-Part 36-

987 164 19
                                    

Malam harinya, Rosie terus bergerak gelisah didalam tidurnya. Dia merasa tidak nyaman bahkan bahkan badannya sudah terketar ketar kedinginan.

"K-Kak" lirihnya seakan berbisik.

Sudah pasti Jisoora yang tidur disampingnya itu tidak bisa mendengarkan suaranya.

Uhukk uhukk

Rosie terbatuk sehingga tenggorokannya terasa cukup sakit.

"K-Kak" kali ini, tangan Rosie sudah mengguncang badan Jisoora dengan pelan.

"Eungh" lenguh Jisoora mengerjabkan matanya berkali kali.

"K-Kak, s-sakit" adu Rosie.

"Kenapa Rosie?" Tanya Jisoora langsung bangkit dari rebahannya.

Jisoora meletakkan punggung tangannya di dahi sang adik.

"Suhu badan kamu semakin tinggi!" Rasa kantuk Jisoora langsung menghilang dan sekarang gadis ini sudah kelihatan panik.

Buru buru dia berlari keluar dari kamar untuk menuju ke kamar Haeiz.

Tok tok tok

"Abang!" Teriak Jisoora yang terus mengetuk pintu kamar itu berkali kali.

Ceklekk

"Jisoora? Ada apa?" Tanya Haeiz yang terbangun dari tidurnya.

"Abang, kita harus membawa Rosie kerumah sakit sekarang! Badannya semakin panas"

Raut wajah Haeiz berubah "Sebentar!" Ujarnya bergegas menyambar kunci mobil serta dompetnya.

Setelah itu, mereka berlari ke kamar Rosie.

"Rosie" panggil Haeiz.

"A-Abang" lirih Rosie.

"Kita kerumah sakit sekarang ya" ujar Haeiz.

"Pakai ini dulu" Jisoora memakaikan hoodie kepada Rosie sebelum Haeiz menggendong Rosie untuk dibawa kemobil.

Akhirnya malam itu mereka langsung saja menuju ke rumah sakit.

"Dingin Kak" adu Rosie yang kini berada di jok belakang bersama Jisoora sementara Haeiz fokus menyetir dibangku depan.

"Pokoknya Rosie jangan tidur ya. Tetap buka matanya" arah Jisoora memeluk sang adik dengan erat.

Gara gara jam yang sudah menunjukkan pukul 3 pagi itu, jalanan begitu sepi sehingga mereka tidak butuh waktu yang lama untuk tiba di rumah sakit.

Haeiz bergegas menggendong Rosie untuk dibawa masuk kedalam rumah sakit diikuti oleh Jisoora disampingnya.

"Sus, ambilkan brankar!" Arah Jisoora.

Suster yang mendengar arahan itu langsung saja mendorong brankar menghampiri Haeiz.

"Oppa, tolong hubungi orang tua aku. Aku akan mengurus Rosie" ujar Jisoora sebelum menyusul Rosie yang sudah di dorong masuk kedalam satu ruangan.

Tanpa berlama lama lagi, Haeiz mula menghubungi Dongwon. Untung sekali dulu dia sempat meminta nomer pria itu dari Rosie.

"Halo? Ini siapa ya?"

"Permisi Uncle. Ini aku, Haeiz. Maaf karena mengganggu waktu tidur Uncle"

"Eoh, tidak mengganggu sama sekali kok. Ada apa Haeiz?"

"Begini Uncle. Sekarang aku lagi dirumah sakit. Tadi aku sama Jisoora langsung saja bawa Rosie kerumah sakit karena badan Rosie semakin panas. Sekarang Rosie masih di ruangan tindakan bersama Jisoora"

"Uncle akan ke sana sekarang"

"Baiklah Uncle"

Panggilan akhirnya dimatikan. Haeiz memutuskan untuk duduk dan menunggu didepan ruangan tindakan dengan sabar walaupun dia merasa cukup khawatir.

Dia juga memutuskan untuk tidak mengabari sang Daddy sebelum dirinya memastikan kondisi Rosie duluan.





*
*

Rosie kini sudah dipindahkan keruang inap dan dia harus dirawat dirumah sakit karena suhu badannya sudah 39° derajat celsius.

Sedari tadi juga Jisoora setia disamping Rosie. Haeiz pula sudah ke kantin rumah sakit untuk membeli coffee sementara Jinhyun dan Dongwon pula belum tiba.

Dan kini mata Jisoora terus saja menatap wajah damai sang adik yang sudah tidur itu.

"Hiks Kak Chu, sakit. Kepala Ochie sakit" isak Rosie.

"Ochie minum obat ya. Nanti rasa sakitnya hilang kok. Kak Chu suapin" balas Jisoora.

"Tidak mau. Hiks Ochie tidak mau obat" tolak Rosie.

"Ochie harus minum obat kalau Ochie mau sembuh! Atau Ochie mau Kak Nini paksa Ochie minum obat huh?" Sambar Jenniefer

"Hiks Kak Chu, lihat deh Kak Nini. Hiks Kak Nini galak" adu Rosie.

"Nini, jangan galak galak sama Ochie dong. Ochie lagi sakit loh" tegur Jisoora.

"Tapi Nini kesal sama Ochie. Bagaimana Ochie bisa sembuh kalau dia tidak ingin minum obat?" Dumel Jenniefer.

"Tidak apa apa. Biar Kak Chu saja yang bujukin Ochie" ujar Jisoora menenangkan adik pertamanya itu.

Setelah itu, Jisoora beralih menatap Rosie "Ochie minum obat ya. Nanti kalau Ochie sembuh, Kak Chu akan meminta Mama untuk belikan ice cream untuk Ochie"

"Hiks Kak Chu janji?" Tanya Rosie sesenggukan.

Jisoora terkekeh kecil "Kak Chu janji"

"Baiklah, Ochie akan minum obat"

Akhirnya dengan bantuan Kakak pertamanya itu, Rosie meminum obatnya tanpa tangisan.

"Nah, ini baru adik Kakak" puji Jenniefer menghapus sisa air mata dipipi sang adik.

"Rosie sudah minum obat?" Tanya Jinhyun menghampiri anak anaknya.

"Sudah Ma" sahut Jisoora.

"Jisoora sama Jenniefer memang Kakak yang bertanggungjawab" puji Jinhyun membuat anak anaknya tersenyum bangga.

"Mama, Ochie tidak mau minum obat ya kalau tidak ada Kak Chu sama Kak Nini" ujar Rosie.

"Loh, kenapa begitu sayang?" Tanya Jinhyun.

"Tidak tahu. Tapi Ochie mau Kak Chu sama Kak Nini terus ada disamping Ochie" sahut Rosie dengan polos.

Jisoora tersenyum ketika bayangan masa lalu muncul di benaknya.

"Dulu kamu tidak suka minum obat. Dan sekarang Kakak akan terus disamping kamu karena Kakak ingin menjadi obat untuk kamu" gumam Jisoora mengusap kepala sang adik dengan penuh cinta.









Tekan
   👇

I'm Your Sister ✅(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang