat tidak sopan, Kia merasa kesal namun dia juga tak bisa marah pada orang yang bicara dengan begitu lembut dan penuh kekhawatiran pada Elion.
Ia menatap Elion yang tengah tertidur lelap. Wajah yang imut dan manis, wajar bagi seorang laki-laki untuk menyukainya kan? Tapi jika sudah sampai ke tahap ini, itu artinya ..apa adik iparnya gay? Entahlah, dia tak ingin berprasangka seperti itu sebelum ada bukti yang jelas.
Beberapa waktu berlalu, Kia berdiri. Dia pikir dia akan keluar dan menyiapkan makanan untuk makan siang nanti. Tapi baru melangkah keluar kamar, dia berpapasan dengan seorang lelaki yang wajahnya cukup familiar.
"Elion di dalam?"
"Iya, kamu siapanya Elion?"
Suaranya sama dengan orang yang tadi ditelepon, apa mungkin dia ke sini setelah mendengar bahwa Elion sakit? Dia terlihat khawatir.
"Dia temennya Elion, namanya Rendra. Dia sering ke sini, kamu pernah papasan sama dia beberapa kali lho," jelas Sean membuat Kia mengangguk dan memberikan jalan untuk Rendra masuk ke dalam kamar Elion.
Dari cara memanggil, ekspresi wajah, bahkan nadanya ketika khawatir pada Elion. Begitu terlihat jelas bahwa mereka punya suatu hubungan.
"Apa mereka benar-benar hanya teman?"
"Iya, sudah biasa kan teman seperti itu? Membolos ke rumah temannya yang sedang sakit."
Benarkah itu hal yang biasa? Mungkin memang hanya perasaan Kia saja. Tak mungkin adik iparnya gay kan? Jika itu terjadi pun, dia hanya akan mendukung apa yang membuatnya bahagia.
Lagipula mereka cocok, orang bernama Rendra itu juga sepertinya sangat tulus dengan adik iparnya.
"Kamu khawatir?"
"Engga, khawatir soal apa?"
"Elion."
Kia berkedip, dia tersenyum tipis, matanya bergulir menatap pintu kamar Elion yang tertutup rapat setelah Rendra masuk ke dalam.
"Emang apa yang perlu dikhawatirkan?"
"Terkadang wajahnya membuat seseorang salah paham."
"Hahahaha ..dia memang cantik dan manis."
Itu benar, Elion memang cantik dan manis hingga membuat seseorang salah paham.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEATMATE
Teen FictionTeman sebangku dari pertama masuk sekolah sampai kelas dua belas. Tapi kenapa kita tidak akrab juga?! !Warning! Cerita kadang gak jelas