Part 38

2.2K 207 16
                                    

Joanna mengenakan gaun putih yang cantik. Mereka membawa banyak gaun dengan berbagai ukuran untuk menyesuaikan bentuk tubuh wanita itu. Karena pernikahan diadakan mendadak maka tidak memungkinkan untuk memesan gaun khusus. Joanna berdiri di depan cermin. Ia memegang bucket bunga yang didominasi warna putih.

Joanna menahan air matanya jatuh. Ia tidak ingin merusak riasan wajahnya. Saat ini, ia merasa Ayah dan Paman ada di sisi kanan dan kiri, mengenakan jas dan sedang menatapnya kagum. Lalu mereka memuji kecantikannya. Satu bulir air mata jatuh, Joanna menyekanya dengan hati-hati.

"Joanna~"Helen datang menjemput. Wanita itu juga sudah berganti pakaian. Ini terlihat seperti pernikahan yang tidak sederhana."Kau cantik sekali."

"Terima kasih, Bibi."

Helen membuka sebuah kotak perhiasan. Ia mengeluarkan sebuah kalung berlian yang sangat cocok dengan gaun tersebut."Ini kalung Mamanya Brandon. Dia pernah mengatakan akan mewariskan ini ke istri Brandon. Jadi, aku yang memberikan padamu sekarang. Tugas dan janjiku selesai." Wanita paruh baya itu memakaikan kalung ke leher Joanna.

Joanna memegang kalung itu dengan takjub. Terlihat mahal."Terima kasih, Bibi. Terima kasih selalu ada di sampingku dan Brandon. Aku seperti memiliki Ibu kembali."

"Akulah Ibumu sekarang." Helen menatap Joanna penuh haru.

Helen membawa Joanna ke tempat dimana pernikahan dilaksanakan. Pernikahan dilaksanakan di tepi pantai dengan posisi altar menghadap ke matahari terbenam. Di sisi kanan kiri terdapat kursi tamu yang merupakan anggota keluarga Brandon.

Joanna berjalan sendirian menuju altar. Brandon menunggu di sana mengenakan jas putih. Saat berjalan, Joanna melihat foto Ayah dan Pamannya terpampang besar di sisi kanan dan kiri altar. Seolah-olah mereka ikut hadir dalam acara ini. Perasaan Joanna menjadi campur aduk. Ia sangat merindukan Ayah dan para Pamannya. Suasana begitu haru, semua tampak hening karena tahu situasinya begitu berat. Apa lagi Brandon menangis di atas altar, Joanna berjalan dengan sekuat tenaga dengan deraian air mata.

Brandon mengulurkan tangan menyambut Joanna. Keduanya mengucapkan janji suci pernikahan dengan pemandangan matahari terbenam. Keduanya telah dinyatakan sebagai suami istri. Lalu, berciuman. Semua orang bertepuk tangan dan menaburkan bunga saat mereka berjalan. Lalu semua keluarga mengambil foto bersama. Setelah itu mereka makan malam.

Brandon memegang tangan istrinya dengan lembut."Kamu cantik sekali "

Joanna tersenyum."Hari ini membuatku kaget. Kenapa Paman tidak mengatakan kalau akan menikahiku? Paman bilang nanti setelah kita kembali."

"Kurasa ini adalah waktu yang terbaik. Aku tidak boleh menundanya,"balas Brandon dengan puas. Semua berjalan sesuai dengan keinginannya. Semua anggota keluarga juga datang di sela-sela kesibukannya. Namun, ada beberapa yang langsung pulang dengan helikopter karena masih ada urusan.

"Terima kasih, Paman."

"Masih memanggilku Paman? Aku ini suamimu."

Joanna tertunduk malu."Aku akan menggantinya secara perlahan. Aku harus menyesuaikan diri."

"Baiklah, sayang. Oh ya setelah ini kuperkenalkan pada teman-temanku."

"Paman punya teman?"tanya Joanna heran,sebab selama ini ia tidak punya teman karena mereka selalu merendahkan status pekerjaan Ayah dan Pamannya.

"Teman~ya, rekan kerja, bisnis, sejenis itulah. Mereka sudah berusia empat puluh tahunan, sudah menikah. Nah, istri-istri mereka ingin berteman denganmu." Brandon tidak memiliki teman seusianya. Kebanyakab dari mereka adalah orang-orang yang lebih tua darinya.

"Kenapa? Mereka kan tidak pernah melihatku."

"Supaya memiliki relasi. Kamu harus terbiasa dengan itu. Kamu adalah istriku, tentu mereka akan mengambil keuntungan denganmu. Jika itu saling menguntungkan, tidak ada salahnya kamu menerima." Brandon yakin Joanna akan mengerti dengan sendirinya. Ia berharap wanita itu memiliki kehidupan sosial yanh baik setelah ini agar tidak berlarut dalam kesedihan dan kesepian. Brandon sendiri sudah menyaring ruang lingkup pertemanannya. Jadi, Joanna akan berada dalam lingkungan yang baik. Ia bisa membangun bisnis bersama istri-istri temannya.
Lalu, kebanyakan dari mereka akan membahas perjodohan anak-anak mereka di masa depan.

Joanna mengangguk."Baiklah, karena aku adalah istrimu. Aku harus menyesuaikan diri dengan kehidupan sosialmu. Aku akan belajar."

Brandon mengecup pipi Joanna."Istriku memang pintar."

"Lalu, apakah kita akan melanjutkan bulan madu di sini?"tatap Joanna penuh arti.

"Menurutmu bagaimana?"

Joanna mengendikkan bahunya."Sepertinya harus kembali, kita sudah bulan madu selama dua hari. Masih banyak yang harus kulakukan sebagai istri. Aku harus mengurus rumah, mengatur semuanya dengan baik. Lalu, kamu juga harus bekerja."

Brandon mengusap pipi Joanna."Baiklah, kita akan pergi lain kali. Kamu harus urus pasport dan visa agar kita bisa keluar Negeri."

Joanna mengangguk."Aku mau, Paman, asalkan itu dengan Paman."

Suasana malam itu sangat syahdu. Semua orang merayakan pernikahan Joanna dan Brandon. Banyak yang mengajak Joanna berkenalan dan berharap hubungan mereka ke depannya menjadi sangat baik.

Acara telah selesai. Joanna membersihkan riasan wajahnya. Saat ini mereka ada di kamar di villa.

Brandon memeluk Joanna yang tengah duduk depan cermin dari belakang. Ia meletakkan dagunya di kepala Joanna."Jadi, sepertinya mulai sekarang kamu tidak perlu bekerja."

Gerakan Joanna terhenti."Ya? Paman melarangku bekerja?"

"Tidak, sayang, tapi aku hanya takut kamu kecapekan. Karena kegiatan sosial kamu akan padat mengingat kamu adalah istriku."

"Oh, bersama Ibu-ibu tadi?" Joanna ingat beberapa wanita yang menyapanya dengan sangat ramah,"apa akan membosankan?"

"Kamu harus mencobanya. Kamu bisa membangun bisnis yang kamu inginkan. Mereka akan membantumu dengan senang hati, percaya padaku."

Joanna mengangguk-angguk mengerti. Ia akan melakukannya nanti setelah melaksanakan beberapa pekerjaan yang sudah ia rancang di kepala. Ia akan mengatur beberapa tata letak di apartemen. Tanpa ia tahu, sebenarnya Brandon sudah menyiapkan tempat tinggal baru untuk mereka memulai hidup baru.

"Tapi, jika kita punya anak~maka kamu harus berbesar hati jika mereka meminta dijodohkan dengan anak kita,"lanjut Brandon dengan tertawa.

"Ah, perjodohan sejak kecil, ya? Orang kaya sudah menyaring orang-orang dalam lingkup kehidupan anaknya sejak kecil." Joanna pernah membaca itu dari media sosial.

"Iya seperti itu." Brandon mengusap rambutnya yang lembab,"sudah malam, ayo kita tidur."

Joanna meletakkan pembersih make up-nya."Aku belum mandi, Paman tidur duluan saja."
Wanita itu ke toilet dengan cepat.

Brandon memperhatikan istrinya yang pergi ke toilet . Ia terdiam sejenak, menunggu beberapa menit. Lalu ia menyusul istrinya ke dalam.

Joanna yang tengah berendam di bathup terkejut karena Brandon masuk. Padahal suaminya itu sudah mandi lebih dulu."Paman mau apa? Bukannya Paman sudah mandi?"

Brandon melepaskan handuk yang melingkar di pinggangnya."Hmmm~aku ingin mandi lagi." Miliknya sudah setengah mengeras. Ia masuk ke dalam bathup dan duduk berlawanan dengan istrinya tersebut.

Joanna menenggelamkan tubuhnya menyisakan kepalanya saja. Kakinya dengan sengaja menyentuh milik Brandon dengan pelan. Ia menatap suaminya itu dengan tersenyum dan Brandon membalas tatapannya dengan lembut. Joanna menghimpit milik Brandon dengan kedua tapak kakinya.

Brandon melenguh. Ia mulai resah dan gelisah sembari perpegangan di tepi bathup. Miliknya perlahan mengeras dan berdiri tegak.

Joanna menghampiri Brandon dan naik ke pangkuannya. Wanita itu mencium pipi suaminya, lalu mengusap-usap lehernya secara lembut.
Brandon meremas dada istrinya lembut, kemudian melumat bibirnya. Kali ini terasa sangat berbeda karena statusnya sudah menjadi suami dari wanita yang dicintai sejak lama. Keduanya berpelukan dan bercumbu mesra.

Milik keduanya menyatu, bergerak lembut dan penuh cinta. Kisah penantian Brandon selama bertahun-tahun berakhir dengan bahagia. Ia ingin memiliki anak buah cintanya dengan Joanna. Lalu membuat keluarga mereka menjadi besar dan menguasai dunia.

💜💜💜

MY HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang