-Part 15-

790 105 14
                                    

Hanya suasana hening yang menyelimuti ruang tamu keluarga Dongwon. Mereka semua memutuskan untuk membiarkan Rosie bersendirian dikamar agar Rosie merasa tenang.

"Mama khawatir sama Rosie" ujar Jinhyun memecahkan keheningan "Kejadian ini bikin Mama takut Rosie pergi tinggalin kita" lanjutnya.

"Jisoora, Jenniefer, Papa harap kalian bisa terus bersama Rosie . Bikin dia nyaman agar dia tidak pergi tinggalin kita" arah Dongwon.

"Areosso Papa" sahut Jisoora dan Jenniefer dengan kompak.

Ding Dong~

"Biar aku saja" Jisoora bangkit lantas berjalan kearah pintu utama mansion.

Ceklek~

Dahinya mengernyit bingung ketika meliat seorang gadis yang tidak dikenali olehnya.

"Annyeonghasaeyo" gadis itu membungkuk singkat "Nama aku Eulgi. Tadi Rosie menelfon aku dan meminta aku kesini"

"Ah, aku Jisoora, Kakak nya Rosie. Ayo masuk. Rosie ada dikamarnya"

Eulgi mengikuti langkah Jisoora yang memasuki mansion itu. Sejujurnya Eulgi sudah khawatir sama kondisi Rosie namun di harus tetap menyapa anggota keluarga Rosie dengan sopan.

"Mama, Papa, ini ada teman Rosie" lapor Jisoora.

Eulgi langsung membungungkuk sopan "Annyeonghasaeyo Tuan, Nyonya. Nama aku Eulgi"

"Kamu teman Rosie?" tanya Jinhyun dengan ramah.

"Iya Nyonya" sahut Eulgi.

"Jangan panggil Tuan sama Nyonya. Panggil saja Uncle sama Aunty" ujar Jinhyun.

"Baiklah Aunty" sahut Eulgi "Tadi Rosie menelfon aku dan meminta aku kesini. Sepertinya kondisi Rosie tidak baik baik saja. Bisa aku bertemu Rosie?"

"Bagaimana kamu bisa tahu kalau kondisi Rosie tidak baik baik saja Eulgi-ssi?" tanya Jenniefer dengan datar. Baru saja bertemu namun Jenniefer seakan tidak menyukai sosok Eulgi.

"Karena aku sudah mengenali Rosie cukup lama" sahut Eulgi "Kalau kalian tidak percaya, mendingan kita kekamar Rosie sekarang"

"Baiklah, ayo" sahut Jenniefer seakan menantang.

Mereka semua berganjak kearah pintu kamar Rosie.

Tok tok tok~

"Rosie, buka pintunya. Ini Kak Jen" bujuk Jenniefer berusaha membuka pintu kamar yang dikunci itu.

"Apa tidak ada kunci pendua?" khawatir Eulgi.

"Sebentar" Dongwon bergegas mengambil kunci pendua kamar dan dengan segera dia membuka pintu kamar Rosie.

Ceklek~

Baru saja membuka pintu kamar Rosie, mereka dikagetkan dengan serpihan kaca yang memenuhi lantai.

Deg

"Rosie" kaget Jinhyun.

Rosie mendongak menatap kearah pintu kamarnya dan sedetik kemudian dia menyadari sosok Eulgi yang menatapnya dengan sendu "K-Kak Eulgi" lirihnya.

Eulgi dengan berhati hati menghampiri Rosie agar kakinya tidak terkena serpihan kaca itu "Rosie, tenang ya. Kakak disini" ujarnya berjongkok didepan Rosie.

"Maaf. Aku tidak mampu mengawal emosi aku" lirih Rosie yang menunduk membuat Eulgi memeluknya.

"Sayang" lirih Jinhyun ikut menghampiri Rosie diikuti oleh sosok sang suami.

Sementara Jenniefer dan Jisoora hanya bisa terbeku. Mereka kaget ketika melihat kondisi Rosie dan hati mereka sedikit sakit ketika melihat Eulgi yang menenangkan Rosie. Seharusnya mereka yang berada disana dan memeluk adik bungsu mereka itu namun sepertinya kehadiran mereka tidak dibutuhkan oleh sang adik.

:
:

Kini mereka sudah berkumpul diruang tamu dengan Jisoora yang mengobati tangan Rosie yang terluka gara gara serpihan kaca itu.

"Shhh perih" ringis Rosie.

"Sudah tahu perih tapi kenapa kamu menyakiti diri kamu sendiri huh?" omel Jisoora yang juga khawatir.

Rosie tersenyum miris "Andai saja aku bisa mengawal emosi aku, semua ini tidak akan terjadi"

"Aunty, Uncle, apa kalian tahu soal kondisi Rosie?" tanya Eulgi.

"Aunty sama Uncle tidak tahu. Memangnya ada apa?" tanya Jinhyun.

"Kak, jangan" Rosie menggeleng; menghalang Eulgi untuk menceritakannya.

"Mereka harus tahu Rosie. Ini juga untuk kebaikan kamu" ujar Eulgi dengan tegas membuat Rosie tidak bisa membantah.

"Areosso. Kakak saja yang ngomong" pasrah Rosie.

"Sebelum itu, bisa aku tahu apa yang terjadi sehingga Rosie kembali melakukan self harm?" tanya Eulgi dengan serius.

"Kenapa kamu ingin tahu? Kamu bukan sebahagian daripada keluarga ini" sambar Jenniefer dengan sinis.

Eulgi menghela nafasnya dengan kasar "Pantesan saja Rosie emosi. Kakaknya saja kelakuan seperti ini" batinnya.

"Rosie menderita Superficial self mutilation. Tindakan superficial self mutilation biasanya berupa menyayat kulit menggunakan benda tajam, menarik rambut sekuat tenaga atau membenturkankan kepala ke dinding. Seperti yang Rosie lakukan tadi, dia melukakan dirinya dengan benda yang tajam seperti serpihan cermin. Rosie memiliki trauma pada masa lalunya. Dari kondisi tersebut, self harm bagi seseorang yang melakukannya akan dianggap sebagai cara untuk melupakan kejadian yang menyebabkan trauma tersebut" jelas Eulgi lantas dia beralih menatap Rosie "Apa kamu berusaha mengingat kejadian yang membuat kamu trauma itu?"

Rosie mengangguk "Mereka terus saja memaksa aku untuk mengingat semuanya" keluhnya.

"Tapi itu berbahaya Rosie. Trauma kamu bahkan bisa menjadi semakin parah" nasihat Eulgi.

"Jadi Rosie punya trauma?" ulang Jinhyun kaget.

"Aku adalah Psikiater. Dulu ketika berada di New Zealand, aku yang menjadi Psikiater peribadi Rosie tapi beberapa bulan yang lalu aku kembali ke Korea dan sepertinya Rosie sudah tidak melanjutkan rawatannya" lanjut Eulgi menatap Rosie.

"Aku memang sudah tidak mendapatkan bantuan Psikiater setelah Kakak pergi" jujur Rosie.

"Mulai hari ini, Kakak akan kembali menjadi Psikiater kamu sehingga kamu sembuh" ujar Eulgi.

"Arreosso. Terserah Kakak saja" sahut Rosie.

"Tunggu... Kakak?" ulang Jenniefer.

"Kak Eulgi seumuran sama Kak Jen bahkan Daddy juga sudah menganggap Kak Eulgi seperti anaknya sendiri jadi itu artinya Kak Eulgi ini Kakak aku" jelas Rosie.

"Untuk apa kamu menganggap orang asing sebagai Kakak kamu? Rosie, kamu sudah punya 2 orang Kakak ya" Balas Jenniefer kesal.

"Kak Jen bahkan sudah punya adik tapi Kak Jen tetap menjadikan orang asing sebagai adik Kakak" Balas Rosie.

"Lalice bukan orang asing bahkan semua anggota keluarga Choi menerima kehadiran Lalice" sahut Jenniefer.

"Ya sudah, biarkan saja Lalice yang menjadi sebahagian daripada keluarga ini. Biarkan aku yang pergi" kesal Rosie.

"Kamu tidak akan kemana mana Rosie" halang Jinhyun.

Rosie menghembuskan nafasnya dengan kasar "Cukup sulit untuk aku mengawal emosi aku kalau aku tetap tinggal disini" dia beralih menatap kedua orang tuanya secara bergantian "Aku akan kembali kemansion aku. Tenang saja, aku akan sering kesini untuk bertemu kalian" lanjutnya.

Dongwon dan Jinhyun saling tatap untuk beberapa detik sebelum mereke membuat keputusan "Baiklah. Kalau itu yang terbaik untuk kamu, Papa tidak akan memaksa kamu" ujar Dongwon disetujui oleh sang istri.

"Tapi kamu harus sering kabarin Mama dan jangan lupa untuk kesini" lanjut Jinhyun.

"Arreosso" sahut Rosie dengan patuh.

Tekan
👇

I'm Your Sister ✅(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang