29

1.7K 72 0
                                    

Elion pov

Tak terasa ternyata sudah dua bulan kita tinggal bersama dan aku masih saja ragu untuk menjalankan rencananya.

Namun sekarang aku sudah benar-benar siap, aku juga sudah menyiapkan apa saja yang diperlukan untuk berhubungan.

Dari penetrasi dan juga pengaman, aku bertanya pada Oryn dan katanya hanya itu yang dia butuhkan dan jugaa ..aku sudah membersihkan area yang akan digunakan. Pokoknya aku sudah sangat siap.

Sekarang aku tengah memakai hodie seperti yang Oryn bilang dan aku memakai celana pendek sampai tak terlihat.

Aku berjalan meluar dari kamar, Rendra masih belum pulang. Dia sedang membeli buku untuk persiapan ujian.

Padahal aku sesantai ini, ku pikir awalnya dia adalah orang yang pemalas tapi ternyata dia hanya pemalas saat di kelas tapi ketika di rumah dia akan menjadi orang yang sangat rajin. Pantas saja dia selalu mendapatkan nilai yang terbaik.

"Aku pulang."

Akhirnya setelah menunggu sekian lama. Abaikan dia dan lanjutkan memasak, lalu pura-pura saja tidak tahu. Aku harus melakukannya dengan sempurna.

Suara langkah kaki yang mendekat membuat jantungku berdebar, dia semakin dekat.

Dan ..kemudian ada tangan yang melingkar di pinggangku, dia mengecup tengkukku lalu membalik tubuhku agar menghadapnya.

"Kenapa memakai baju begini?"

"Kan ini di rumah jadi gapapa dong?"

"Jangan menggodaku Lily."

Dia menopangkan kepalanya di pundakku, sesekali dia menciumi tengkukku dan membuatku tanpa sadar melenguh.

Ini adalah pertama kalinya dia begini, dia terlihat begitu lemas dan lesu. Aku mendorongnya agar menjauh dariku lalu menatapnya intens.

"Kamu kenapa?"

"Mama marah, dia bilang aku tak berguna."

Aku memeluknya erat, ternyata Rendra bisa serapuh ini juga. Dia lebih rapuh dariku sepertinya.

"Rendra itu bisa melakukan apa saja sampai aku sendiri tak tahu apa yang Rendra tak bisa. Rendra ..kalau gak ada kamu, aku gak akan bisa sebahagia ini. Bagaimana bisa kamu yang seperti ini tak berguna? Mamamu yang tak tahu seberguna apa anaknya ini bagi orang lain. Bahkan jika di mata mamamu atau orang lain kamu tak berguna, aku akan tetap menganggap bahwa Rendra adalah orang yang paling penting dan berguna bagiku."

Dia memelukku erat, seakan mengatakan bahwa dirinya tak baik-baik saja sekarang. Aku membalas pelukannya, untung saja kompornya sudah kumatikan saat dia memeluk pinggangku tadi.

Cukup lama kita berpelukan, setelah kesadarannya kembali pulih dia mendorongku dengan wajah shocknya. Kayaknya tadi dia kembali sadar aku pakai baju begini untuk menggodanya, dia ini punya dua kepribadian atau bagaimana?!

"Lily ..astaga, kamu tak memakai .."

Aku mengangkat hodie yang ku pakai hingga memperlihatkan celana pendek yang aku pakai. Aku tak segila itu untuk tak memakai apapun walaupun awalnya aku ingin melakukan hal itu.

"Aku memakainya."

"Haih ..kenapa kamu berpakaian seperti ini?"

"Aku merasa nyaman begini."

"Ha ..lain kali pakai celana dibawah lutut."

Hanya menasehati begitu tanpa melakukan apapun huh?! Tadi kan dia mengecupi tengkukku.

Aku sekarang bahkan sudah sangat siap untuk terjaga semalaman dan dia justru malah mengabaikan ku dan pergi-

Tidak akan pernah kubiarkan! Aku menggapai tangannya, dia berbalik dengan dahi yang dia kerutkan.

"Kenapa Lily?"

Kalau aku banyak bicara dia tak akan mau melakukannya dan justru pergi meninggalkan diriku jadi aku melompat hingga membuatnya menggendongku dengan sigap. Untung dia peka dalam hal ini, aku mencium bibirnya saat aku dalam gendongannya.

Dia membalas ciumanku, stress mungkin bisa membuat seseorang melakukannya kan?

"Aku sudah menyiapkan diri, ayo lakukan itu!"

Dia hanya menatapku dengan senyuman tipis, tatapannya lembut. Kalau begini sepertinya dia tak akan melakukannya kan? Jadi aku menciumnya lagi dan dia membalas lagi tapi ciuman kali ini berbeda.

Lumatan demi lumatan dia berikan bahkan lidahnya masuk ke dalam mulutku, ini pertama kalinya bagiku dan ternyata rasanya enak juga.

Saat aku kekurangan oksigen dia akan melepaskannya dan membiarkan diriku menghirup oksigen tapi kemudian dia menciumku lagi.

Yang menjadi fokus utamaku bukanlah ciuman tapi rasa mengganjal di bagian bawah. Sepertinya aku berhasil kali ini, tapi kenapa sekarang aku jadi takut ya? Tidak ..aku harus yakin.

Sembari menggendongku dia berjalan menuju ke kamar. Aku memeluk lehernya erat, kadang kita berciuman tapi kemudian aku akan memeluk lehernya lagi dan menenggelamkan wajahku di pundaknya.

Sampai di kamar dia menaruhku di ranjang perlahan-lahan seakan takut menyakitiku. Aku senang dia melakukan hal ini.

"Katakan bahwa kamu berubah pikiran, aku tidak akan melakukannya."

"Mau aku yang buka sendiri atau kamu?"

Kesabarannya sepertinya sangat diuji sekarang, dia menyibak rambutnya ke belakang menambah kesan tampannya. Astaga ..pacarku memang sangatlah tampan.

"Angkat tangan."

"Uhm .."

Aku mengangkat tanganku dan dia melepaskan hodieku. Dia tak pernah melihat tubuh telanjangku, tapi kan kita sama-sama laki-laki jadi kenapa dia terlihat terkejut sekarang?! Lihat wajahnya yang termenung itu.

"Indah."

Ku pikir aku jelek, bagus sih dia bilang indah tapi tolong jangan dengan mencubit nipple ku dong.

"Kamu sangat cantik."

"Oryn lebih cantik."

"Siapa dia?"

"Pacarnya Keyno."

"Aku tak peduli, yang pacarku kan kamu bukan dia. Lagipula secantik apapun dia bagi orang lain, kamu lebih cantik bagiku. Lily ku juga sangat manis dan indah."

Bisa aja dia kalau bicara, aku kan jadi salah tingkah. Apalagi kita dalam situasi ini, dia berada di atasku dan aku dikukung di bawahnya.

Tatapannya beralih pada benda di atas nakas yang sudah aku siapkan tadi, dia terkekeh lalu mengambilnya.

"Kamu mau memasangkannya?" tanyanya sembari menunjukkan pengaman padaku.

"Kamu mau aku memasangkannya untukmu?"

"Entahlah, aku mau kalau pakai mulut."

Bocah sialan ini, sejak kapan dia menjadi begitu mesum?! Aku menggeplak kepalanya sampai dia meringis dan kemudian terkekeh.

"Kamu tidak mau?"

Pakai nanya segala, ini pertama kalinya bagiku dan dia ingin aku memberinya blowjob? Dia pikir aku ini apa?! Aku tidak mau.

Tapi dia terlihat kecewa, apa aku lakukan saja? Tidak! Ini masalah harga diri, aku sudah jadi pihak bawah dan sekarang dia memintaku untuk melakuakn blowjob? Tidak akan pernah.

"Yasudah kalau gak mau."

Dia menaruh kembali pengaman itu di atas nakas, kupikir dia akan pergi tapi ternyata dia mendekat dan mulai memberikan kismark di tubuhku.

Tangannya meraba ke bawah, sepertinya aku memang akan melakukannya. Ini tidak sepertinya lagi sih, ini sudah pasti aku akan melakukannya.

Satu jari dia masukkan ke dalamku setelah dia melumasinya tadi. Tadi ku pikir dia akan memasukkannya begitu saja tapi kemudian dia menariknya kembali dan melumasinya baru dia memasukkannya.

Rasanya aneh, aku memeluknya dan dia mendorong dan menariknya. Ah ..sungguh ini aneh. Tapi aku mencoba untuk menerimanya, karena ini keputusanku.

Tbc.

SEATMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang