Part 7

5.8K 234 27
                                    

Joanna dan Morgan sudah bertemu. Mereka duduk di sebuah coffe shop yang nakanya sudah terkenal di mana-mana. Kopi ini juga yang Morgan berikan pada Joanna siang tadi.

"Terima kasih sudah menerima ajakanku, Joanna."

"Terima kasih sudah mengajakku ke tempat ini. Ternyata sangat ramai." Joanna melihat ke sekeliling. Ia memang tidak pernah berkunjung ke tempat seperti ini walaupun keuangannya mencukupi. Tapi, ia memutuskan menyimpan uangnya untuk membuat rumah dan membawa keluarganya ke sana. Lalu, setelah itu ia akan menikmati hidupnya.

"Aku sengaja membawamu ke sini karena kau menyukai kopi yang kuberikan tadi siang. Aku memesankan jenis yang baru, semoga kau suka." Morgan menyodorkan satu cup besar kopi dengan cream dan saus caramel di atasnya. Tak lupa sebuah cake yang lezat.

"Oh~" Joanna tertawa,"begitu ya~aku memang suka kopi." Wanita itu mencicipi rasanya dan matanya membesar."Ini enak~"

"Syukurlah, aku yakin kau juga akan menyukainya. Tapi, jangan terlalu sering meminumnya. Tidak baik untuk lambungmu."

Joanna mengangguk."Aku meminumnya sesekali di kantor. Jika masih bisa kuhindari, aku tidak akan membelinya. Lagi pula, ini terlalu mahal untuk dibeli setiap hari."

"Sejak kapan kau menyukai kopi?"

"Sejak kecil. Itu karena aku sering iseng meminum kopi milik Ayah dan Pamanku. Lalu, lama-lama aku terbiasa dengan rasanya. Ya walaupun mereka sering menegurku karena meminumnya,"balas Joanna yang kini mulai bicara banyak dengan Morgan. Sangat berbeda dengan sikapnya siang tadi. Hal itu membuat Morgan merasa tenang.

Mata Morgan tak lepas dari Joanna yang terus berbicara. Seakan akan di tempat itu hanya ada mereka berdua.

"Kamu sangat dengan Ayah dan Pamanmu, ya?"

"Iya, karena mereka yang membesarkanku." Joanna tersenyum bangga.

"Lalu, Ibumu pasti cemburu melihat kedekatanmu dengan Ayah dan Pamanmu,"sambung Morgan.

"Tidak, ibuku sudah tiada,"jawab Joanna enteng. Meskipun ia tahu siapa Ibunya, ia menganggapnya sudah tiada. Wanita yang sengaja meninggalkan anak demi pria yang dicintai tidak pantas untuk dikenang.

"Oh, maafkan aku, Joanna, aku tidak tahu." Morgan memegang tangan Joanna dengan muka bersalah.

Joanna tertawa riang."Ah, itu bukan apa-apa. Aku tidak sedih karena hal itu. Lupakan saja."

"Aku senang karena malam ini kamu sangat berbeda. Apa karena kita bicara di luar jam kerja? Lalu~" Morgan berusaha mencari tahu apa yang berbeda dadi wanita itu,"ah, kamu tidak lagi bicara formal padaku. Itu sangat melegakan. Aku sangat senang malam ini."

Wajah Joanna merah."Ah, begitu ya~maaf, Pak, saya tidak sadar."

Morgan menyipitkan matanya."Kenapa kamu memanggilku Bapak lagi. Seharusnya tidak usah kubahas." Pria itu melipat tangan di dada dan membuang wajahnya.

"Baiklah-baiklah, aku akan kembali ke awal lagi." Joanna menyendok cake-nya."Terima kasih sudah memilihkan cake yang enak padaku."

Morgan melihat Joanna sudah menghabiskan setengah cake-nya."Kamu masih mau lagi? Tapi, setelah ini aku mau ajak kamu makan malam."

"Makan malam?"

"Iya, anggap saja ini makanan pembuka."

"Dengan senang hati aku menerimanya. Bapak tidak keberatan, kan, jika aku makan banyak?" Joanna menghabiskan cakenya. Kebetulan ia juga sedikit lapar karena sudah jam makan malam.

"Aku suka wanita yang banyak makan. Kamu kan bekerja cukup keras, jadi, kamu harus makan yang banyak." Morgan melihat leher Joanna yang masih mengenakan kalungnya. Pria itu tersipu malu. Ia merasa memiliki tempat di hati wanita itu.

MY HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang