Part 3

6.7K 293 42
                                    

Joanna menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi. Ka meregangkan tubuhnya karena sudah seharian duduk di depan komputer. Ia tersenyum melihat beberapa hadiah dan bucket mawar di atas meja kerja pemberian dari kantor. Hari ini ia naik jabatan. Ia sangat bahagia. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Wanita itu segera bersiap-siap pulang.

"Joanna~"

Joanna menoleh dan langsung berdiri."Iya, Bapak~" Orang yang memanggil adalah Morgan, Manager di kantornya. Morgan berusia tiga puluh empat tahun dan merupakan cucu dari Pemilik Perusahaan ini.

Pria itu tersenyum dengan hangat. "Selamat, ya~atas jabatan baru kamu. Maaf baru ngucapin soalnya pagi tadi saya nggak di kantor."

"Iya, Pak, saya tahu kok kalau Bapak ada meeting di luar. Terima kasih, ya, Pak." Joanna merasa canggung berhadapan langsung dengan sang Manager seperti ini.

"Ini hadiah untuk kamu." Morgan memberikan sebuah kotak yang dibungkus dengan kertas kado.

Joanna tertegun melihatnya. Sepertinya ada yang salah.

"Ha-hadiah?" Joanna terlihat bingung."Kantor sudah memberi hadiah kok, Pak,"katanya sambil menunjuk hadiah-hadiahnya.

"Itu kan dari kantor, kalau ini dari saya pribadi."

Jantung Joanna berdebar kencang. Telinganya terasa panas dan merah. Semoga saja Morgan tidak melihatnya. "Oh~terima kasih, Pak."

"Kamu mau pulang?"

"Iya, Pak." Joanna sadar bahwa sebagian temannya sudah pulang. Hanya ada beberapa yang masih mengerjakan pekerjaannya.

"Naik apa? Kalau naik angkutan umum ayo saya antar,"katanya menawarkan diri.

Joanna menggeleng."Saya bawa motor kok, Pak, terima kasih atas penawarannya."

"Mungkin next time, ya, kalau begitu hati-hati di jalan, Joanna. Semoga kamu suka hadiahnya." Morgan tersenyum dan melambaikan tangan.

"Baik, terima kasih, Pak." Joanna terasa kikuk. Tangannya terasa dingin karena gugup mendapatkan hadiah seperti ini. Kira-kira apa isinya. Joanna menyimpan hadiah dari Morgan ke dalam tas. Ia juga membawa hadiah pemberian dari kantor. Setelah itu ia pulang ke rumah.

Begitu sampai di rumah, Joanna melihat rumah begitu sepi.  Ia bergegas membuka pintu "Ayah~Paman~"

"Selamat atas jabatan baru!!" Suara teriakan itu mengagetkan Joanna.

Joanna melihat rumahnya sudah dihias dan diberi tulisan yang dicetak dengan ukuran besar.
Joanna menganga dan wajahnya terlihat kaget dan bahagia. Entah sejak kapan mereka membuat ini. Padahal baru semalam ia memberi tahu bahwa ia akan naik jabatan.

"Selamat, anak Ayah sudah naik jabatan." Jack berjoget-joget di depan Joanna. Begitu juga dengan Levi, Juan, dan Rocky. Joanna ikut berjoget-joget, lalu mereka berpelukan.

"Terima kasih, Ayah~Paman~" Joanna menghapus air matanya. Setiap pencapaian yang ia miliki selalu dirayakan oleh mereka yang awanya bukanlah siapa-siapa. Tapi, bagi Joanna mereka semua adalah segalanya.

"Paman sangat bangga padamu!" Rocky memegang kedua lengan Joanna dengan erat.

"Aku juga bangga dan sayang dengan Paman, selalu ada untuk Joanna."

"Joanna, Paman sudah menyiapkan makanan kesukaanmu,"kata Levi.

Joanna melihat ke meja makan. Ia ersenyum haru. Padahal usia mereka sudah lanjut usia, tetapi,mereka masih melakukan tugas-tugas yang berat."Ayo kita makan~"

Semua duduk di meja makan. Sebelum makan, mereka berdoa bersama, mengucapkan syukur atas pencapaian Joanna sampai detik ini.

Joanna mengedarkan pandangannya."Ayah, Paman~"

Semua menatap Joanna, gerakan mereka langsung terhenti.

"Rumahku sudah hampir jadi~"

"Nanti kita akan ke sana melihat rumahmu. Lalu, katakan saja apa yang kau butuhkan, Nak,"kata Jack.

Joanna menggeleng."Bukan itu, Ayah, tapi~ayo kita semua pindah ke sana."

Semuanya diam seribu bahasa. Joanna terlihat bingung kenapa semuanya menjadi diam.

"Ayah, Paman~ayo kita pindah." Selama dua tahun bekerja, Joanna tidak diizinkan menggunakan gajinya oleh Jack. Ia meminta agar gadis itu menyimpan gaji tersebut untuk masa depannya. Hingga akhirnya Joanna bisa membeli sebuah lahan dan membangun rumah. Rumah itu tidak besar, tapi, bisa menampung mereka semua di dalamnya. Setidaknya rumah itu jauh lebih layak daripada tinggal di sini.

"Joanna, itu adalah rumahmu. Rumah kami di sini. Kami akan tetap di sini sampai tutup usia,"kata Juan yang kemudian tertawa kecil.

Joanna menggeleng kuat."Nggak, Paman, rumahku adalah rumah kita semua. Aku bisa sampai pada pencapaianku saat ini karena Ayah dan Paman. Kalian adalah harta yang paling berharga."

Levi yang duduk di sebelah Joanna terharu. Ia meletakkan sendoknya dan memeluk Joanna."Melihatmu bahagia adalah kebahagiaan kami, Joanna. Kelak kau akan pergi bersama pria yang kau cintai dan mencintaimu."

"Kalian lah laki-laki yang kucintai,"jawab Joanna.

Jack terkekeh. Joanna adalah anak yang sangat berterima kasih. Ia membalas setiap perbuatan baik yang mereka lakukan padanya. Saat Joanna kuliah, ia sempat mendapatkan perlakuan tidak baik dari teman-temannya ketika tahu Joanna tinggal bersama sekelompok preman. Ayahnya merupakan ketua kelompok preman yang pernah menjadi tukang pukul bagi mereka yang tidak membayar hutang. Meskipun sejak Joanna hadir, mereka beralih mencari pekerjaan yang lebih baik agar kondisi psikologis Joanna tidak terganggu. Joanna rela kehilangan dan dijauhi teman-temannya karena membela Ayah dan Pamannya.

"Kami akan memikirkannya nanti, Joanna, yang penting kau bekerja dengan baik. Berteman dengan orang-orang baik dan memiliki pasangan yang baik."

"Iya, Ayah."

Mendengar kata pasangan, Joanna teringat dengan Morgan. Wanita itu menggeleng kuat. Ia tidak boleh memikirkan hal tersebut. Morgan hanya memberinya hadiah karena urusan pekerjaan. Mungkin semua orang di kantornya juga mendapatkan hadiah yang sama saat naik jabatan.

Setelah selesai makan, mereka duduk bersama di ruang tengah untuk menonton televisi.  Joanna membuka hadiah dari kantor dan juga dari Morgan. Saat membuka kado dari Morgan, wanita itu terlihat kaget. Itu adalah sebuah kalung.

"Sepertinya hadiah yang spesial,"komentar Jack yang sejak tadi memperhatikan Joanna diam-diam.

"Ah~" Joanna terlihat malu karena ketahuan."I~ini kado dari kantor kok, Ayah."

"Yang ini hadiah dari kantor~" Jack menunjuk mug dengan logo Perusahaan,"kalau ini~ada perasaan di dalamnya."

"Nggak, Ayah, mana mungkin Manager punya perasaan dengan orang biasa seperti aku,"jawab Joanna. Telinganya kembali memerah.

"Oh, jadi itu dari Manager kamu~"

Joanna tercekat. Ia sudah mengatakan hal yang tidak perlu."Bu-bukan seperti itu, Ayah, jangan salah sangka. Maksudnya,Managerku tidak mungkin seperti itu."

"Kenapa tidak mungkin? Anak Ayah cantik dan pintar. Siapa pun akan tertarik dengan melihatmu. Hanya saja, mereka pasti segan mendekatimu."

"Aduh, Ayah, jangan gitu~"

Jack terkekeh dan mengusap kepala Joanna."Suatu saat kau pasti akan jatuh cinta. Itu akan dialami semua orang secara alamiah. Ayah sudah siap akan hal itu. Putri Ayah akan mencintai pria selain Ayah dan Pamannya. Kami tentu harus siap akan hal itu, melepaskanmu pada pria yang mencintaimu dengan tulus."

"Ayah~" Mata Joanna berkaca-kaca.

"Anak Ayah sudah dewasa. Ayah bangga padamu."

"Aku bangga menjadi anak Ayah."

💜💜💜

Pemeran pria utama belum hadir
😁

MY HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang