Sudah berkali-kali Rendra mencoba untuk menemui Elion untuk meminta maaf tapi empunya justru terus saja menghindarinya.
Dan sekarang di sinilah dirinya, duduk memojok di perpustakaan ditemani berbagai macam buku dan juga Anin yang tengah bermain game.
Tak ada yang Rendra bicarakan dengan Anin, dia sudah tak tahu lagi harus bagaimana. Elion menghindar darinya karena kesalahannya, itu adalah hal yang wajar.
Justru dirinya yang merasa tak wajar karena sudah mencium seseorang seenaknya sendiri di tengah banyak orang lagi. Rendra sangat menyesali perbuatannya, tapi jika dia mengulang kembali waktu, dia tetap akan melakukan hal itu.
Bagaimana bisa dia menahan diri pada orang yang begitu manisnya? Dia tak bisa, dia sudah mencobanya tapi tetap tak bisa. Tubuhnya berkata lain.
"Gue udah lama nunggu dan ternyata Elion gak ke sini juga. Artinya kalian belum baikan."
Berbaikan itu bukan hal yang mudah, bahkan ketika Rendra mencobanya, Elion terus saja pergi dari dirinya seolah tak ingin melihatnya.
Rasanya sungguh menyedihkan, menyesakkan, dan tak tahu harus bagaimana lagi. Pertama kalinya Rendra merasakan rasa putus asa yang seperti ini.
"Jadi dia ngehindar dari lo kan?"
Hanya deheman sebagai jawaban dari pertanyaan Anin. Memang dia harus menjawab apa? Dia sangat tak bertenaga sekarang.
Anin melirik arloji di tangannya, masih ada waktu lima belas menit lagi sebelum ujian dimulai kembali. Dia sudah bertanya tentang keberadaan Elion pada Yada sebelumnya.
"Sekarang dia lagi di rooftop sendiri, lo samperin dia sana terus ajak baikan. Lo mohon-mohon kek atau lakuin apa gitu biar dia maafin lo."
Tanpa babibu lagi, Rendra berlari menuju Rooftop tempat Elion berada. Anin sampai menggeleng tak percaya dengan tingkah sepupunya.
Dia sungguh serius akan Elion. Sebagian kecil hati Anin merasakan rasa sedikit kehilangan, mungkin karena sepupu yang telah lama bersamanya kini sudah memiliki seseorang dalam hatinya.
Sampai di Rooftop Rendra menatap punggung Elion. Lelaki manis itu kini tengah menatap ke bawah, entah apa yang di pikirkannya.
Beberapa saat kemudian dia memajukan tubuhnya hingga terlihat akan menjatuhkan diri.
Rendra melangkah cepat menarik Elion ke dalam pelukannya, tanpa dia sadari matanya telah meneteskan air mata.
Ia menatap Elion, mereka saling bertatapan. Tangis Rendra membuat Elion mengerutkan keningnya dan berkedip, ia menampilkan ekspresi bingung.
"Ngapain lo?" tanya Elion setelah ia sadar bahwa Rendra lah yang sedang berada di hadapannya saat ini.
Air mata Rendra terus berjatuhan, bahkan dia sulit untuk bernafas, sangat sulit. Dia tadi melihat Elion seperti akan bunuh diri, jika benar maka itu pasti adalah karenanya kan? Dia yang sudah membuat Elion seperti itu, dia telah melukai Elion.
Dia bajingan, dia brengsek, dia- benar kata Anin dia adalah manusia gila yang bodoh. Dia melakukan sesuatu seperti seorang bajingan pada orang yang begitu manis, bagaimana bisa? Elion jadi seperti ini karenanya.
Segala pikiran berkecamuk di kepala Rendra, dia sesak, pusing, matanya buram.
"Rendra ..hei ..bernapaslah hei."
Melihat Rendra yang begitu lemah di hadapannya membuat Elion merasa begitu khawatir. Dia tak tahu kenapa dia sekhawatir ini untuk seseorang yang seharusnya dia benci sekarang.
"Lion ..jangan, jangan."
Rendra memeluk Elion erat, dia tak mau kehilangan Elion biarpun kehilangannya adalah karena kesalahan yang dia perbuat. Dia ingin egois jika itu tentang Elion.
"Gue gak ngapa-ngapain, jangan apa?"
"Aku salah."
Elion menghembuskan nafasnya gusar, ia akhirnya membalas pelukan Rendra dan menepuk-nepuk punggungnya.
"Iya lo salah, lo brengsek, lo ngeselin, lo-"
"Maaf, maaf."
Setelah itu Elion mendengarkan kata maaf yang di ucap berulang kali oleh Rendra sampai dia merasa muak dan bosan.
Berapa kali lagi dia harus mendengarkan kata maaf darinya? Dia sungguh merasa bosan mendengarnya.
Memang benar Rendra salah, tapi dia juga salah karena tak menolak justru malah menikmatinya. Itu juga merupakan kemauannya, tapi anak yang terlihat begitu tangguh dan kuat ini menangis karena dirinya? Kenapa? Sungguh membuat Elion tak dapat menerka jawabannya.
"Gapapa, gue udah maafin lo. Awalnya gue mau benci lo, tapi setelah lo minta maaf gini gue sadar kalau gue juga salah karena gak nolak. Harusnya waktu itu gue ngedorong lo bukannya malah ngedeket. Kita ngelakuin itu atas kemauan bersama kan."
Dengan lembut Elion menepuk punggung Rendra. Dia tak tahu kalau Rendra akan menangis seperti ini hanya karena hal seperti itu.
"Tadi kenapa?" tanya Rendra dengan mata sembabnya sehabis menangis, dia tak seperti dominan sekarang, sungguh terlihat lucu.
"Emang gue tadi ngapain?"
"Mencoba untuk mati?"
Rendra mendapatkan satu geplakan yang lumayan membuat sakit dari Elion. Sungguh dia tak tahu kenapa Elion melakukan hal itu padanya.
"Gue gak segila itu ya, gue tadi lihat Yada sama cewe jadi gue teriak darisini tapi ternyata dia gak denger. Gue bodoh ya? hahahaha."
Rendra menggelengkan kepalanya, dia menangkup kedua pipi Elion. Tatapan mereka saling mengunci, tak akan ada ciuman lagi kali ini hanya senyuman lembut yang Rendra berikan pada Elion.
Sekarang dia akan lebih menahan dirinya agar tak menyakiti lelaki manis ini, betapa dia akan begitu menderita jika lelaki manis ini tersakiti, apalagi karenanya.
"Tidak bodoh."
Elion tersenyum, ia kembali memeluk Rendra entah dengan alasan apa. Dia menyukai pelukan itu, rasanya begitu hangat seperti pelukan ayahnya.
"Kenapa lo lakuin itu?"
"Kamu manis."
Tak ada jawaban dari Elion, dia hanya tak tahu harus menjawab apa. Memangnya manis bisa menjadi alasan seseorang untuk berciuman? Jika itu benar maka alasan sebenarnya adalah karena mereka memiliki perasaan atau karena mereka sepasang kekasih. Tapi apa hubungan Rendra dan Elion? Hanya teman sebangku, sebatas itu saja.
"Kalau gue manis terus lo bakal nyium gue gitu? Bunda sama ayah selalu bilang gue manis tapi gak nyium gue tuh."
Itu benar, alasannya bukan hanya karena manis. Itu adalah karena perasaan yang ada pada diri Rendra, dia menyukai Elion. Begitu lamanya sampai dia takut kehilangan Elion.
"Aku menyukai mu."
Pelukan dilepas, kali ini Elion sungguh shock. Suka? Suka yang seperti apa? Perasaan suka seorang teman pada teman? Atau saudara? Atau hal lainnya? Mereka ..mereka adalah laki-laki, jadi Elion tak bisa memikirkan apa rasa suka yang dimaksud Rendra.
"Secara romantis."
Secara romantis? Secara romantis? Itu artinya Rendra gay? Rendra menyukainya? Sejak kapan? Kenapa dia tak tahu kalau rasa itu ada? Dia pikir mereka tak akrab tapi Rendra sampai menyukai dirinya, apa artinya itu? Apalagi secara romantis.
"Maaf."
"Kenapa minta maaf?"
"Karena menyukai mu, kamu jijik?"
Ini adalah kali pertama Rendra menjawab dengan kalimat yang panjang. Tapi mempunyai akhir yang membuat Elion berpikir.
Rendra menangis untuknya sampai seperti ini karena dia mengira Elion akan bunuh diri karenanya. Dia orang yang baik, dia memang menyebalkan tapi dia sangat perhatian padanya. Dan apa perhatian itu karena Rendra menyukainya? Mungkin.
"Gue gak tahu, gue gak ngerasain apa-apa sekarang. Maaf, gue gak tahu harus apa."
"Tidak, tidak apa-apa."
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEATMATE
Teen FictionTeman sebangku dari pertama masuk sekolah sampai kelas dua belas. Tapi kenapa kita tidak akrab juga?! !Warning! Cerita kadang gak jelas