Rendra sebenarnya sangat ingin pergi bersama dengan Elion, tapi dia tak mungkin melakukannya.
Sekarang dia tengah berada di ruangan serba putih yang penuh dengan alat medis, dia duduk di kursi menatap seseorang yang ada di ranjang rumah sakit, terbaring lemah dengan selang infus yang ada di tangannya.
Sudah beberapa lama Rendra menunggu sampai ketiduran di sana, wanita itu tak juga bangun. Dia khawatir, begitu khawatir.
Ia sangat takut melihat seseorang yang berusaha mengakhiri hidupnya apalagi jika dia sangat mencintai orang itu. Karena itu dia menangis, dia menangis tanpa sadar ketika membayangkan Elion terjun dari atas sana. Sungguh, jika itu benar-benar terjadi maka dia yang akan mati.
"Ha .."
"Ma."
Rendra membuka matanya ketika mendengar suara pelan ibunya yang sepertinya sudah terbangun.
Ibunya melirik putra semata wayangnya, putranya itu sungguh sangat mirip dengan orang yang dia cintai sampai rasanya dia ingin mati ketika melihat wajah putranya itu.
"Kenapa di sini?"
"Aku menunggu."
Hanya beberapa patah kata, anaknya itu memang irit bicara tapi terkadang dia menjadi begitu cerewet.
Saat dia cerewet, ibunya ini bahkan tak bisa menyangka bahwa anaknya bisa bicara banyak dengan begitu berisiknya.
"Lagi-lagi mama mu ini hidup, harus berapa kali aku mencoba untuk mati?"
Mata wanita itu menutup, dia menghela nafasnya. Dia ingin mati, hanya itulah yang wanita itu pikirkan.
Dia sudah tak lagi peduli tentang putranya yang sekarang sudah berusia delapan belas tahun, dia sudah tak peduli dengan perusahaan yang digenggamnya, dia tak peduli apapun, dia hanya ingin pergi dari dunia ini dan menemui cintanya.
"Kamu tahu Ren? Tadi mama ke makam papa mu, tapi makamnya bersih dan selalu ada bunga mawar merah di atasnya."
Semua yang dikatakan ibunya akan berakhir dengan kata yang sama.
"Weny pasti sering menjenguknya, lebih sering daripada mama mu yang sangat sibuk ini."
Semua selalu berakhir dengan 'Weny' dia adalah orang yang sangat ibunya benci. Berapa kali nama itu telah disebut oleh papanya dahulu sampai ibunya ini sangat membencinya.
"Tante Weny hanyalah teman papa ma, dia tak akan jadi siapa pun di keluaga kita."
Sudah dikatakan bukan? Putranya terkadang menjadi cerewet. Tapi itu hanya beberapa kata, biasanya akan lebih panjang lagi ketika dia menasehatinya.
Siapa yang mengatakan putranya ini pendiam? Anak ini begitu mirip dengan ayahnya.
"Tapi dia cinta pertamanya, papa mu gila karena dia menikah."
"Papa gila bukan karena tante Weny, dia hanyalah orang asing dalam keluarga kita. Papa gila karena dirinya memang terlalu stress memikirkan banyak hal, dahulu kita tak semaju ini ma."
Ya ..mereka merintisnya dari bawah, sangat bawah. Dahulu mereka tak memiliki apapun, ayah Rendra lah yang berusaha sekuat tenaga untuk berjuang, untuk bangkit, walaupun pada akhirnya dia meninggal dan tak bisa merasakan usahanya.
"Dia mati karena Weny."
"Mama hanya membutuhkan pelampiasan. Tolong ikhlaskan saja papa ma, dia pasti sangat tersiksa melihat mama seperti ini."
Ibunya terkekeh, ia mengelus rambut anaknya. Sungguh anak yang malang, begitulah pikir ibunya itu.
"Mana mungkin dia tersiksa, dia tidak mencintai mama mu ini nak."
Ibunya terluka karena cinta dari ayahnya. Dia selalu dikatakan mirip dengan ayahnya, apakah mungkin karena dia tak bisa mengekspresikan perasaan cintanya? Tapi dia akan selalu mengekspresikannya pada Elion. Dia akan memperlihatkannya pada Elion.
Dia tak akan mengulangi kesalahan ayahnya untuk yang kedua kalinya, ibunya sudah sampai seperti ini.
"Papa sangat mencintai mama."
"Lalu kenapa dia meninggalkan mama dan anak mama ini? Dia tak mencintai kita."
Itu benar. Alasan kedua dia takut melihat seseorang mengakhiri hidupnya adalah karena ayahnya mengakhiri hidupnya.
Saat itu tangisan ibunya lah yang paling dia ingat, bukan kematian ayahnya. Karena ibunya menangis begitu pilunya sampai membuatnya sesak napas dan sejak saat itu ibunya juga berusaha untuk mati.
"Dia mungkin hanya lelah."
"Dia lemah."
"Ya, mama kuat. Jadi tolong jangan menjadi sepertinya ma."
"Putraku, kamu juga harus menjadi anak yang kuat."
Rendra selalu berusaha, dia selalu berusaha menjadi anak yang terbaik bagi ibunya ini.
Tapi apa yang dia dapatkan? Dia tak mendapat apapun kecuali ibunya yang selalu berusaha untuk mati.
Sebenarnya kenapa orang-orang sangat mudah membunuh dirinya? Padahal ada orang yang begitu ketakutan melihat seseorang berusaha bunuh diri.
"Aku kuat ma."
"Kamu tidak mau mencari seseorang? Seorang gadis atau laki-laki manis. Ah ..apa kamu gay?"
Ibunya sangat terbuka akan hal itu, dia tak peduli tentang putranya menyukai laki-laki atau perempuan. Dia hanya ingin yang terbaik bagi putranya, benar ..yang terbaik.
Karena itulah jika putranya gay, dia akan mencarikan orang yang paling sempurna untuk dinikahi putranya.
"Aku sudah menemukan seseorang ma."
"Dia punya apa?"
Begitulah mamanya dan Rendra tak peduli. Dia menyayangi orang ini, begitu sayang. Dia adalah orang yang berharga bagi Rendra.
"Wajah manis, aku suka dia ma."
"Hem ..baiklah. Omong-omong kapan nilai mu keluar?"
Rendra diam, dia tak ingin membicarakan tentang nilai. Tapi karena ibunya sudah membahasnya, mau tak mau dia harus membicarakannya.
"Aku tidak tahu, aku masih ujian saat ini."
"Apa yang akan kamu lakukan setelah lulus nanti?"
"Aku akan kuliah dan bekerja. Ma ..biarkan aku yang mengurus perusahaan, mama pergilah dari sini. Mama istirahat, jangan pikirkan apapun lagi, aku akan mengurus semuanya ma."
Ibunya terkekeh, anaknya sudah dewasa sekarang. Anak yang selalu terlihat kuat itu kini bertambah kuat, beban di tubuhnya semakin berat.
Dia ingin membuat mamanya istirahat? Lalu dia ingin kuliah dan bekerja? Dia pikir itu hal wajar? Itu hal yang tak masuk akal menurutnya.
"Harusnya kamu membiarkan ku mati saja."
"Itu tidak mungkin ma."
Mana mungkin dia melakukan hal itu? Ibunya adalah satu-satunya keluarga yang masih tersisa, yah ..keluarga besar mereka utuh namun keluarga kecilnya ini begitu kurang.
Jika Rendra Kehilangan ibunya, dia akan sangat hancur. Orang yang sangat berharga baginya adalah ibunya.
"Kenapa kamu sangat mencintai mama? Mama tidak mencintai mu sayang."
Bagaimana kata tak cinta berakhir dengan sayang? Dan ucapan itu terucap begitu saja tanpa beban.
Mereka anak dan ibu yang saling mencintai, tapi apa boleh buat? Ibunya itu tak bisa melupakan satu-satunya cinta yang dia miliki untuk seseorang hingga dia melupakan cinta yang dia miliki untuk anaknya.
Untuk apa menunggu orang yang sudah mati? Untuk apa terus mencintainya? Sekarang Rendra tahu kenapa, karena rasanya akan sangat mengerikan ditinggalkan oleh cintanya. Iya kan?
"Tidak apa ma."
Tak ada yang mencintai dirinya pun dia tak masalah, asalkan orang yang dia cintai tidak meninggalkannya atau pun terluka.
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEATMATE
Teen FictionTeman sebangku dari pertama masuk sekolah sampai kelas dua belas. Tapi kenapa kita tidak akrab juga?! !Warning! Cerita kadang gak jelas