32

919 40 0
                                    

Author pov

Saat-saat mereka di Bali begitu menyenangkan, mereka keluar bersama berjalan melihat-lihat Vila lalu mereka ke pantai dan juga mereka membeli beberapa oleh-oleh untuk teman mereka.

Sekarang mereka tengah berada di jalan menaiki taxi setelah penerbangan mereka. Rendra mengusak rambut Elion yang tengah tertidur dengan kepalanya berada di pundaknya.

Suara dering telepon Rendra membuat Rendra mengalihkan atensinya. Terlihat dari layar ponselnya menampilkan nama Anin di sana.

Dia mengangkat teleponnya sembari mengelus lembut rambut Elion agar Elion merasa nyaman.

"Hem?"

"Mampus Ren!"

Suara panik Anin membuat Rendra mengerutkan keningnya.

"Kenapa?"

"Gue Keceplosan soal lo sama Elion ke nyokap lo anjir lah. Gimana nih? Gue minta maaf banget, gue habis di interogasi sama dia dan kayaknya dia bakal nelepon lo."

Telepon Anin dimatikan sepihak oleh Rendra dan benar saja ibunya itu memang menelepon dirinya, dia menyuruh Rendra untuk pulang ke rumah sekarang juga.

Awalnya tujuan Rendra adalah ke apartemennya tapi karena hal ini dia menyuruh supir taxi untuk berganti tujuan ke rumah Elion.

Tak lama setelah mereka sampai di rumah Elion, Rendra membangunkan Elion.

"Kenapa di rumahku?"

"Kamu di rumah dulu ya? Telepon kakakmu untuk menemanimu, aku akan pulang ke rumahku. Mungkin aku akan kembali besok, kamu tak apa kan?"

"Iya, apa mama mu marah lagi?"

"Hum ..jangan khawatir, aku akan baik-baik saja."

Elion mengangguk, Rendra mengecup keningnya sebelum Elion keluar dari mobil. Mereka saling melambaikan tangan saat mobil kembali melaju.

Rendra mengacak rambutnya frustasi ketika Elion sudah tak lagi ada pada pandangannya.

Memang ibunya tak masalah akan dengan siapa dia akan bersama, laki-laki maupun perempuan dan dia juga sudah mengatakan kalau dia sudah menemukan seseorang yang dia sukai.

Tapi ini pasti akan disangkut pautkan pada nilai dan segala macamnya hingga membuat Rendra lebih stres. Setelah semua ini selesai, Rendra akan kembali memeluk Elion.

Namun semuanya belum selesai, sekarang dia harus menyelesaikannya. Dia berdiri menatap rumah besar di hadapannya.

Satu persatu kakinya ia langkahkan. Dengan satu hembusan nafas, dia berjalan dengan langkah pasti.

Semuanya tak masalah, apapun yang terjadi itu tak masalah, hanya jika Elionnya menjadi sasaran maka itu akan menjadi masalah.

Sekalipun Rendra tak pernah merasa kesal, benci, atas semua yang dilakukan ibunya. Satu hal yang tak mungkin bisa Rendra maafkan, jika saja ibunya menyentuh Elionnya yang tak bersalah, maka dia akan memberontak untuk yang pertama kalinya.

Pintu itu sekarang ada di hadapannya, pintu yang dahulu ketika kecil tak berani dia buka dan sekarang dia selalu berada di luar pintu itu dan akan membukanya agar dia bisa masuk.

"Rendra."

Satu panggilan, tak ada perasaan apapun dalam panggilan itu. Tapi Rendra selalu berharap suatu saat nanti ada sebuah perasaan kasih ketika seseorang di hadapannya memanggilnya.

"Mama."

"Ha ..apa yang kamu lakukan sekarang?"

Rendra duduk berhadapan dengan ibunya sedangkan Anin berdiri tak jauh dari ruang tamu. Ia melihat Rendra dan ibunya dari balik dinding, dia takut Rendra akan menggila.

SEATMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang