Part 8

5.4K 280 56
                                    

Joanna turun dari taksi tepat di depan rumah. Jack, Rocky, Juan, dan Levi sudah menunggu di teras rumah. Begitu melihat Joanna datang, mereka langsung bangkit. Joanna tersenyum menghampiri mereka.

"Ayah, Paman~aku sudah pulang!"

"Loh kamu pulang naik apa?" Jack celingukan mencari keberadaan pria yang ditemui putrinya itu.

"Naik taksi, Ayah~"jawab Joanna. Sepertinya Jack tidak melihat taksi yang mengantarkannya tadi.

"Memangnya kamu tidak diantar Morgan?"tanya Juan.

Joanna menggeleng. "Sebenarnya dia ingin mengantarkanku pulang, tapi, dia harus ke kantor karena ada rapat penting sekali. Jadi, aku suruh ke kantor saja. Bisa mengantarku pulang di lain waktu."

"Ah, kenapa kau menolak, Paman kan ingin tahu~"kata Rocky yang sudah mendengar cerita Joanna dengan Morgan dari Levi.

"Tidak apa-apa, Paman, supaya aku terbiasa memiliki kekasih yang sibuk." Joanna tersenyum penuh arti.

"Kekasih?" ucap mereka bersamaan.

Joanna mengangguk dengan senyuman semringah."Iya kekasih."

"Kalian sudah pacaran?"tanya Levi dengan mata yang membesar.

"Aku memutuskan untuk memiliki kekasih, Paman, lagi pula dia sudah menyukaiku lebih dulu. Jadi, aku menerimanya. Jadi, aku punya kekasih." Joanna berkata dengan riang.

Rocky memegang kedua tangan Joanna dan mengangkatnya ke atas."Anak Paman sudah punya kekasih." Keduanya berjoget-joget riang seperti anak kecil.

"Yang penting kamu berhati-hati. Jaga dirimu sampai menikah nanti,"kata Jack memperingatkan.

"Iya, Yah." Joanna mengendus-endus. Ia mencium aroma parfum mewah di sekitar rumahnya.

"Ada apa? Kamu mencium bau bangkai?"tebak Juan.

"Parfum mahal, Paman." Joanna berjalan masuk ke dalam rumah. Aromanya semakin kuat ketika ada di dalam rumah."Kenapa ada aroma parfum mahal di sini? Ada tamu, ya?"

Rocky terkekeh."Kenapa kau bisa tahu itu parfum mahal atau tidak?"

"Aku pernah mencium aroma seperti ini saat CEO lewat,"balas Joanna,tetapi, orang kaya mana yang datang berkunjung.

"Tadi ada teman lama Ayah yang berkunjung. Dia tidak sengaja lewat dan mampir,"jawab Jack yang membuat Rocky, Juan,dan Levi terkejut.

"Ohh begitu. Ya sudah, Ayo kita istirahat,"kata Joanna pada pria-pria yang sudah membesarkannya dengan penuh kasih sayang itu.

"Istirahatlah, Nak."

Joanna kembali ke kamarnya. Ia segera memberi kabar pada Morgan kalau ia sudah tiab di rumah dengan selamat. Joanna memeluk handphonenya sembari menatap ke langit-langit. Ia merasa sangat bahagia dan tidak bisa berhenti tersenyum.

"Jack~" Rocky menghampiri Jack yang tengah merokok di bawah pohon. Pohon yang ditanam Joanna ketika kecil tumbuh dengan lebat. Rumah ini tidak panas dan gersang lagi seperti dulu.

"Ada apa?"

"Kenapa kau bersikap seperti itu pada Brandon?" Rocky duduk di sebelah Jack dan ikut merokok.

"Memangnya apa yang kulakukan padanya?"

Rocky menarik napas panjang."Kau melarang Brandon bertemu dengan Joanna."

"Mereka tidak boleh bertemu." Jack terus-terusan mengatakan kalimat itu jika pertanyaan serupa muncul.

"Kenapa? Brandon adalah Kakak Joanna, ya, walaupun Joanna memanggilnya Paman. Memangnya ada yang salah dengan pertemuan itu? Mereka kan sama-sama anakmu,"kata Rocky tak mengerti.

"Apa kau tidak bisa membaca isi pikiran Brandon? Kau tahu wataknya seperti apa, kan? Posesif, agresif, jika sudah menginginkan sesuatu, apa pun caranya ia harus mendapatkannya. Lalu, dia itu nekad."

Rocky mengangguk-angguk."Aku paham. Tapi, apa hubungannya jika mereka bertemu?"

Jack menatap Rocky serius."Kukira~sebagai pria kau mengerti."

Rocky tertawa lirih."Ya mana kutahu, aku kan tidak menikah. Pacaran juga hanya satu kali, itu pun dikhianati."

Jack mengembuskan napas berat."Brandon menyukai Joanna."

"Benarkah? Bukankah itu bagus?"

"Mereka berdua adalah anakku. Joanna adalah gadis yang baik, polos, tidak neko-neko, pintar, dan selalu berada di jalan yang lurus. Sementara Brandon~" Jack tertawa kecil mengingat sosok pria itu.

"Perokok, pemabuk~suka bolos sekolah,"sambung Jack.

Rocky tertawa sambil menepuk pundak Jack."Itu kan kenakalan remaja, Jack. Itu terjadi juga saat Joanna belum ada bersama kita. Brandon seperti itu karena lingkungannya juga seperti itu. Tapi, kau lihat, kan~saat dia dewasa, tidak seperti itu lagi. Dia sudah tumbuh menjadi pria tampan dan kaya raya."

Jack mendengkus."Memangnya kita tahu dia tidak seperti itu lagi?"

"Ya gampang saja, kita ajak Brandon tinggal di sini berhari-hari, lalu lihat seperti apa dirinya. Kau Ayahnya, pasti tahu apakah dia sudah berubah atau belum."

"Belum, tadi saja dia menyindirku. Dia masih tetap Brandon yang dulu walaupun dia sudah menjadi konglomerat." Jack hanya takut Joanna tersiksa dengan sifat Brandon. Hati Joanna terlalu lembut untuk Brandon yang suka memaksa.

"Astaga, Jack, begitu besar sayangmu pada Joanna sampai-sampai tidak merelakannya untuk Brandon." Rocky geleng-geleng kepala.

"Iya, aku tidak mau mereka bersama. Lagi pula, Joanna juga pasti merasa aneh jika Brandon menyukainya. Jadi, lebih baik tidak bersama saja."

Rocky menatap Jack."Bukankah lebih aman jika Joanna bersama Brandon dibandingkan dengan Morgan? Kita sudah tahu bagaimana Brandon sejak kecil. Meskipun sikapnya Posesif, Agresif, dan nekad, dia bukanlah pria yang kasar dan tempramen. Dari segi ekonomi, Brandon juga lebih baik dari Morgan. Dari ketampanan, ya, Brandon sangat tampan, tubuhnya juga bagus. Lalu~Morgan~kita tidak tahu dia seperti apa. Butuh waktu yang lama untuk memahaminya. Bahkan, wataknya juga belum tentu bisa kita lihat."

"Hah~" Jack mulai goyah dengan ucapan Rocky. Tiba-tiba ia merasa khawatir terhadap Putri kesayangannya. Lalu, ia merasa sedikit bersalah dengan Brandon. Namun, mengingat Brandon menyebalkan, rasa bersalahnya menghilang kembali.

"Jangan terlalu keras dengan Brandon, bagaimana pun kita hidup karenanya. Jika tidak, kita tidak bisa menyekolahkan Joanna sampai ke Perguruan Tinggi."

Jack mengusap wajahnya dengan kasar."Aku tidak tahu harus apa, Rocky. Aku masih belum bisa membayangkan jika Joanna dan Brandon menikah."

Rocky membuang pandangannya ke langit gelap.
Cuaca sedikit berangin, sepertinya akan turun hujan."Yang terpenting adalah Joanna bahagia. Sebelum kita pergi meninggalkan dunia, kita harus memastikan bahwa Joanna sudah berada di tangan pria yang tepat. Pria itu baik, menerima kekurangan dan kelebihannya, tidak kasar, tidak tempramen, bertanggung jawab. Ya, kurang lebih seperti itu."

Jack menatap Rocky sedih. Usia mereka telah senja. Tenaga mereka sudah tidak ada. Mereka tidak tahu kapan yang Maha Kuasa memanggilnya pulang."Semoga saja kita masih punya waktu untuk memastikan Joanna akan menikah dengan pria yang tepat."

"Tidak ada salahnya kau memberi Brandon kesempatan. Kau bisa memberikan syarat-syarat yang harus dipatuhi. Kasihan, kan, sampai saat ini ia masih sendiri. Jangan sampai dia mengikuti jejak kita yang menyendiri sampai tua. Sendiri itu sepi." Rocky mengakhiri kalimatnya dan masuk ke kamar untuk tidur.

Tinggallah Jack sendiri merenung, mengingat-ingat kembali kebersamaannya dengan Brandon sejak kecil. Tanpa sadar, air matanya menetes.

💜💜💜

MY HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang