Part 12

4.7K 266 22
                                    

Baca duluan part 13, 14, dan 15 di karyakarsa, ada adegan 21+. Joanna dengan siapa, ya? 😁

💜

Brandon meluruskan kakinya dengan duduk di atas dipan yang ada di depan teras. Joanna merasa haus dan ingin masuk ke rumah mengambil air minum. Namun, sayangnya pintu terkunci. Ia lupa kalau Ayah dan Pamannya yang membawa kuncil.

"Kamu mau masuk?"

Joanna mengangguk."Aku haus. Tadi Paman masuk ke sini pakai apa?"

"Aku masuk garasi, kan nggak dikunci,"balas Brandon."Ya sudah kita pulang aja, beli minum di jalan."

"Iya, ayo." Keduanya masuk ke mobil dan pulang ke rumah. Karena di perjalanan mereka lupa membeli air minum, maka mereka langsung meneguk banyak air saat tiba di rumah.

"Kalian dari mana saja sampai kehausan seperti itu?" Jack menatap kedua anaknya dengan heran.

"Bersepeda, Ayah, di dekat rumah. Kan Joanna sudah tinggalkan pesan di meja."

"Iya, tapi, Ayah heran saja kenapa tidak minum di sana."

"Lupa, Yah." Joanna duduk di sofa karena sedikit lelah. Ia melihat rumahnya sudah kembali bersih. Pasti Ayah dan Pamannya yang membersihkan.

"Kenapa tumben sekali kamu mau bersepeda? Apa Brandon yang mengajakmu?" Jack melirik ke arah Brandon dengan curiga.

Brandon tertawa."Wah,  kenapa aku menjadi tersangka."

"Aku yang mengajak, Ayah. Dulu Paman berjanji akan membawaku bersepeda lagi. Tapi, Paman baru kembali setelah aku dewasa. Jadi, aku menagih janjinya."

"Oh~" Walaupun Joanna mengatakan yang sebenarnya, ia tetap merasa curiga dengan Brandon.

"Aku adalah pria yang menepati janji, Ayah. Walaupun sudah lama sekali, aku tetap melaksanakan apa yang kuucapkan." Brandon menyeringai.

Jack mendengkus dan membuang wajahnya.

"Ayah akan tinggal di sini, kan?" Joanna menatap Jack dengan memohon.

"Ya ampun, tidak bisa, Nak,"kata Jack dengan berat hati.

"Ya sudah siapa pun yang bersedia, dua di antaranya tinggallah di sini menemaniku. Tapi, kalau semuanya bersedia itu lebih baik." Joanna bersedekap dengan wajah cemberut.

"Aku akan menemanimu di sini, Joa~"kata Brandon dengan lembut.

"Hei!"ucap Jack spontan. Ia membesarkan matanya pada Brandon.

Brandon membalas tatapan Jack tanpa takut. Mereka hanya saling berbalas kata melalui tatapan.

"Sepertinya terjadi ketegangan di sini." Rocky menengahi keduanya sembari membawa es teh di dalam teko besar."Panas-panas begini, kita harus minum yang dingin-dingin."

"Terima kasih, Paman."

Rocky mengusap-usap pundak Brandon."Kita akan tinggal di rumah masing-masing, Joanna. Tetapi, kita akan sering datang berkunjung. Begitu juga dengan Brandon."

"Tapi, tidak baik kalau Joanna di rumah sendirian, Paman,"kata Brandon beralasan.

"Penjagaan di komplek ini sangat ketat. Jadi, Paman rasa Joanna akan aman." Rocky menatap Brandon penuh arti, meminta pria itu tidak memaksakan keinginannya tinggal di sini disetujui.

"Baiklah." Brandon mengalah, ia tahu usahanya akan sia-sia.

Joanna menghela napas kecewa."Baiklah."

"Handphonemu harus aktif 24 jam, ya, Nak,"kata Jack mengingatkan.

Joanna mengangguk."Iya, Ayah."

"Makan siang sudah siap." Levi dan Juan muncul.

Mereka makan siang bersama dengan penuh kehangatan dan canda tawa.

"Joanna, bagaimana dengan kabar Morgan?" Nama Morgan tiba-tiba disebut saat situasi aedang hangat-hangatnya. Brandon tertawa sinis, tetapi sangat pelan.

"Katanya dia baik-baik saja, Yah, cuma butuh istirahat yang cukup,"jelas Joanna. Baru saja ia menerima pesan dari Morgan. Sampai saat ini komunikasi mereka berjalan cukup baik.

"Tapi, hubungan kalian baik-baik saja, kan?"tanya Levi memastikan.

"Baik kok. Memangnya kenapa, Paman?"

"Ah, tidak~sepertinya Morgan tidak nyaman bertemu dengan kita." Levi merasa gelagat Morgan sangat aneh ketika pertama kali melihat mereka. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan.

"Paman juga merasa seperti itu." Juan menimpali,"mungkin kah karena kita ini bukan orang kaya? Atau karena kita ini preman bertato?"

"Tapi, pembicaraan kami baik-baik saja kok, Paman. Mungkin karena belum terbiasa saja." Joanna tidak ingin menaruh prasangka seperti itu. Selama ini Morgan bersikap baik dan lembut.

"Ya sudahlah kalau baik-baik saja." Jack meredam situasi."Oh, ya, Joanna setelah ini kita harus pulang."

"Kenapa tidak sore atau malam saja, Ayah?" Joanna tampak kecewa.

"Anakku, kamu harus istirahat dan nikmati rumah barumu ini. Ayah dan Paman juga harus bekerja,"kata Jack menenangkan.

"Aku kesepian, aku balik ke rumah Ayah saja." Joanna memasang wajah cemberut agar keinginannya dituruti. Demi kebaikan, rasanya tidak apa-apa ia bersikap seperti ini.

Jack mengusap kepala Joanna."Tinggallah di sini. Ini hasil kerja kerasmu. Ayah dan Paman berjanji akan datang ke sini ketika ada waktu. Sesekali kami akan menginap."

"Kami juga ingin tinggal bersamamu di rumah yang bagus, tetapi, kami tidak bisa meninggalkan rumah itu." Rocky menambahkan.

"Paman Brandon!" Joanna menatap Brandon.

"Ya?"jawab Pria itu spontan.

"Kudengar Paman kaya raya, tolong bantu aku menjual rumah ini. Lalu kita renovasi rumah kita semua menjadi bagus. Lalu kita tinggal bersama. Kekurangan biayanya, Paman yang tanggung."

Brandon terkekeh."Ya ampun, Joa~ aku sudah menawarkan rumah baru untuk mereka sejak lama, termasuk renovasi. Tapi, mereka tidak mau. Aku bisa apa, sayang?"

Jack melirik tajam saat Brandon memanggil Joanna dengan sayang. Di mata Joanna, mungkin itu sebuah panggilan Paman terhadap keponakannya. Tapi, bagi Jack itu adalah panggilan dari hati yang paling dalam.

"Kenapa, Ayah~Paman? Kenapa kalian menolak?" Joanna ingin menangis.

"Jika kau seperti ini, sepertinya kau tidak bisa menikah." Juan terkekeh,"kau pasti merengek jika suamimu membawamu pergi."

"Baiklah, Nak, akan kami pikirkan. Beri kami waktu untuk menyelesaikan pekerjaan di sana, ya." Levi menenangkan.

Joanna mengangguk sedih.

"Kami harus pulang, ya~ Jack berpamitan,"Brandon~ayo antar kami."

"Iya, Ayah."

Mereka semua bersiap-siap, mengambil barang-barang mereka di sana.

Brandon menghampiri Joanna."Bagaimana kalau aku yang tinggal di sini?"

Joanna mengangkat wajahnya."Ma-mana bisa hanya berdua."

"Memangnya kenapa?" Brandon mendekatkan wajahnya pada Joanna.

Joanna memalingkan wajah. Ia tidak bisa ditatap berlama-lama dengan pria itu. Semakin lama pria itu tidak terlihat seperti Pamannya."Paman harus ajak Ayah dan yang lainnya, baru boleh tinggal di sini. Lagi pula Paman pasti punya rumah sendiri, kan?"

"Tidak punya rumah. Hanya punya apartemen."

Joanna menyipitkan matanya."Karyawan biasa tapi tinggal di apartemen?"

"Memangnya tidak boleh?"

"Brandon, ayo kita berangkat sekarang." Jack menepuk pundak Brandon.

"Iya, Yah. Joa, aku pergi dulu." Brandon berpamitan mengantarkan Jack, Rocky, Levi, dan Juan kembali ke rumah.

💜💜💜

MY HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang