-Part 35-

941 156 26
                                    

Melihat Rosie yang tidak sadarkan dirinya sontak membuat Jisoora terpekik kaget sehingga dia buru buru menggendong sang adik di punggung untuk dibawa ke kamar.

Walaupun sang adik lebih tinggi darinya, itu tidak menghalang Jisoora untuk menggendongnya ke kamar. Ia memang sedikit sulit namun karena panik, Jisoora bahkan tidak merasa capek.

Untung sekali mansion itu mempunyai lift sehingga Jisoora tidak perlu menggendong sang adik dengan menaiki tangga.

Setibanya di kamar, Jisoora langsung saja membaringkan Rosie diatas kasur dan dengan buru buru dia menggantikan baju sang adik dengan baju yang lain.

"Badannya panas" gumam Jisoora memutuskan untuk ke dapur dan mengambil alat kompresan.

"Jisoora?" Haeiz berjalan memasuki mansion dengan wajah capeknya.

"Eoh, Oppa sudah pulang" sapa Jisoora.

"Ada apa? Kamu kelihatan panik" bingung Haeiz.

"Rosie kehujanan terus dia pingsan"

"Nde!? Dimana dia sekarang?"

"Lagi di kamar. Badannya panas jadi aku menyiapkan kompresan"

"Aku akan ke kamar Rosie dulu"

"Tunggu. Oppa bawa ini dan tolong kompres dahi Rosie ya. Aku akan memanaskan makan malam duluan. Sepertinya Rosie belum makan"

Haeiz langsung mengambil alat kompresan yang diberikan oleh Jisoora lantas kakinya melangkah menuju ke kamar sang adik.

Raut wajahnya berubah menjadi sendu ketika melihat wajah pucat Rosie.

"Kamu bikin Abang khawatir" gumamnya mengompres dahi Rosie secara perlahan lahan.

"Cepat sembuh ya Adik" lanjutnya.

"Oppa" Jisoora memasuki kamar itu dengan membawa nampan yang dipenuhi oleh makanan serta obat untuk Rosie.

"Mendingan Oppa mandi terus makan malam. Biar aku yang mengurus Rosie" ujar Jisoora.

"Apa tidak merepotkan?" Tanya Haeiz.

"Tidak merepotkan. Lagian dia juga adik aku" sahut Jisoora.

Haeiz tersenyum tipis "Rosie memang kelihatan kuat tapi nyatanya dia gampang jatuh sakit. Cuaca dingin saja bisa bikin dia demam"

"Sejak dari kecil, Rosie memang seperti itu" balas Jisoora.

Haeiz mengangguk singkat "Ya sudah. Aku mau mandi duluan ya. Kalau ada apa apa, panggil saja aku" ujarnya melangkah keluar dari kamar itu.

Jisoora meletakkan nampan makanan diatas nakas lalu dia berganjak duduk disamping Rosie.

Ditatapnya wajah pucat sang adik dengan tatapan sendu.

Drtt drtt

Perhatian Jisoora akhirnya tertuju kearah ponsel Rosie. Terlihatlah nomer sang Mama yang menghubungi.

Tanpa ragu, Jisoora bergegas menerima panggilan itu.

"Rosie, apa kamu baik baik saja? Mama tidak bisa tidur. Firasat Mama buruk Nak"

"Ma, ini aku"

"Jisoora? Apa Rosie sudah tidur?"

Jisoora melirik sang adik yang belum membuka matanya itu "Ma, Rosie pingsan"

"Pingsan!? Kamu serius Ji!? Bagaimana bisa pingsan? Bukannya tadi Rosie baik baik saja?"

"Aku serius Ma. Rosie pingsan gara gara kehujanan. Sekarang dia demam"

"Tidak dibawa kerumah sakit?"

"Untuk sekarang aku hanya akan memberikan obat untuknya. Tapi kalau suhu badannya tidak turun, aku akan membawa dia kerumah sakit"

"Mama sama Papa kesana sekarang ya"

"Tidak perlu Ma. Aku bisa mengurus Rosie. Lagian Abang Haeiz juga ada nih. Kalau ada apa apa, aku akan langsung kabarin Mama"

"Ya sudah lah. Jangan lupa untuk langsung kabarin Mama ya"

"Iya Ma. Mama sama Papa istirahat saja. Jangan khawatir"

"Selamat malam sayang"

"Selamat malam juga Ma"

Panggilan akhirnya berakhir. Baru saja Jisoora menyimpan ponsel itu diatas nakas, suara lenguhan Rosie mula kedengaran.

"Eungh"

"Rosie" panggil Jisoora.

Rosie membuka matanya lantas dia mengerjab berkali kali "Kepala aku pusing Kak" adunya.

"Itu karena kamu demam. Sekarang ayo makan terus minum obat" ujar Jisoora membantu Rosie bersandar di headboard kasur.

Rosie menggeleng "Aku tidak ada selera"

"Kamu harus makan. Perut kamu kosong. Nanti kamu sakit perut loh. Dimakan ya" bujuk Jisoora.

"Tapi Kakak suapin ya"

"Iya, Kakak suapin"

Walaupun tidak ada selera, Rosie tetap membuka mulutnya untuk menerima suapan dari sang Kakak.

"Rosie" panggil Jisoora setelah kembali meletakkan piring makanan diatas nampan.

"Hurm?" Sahut Rosie dengan pipi yang menggembung gara gara dipenuhi makanan.

Untuk beberapa detik, Jisoora terkekeh kecil. Adiknya itu kelihatan benar benar menggemaskan.

"Ada apa Kak?" Tanya Rosie setelah menelan makanannya.

"Jangan difikirkan soal Jenniefer sama Lalice jika itu yang membuat kamu jatuh sakit. Anggap saja mereka seperti angin lalu. Kamu punya Kakak, punya Abang Haeiz bahkan kamu punya Kak Eulgi kamu. Kita akan terus ada disamping kamu. Jika Jenniefer tidak ingin mempedulikan kamu, abaikan saja. Biarkan dia menyesal karena mengabaikan adik seimut kamu ini"

Rosie tersenyum tulus "Terima kasih Kak. Aku bersyukur karena punya Kakak seperti Kak Jisoora. Sejak kecil, Kak Jisoora selalu saja menjadi pelindung untuk aku. Dan aku janji, suatu hari nanti aku yang akan melindungi Kakak"

Jisoora menghulurkan tangannya untuk mengelus kepala sang adik. Matanya bahkan sudah berkaca kaca "Adik kecil Kakak yang dulu sering menangis itu ternyata sudah dewasa ya. Kakak bahkan merasa menyesal karena tidak bisa ada disaat kamu berganjak dewasa"

Rosie langsung saja memeluk Jisoora dengan erat. "Walaupun aku berganjak dewasa, aku akan tetap menjadi adik kecil untuk Kakak. Tetap disamping aku ya Kak"

Jisoora tersenyum haru "Pasti. Kakak akan terus disamping kamu untuk selama lamanya"












  Tekan
   👇

I'm Your Sister ✅(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang