Part 4

8.3K 277 32
                                    

Kemarin ada yang bertanya tentang cast Morgan dan Brandon seperti apa, ya. Aku sendiri tidak terlalu bisa pakai cast. Takut salah ambil foto. Takut ternyata itu foto idol Korea/artis terkenal yang tidak boleh dipakai.
Tapi, aku kasih foto tentang gambaran ciri fisik mereka mendekati foto di bawah ini. Maaf kalau ternyata di luar ekspektasi kalian dan merusak imajinasi.


Brandon

Brandon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Morgan

Morgan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku nggak tahu nama mereka siapa. Aku ambil dari pinterest sebagai gambaran umum saja.

💜

Joanna mengenakan kalung pemberian Morgan sebelum ia berangkat kerja. Maksud ia mengenakannya adalah untuk menghargai pemberian Managernya tersebut.

"Cantik!"komentar Levi saat melihat Joanna berdiri di depan cermin.

"Ah, Paman~" Joanna terkejut.

Levi tertawa kecil."Sudah sarapan, Nak?"

"Sudah, Paman." Joanna memperhatikan Levi yang berjalan pincang."Kaki Paman sakit?"

"Iya sakit, tapi, ini bukan luka. Karena udah tua, ya, ada-ada aja penyakitnya. Katanya asam urat."

Joanna menunduk mengusap-usap kaki Levi. "Paman jangan masak dulu."

"Mana bisa, kamu harus makan makanan enak setia pulang kerja. Kamu sudah capek bekerja seharian."

Joanna mengerucutkan bibirnya."Aku bekerja, tapi, kalian tidak bisa menikmati hasil pekerjaanku. Kalian juga selalu menolak pemberianku. Lalu, kalian tetap membuatkanku masakan enak sampai sakit seperti ini. Apa itu adil?"

"Kapan kami menolak? Pakaian yang kau berikan padaku kusimpan rapi di lemari,"balas Levi.

"Kalau begitu, ayo kita periksakan kaki Paman."

"Hei, aku sudah memeriksakannya ke dokter. Ini hanya asam urat. Aku hanya perlu minum obat dan menghindari makanan yang menyebabkan asam urat,"jawab Levi jujur, ia memang terkena sakit asam urat.

"Bagaimana kalau Paman berbohong?"tatap Joanna curiga,"kapan Paman pergi ke dokter dan bersama siapa?"

"Kemarin, Brandon yang mengantarkanku,"jawab Levi tanpa sadar.

Kening Joanna berkerut."Siapa Brandon? Paman Brandon?" Joanna hanya mengenal satu nama Brandon dalam hidupnya, yaitu sang Paman yang pergi sejak lama dan jarang kembali. Terakhir ia bertemu adalah ketika Brandon kembali setelah pendidikannya selesai. Lalu, ia pergi lagi untuk bekerja. Setelah itu, Joanna jarang mendengar kabarnya dan tidak pernah bertemu lagi.

"Oh itu~iya."

"Paman Brandon di sini? Dia datang ke sini?" Joanna sulit mempercayai hal ini.

Levi mengangguk, ia merasa tidak enak mengatakan hal ini. Seharusnya ia tidak menyebutkan nama tersebut agar Joanna tidak banyak bertanya mengenai orang tersebut."Iya."

"Kenapa Paman Brandon tidak menemuiku, Paman?" Joanna tampak kecewa.

"Tentu saja dia ingin menemuimu, tapi, dia sangat sibuk."

"Hah~" Joanna tersenyum lirih,"baiklah, Paman, aku berangkat dulu."

Levi mengangguk, ia mengantarkan Joanna ke depan rumah sampai wanita itu menghilang dari pandangan.

"Astaga, aku keceplosan~" Levi memukul bibirnya pelan. Perihal Brandon, sebenarnya pria itu sering datang menjenguk. Hanya saja, Ia tidak ingin bertemu dengan Joanna.

"Kau kenapa?"tanya Juan yang akan pergi bekerja.

"Aku keceplosan pada Joanna mengenai Brandon."

"Apa yang kau katakan padanya?" Juan memandang Levi dengan ngeri.

"Joanna menyuruhku berobat, tapi, aku bilang Brandon sudah mengantarkanku kemarin. Tapi, setelah itu ia tidak bertanya lagi."

Juan menepuk pundak Levi."Lain kali jangan menyebut namanya di depan Joanna. Jack akan marah."

"Aku tidak akan mengatakannya lagi." Levi menepuk bibirnya sekali lagi.

Joanna tiba di kantor. Gedung belum terlalu ramai, sepertinya ia datang terlalu cepat atau mungkin rekan kerjanya sudah tiba duluan. Joanna berdiri di depan lift.

"Pagi, Joanna,"sapa Morgan.

Joanna terkejut membalikkan badan, ia sedikit membungkuk dan memberi salam."Selamat pagi, Pak."

"Ayo masuk." Morgan memencet tombol lift.

"Silakan duluan, Pak."

"Kenapa duluan? Liftnya kosong, hanya ada kita berdua. Ayo." Morgan memberi kode agar Joanna masuk.

Joanna mengangguk dan tersenyum. Lift mulai berjalan. Morgan melirik Joanna yang terlihat tegang."Kalungnya sangat cocok denganmu."

"Oh~" Joanna malu karena langsung terlihat ia mengenakan kalungnya. Padahal sudah tertutupi oleh kerah baju."Kalungnya sangat bagus, terima kasih, Pak."

"Hmm~" Morgan mengangguk. Terjadi keheningan selama beberapa detik. Morgan melihat ke arah Joanna."Joanna, apakah memungkinkan kita makan bersama di luar?"

"Ya?"ulang Joanna takut apa yang ia dengarkan adalah salah.

"Ayo makan siang bersama di luar."

Joanna terdiam dan bingung."Apakah ada pekerjaan yang harus saya lakukan dengan Bapak hari ini?" Wanita itu memutar otaknya dengan keras. Ia takut melupakan jadwal pekerjannya hari ini.

Morgan menggeleng."Tidak ada. Kebetulan saya tidak ada jadwal hari ini dan ingin mengajak kamu makan siang bersama. Apakah kamu ada waktu?"

"Iya, Pak, saya ada waktu." Walaupun sibuk, ia tidak bisa menolak perintah atau permintaan atasan. Lagi pula mereka akan makan siang, tidak akan menyita jam kerjanya.

"Kalau begitu sampai ketemu di jam makan siang."Morgan melambaikan tangannya.

"Baik, Pak."

Joanna terdiam di tempat cukup lama. Ia tidak tahu kenapa Morgan mengajaknya makan siang bersama. Bagaimana kalau dilihat oleh orang lain mereka pergi bersama tanpa urusan pekerjaan.

Joanna menelan ludahnya. Ia menggeleng kuat dan mengabaikan prasangkanya. Ia segera bekerja.

💜💜💜

MY HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang