Part 30

3.5K 244 29
                                    

👀👀


Setelah membersihkan diri, Brandon kembali ke ruang tengah untuk menghabiskan kopinya. Matahari sudah terbit, ia ingin mengatur ulang jadwal dengan sekretarisnya, lalu mengatur liburan dengan belahan jiwanya. Sepertinya liburan ke daerah pegunungan menyenangkan karena udara yang dingin. Tapi, Ia tidak memiliki rekomendasi tempat yang bagus. Swiss adalah tempat yang indah, tapi, tidak memungkinkan membawa Joanna ke sana saat ini. Joanna belum memiliki paspor dan keperluan dokumen lainnya.
Iti artinya mereka hanya bisa pergi ke wilayah yang dekat saja.

Saat sedang berperang dengan pikirannya, Joanna muncul. Wanita itu terlihat sudah segar karena sudah mandi. Hanya matanya yang terlihat masih sedikit sembap. Ia pergi ke area dapur memeriksa area kulkas.

"Kamu mau apa, sayang?"

"Aku lapar, Paman." Joanna terkekeh. Padahal kemarin nafsu makannya tidak ada sama sekali. Setelah mandi, ia justru merasa kelaparan.

Brandon bangkit dan ikut memeriksa isi kulkas. Isinya tudak begitu banyak karena ia hanya hidup sendirian selama ini. Lalu ia tidak sempat berbelanja saat membawa Joanna ke sini."Ada roti tawar, telur, sosis, dan beberapa sayuran."

"Sepertinya bisa bikin sandwich." Joanna menunduk mengambil bahan yang dibutuhkan.

"Kita pesan makanan saja?"tawar Brandon.

Joanna menggeleng."Ini saja, Paman."

"Baiklah, hati-hati menggunakan pisau. Aku kembali, ya." Brandon kembali ke tempat duduknya dan kembali berkomunikasi dengan sekretarisnya.

Lima belas menit kemudian, Joanna menghampiri Brandon dengan empat potongan sandwich. Ia juga membawa secangkir teh hangat untuk dirinya sendiri. Ia meletakkan piring itu tak jauh dari posisi Brandon agar bisa dinikmati bersama.

"Silakan dinikmati, Paman."

Brandon tersenyum dan meletakkan iPadnya."Terima kasih, sayangku." Pria itu makan sambil melihat posisi duduk Joanna yang pahanya terlihat sangat rapat.

"Masih sakit,ya?"

Joanna menatap Brandon bingung."Y-Ya?"

Brandon menatap cara duduk Joanna. Wanita itu langsung mengerti dan wajahnya merah karena malum"Iya, itu sangat sakit, terutama saat buang air."

"Akan sembuh secara perlahan."

Joanna mengangguk saja, ia malu jika membahasnya secara langsung seperti ini. Dalam situasi pencahayaan yang bagus, lalu ia bertatapan langsung dengan Brandon, ia merasa pria itu adalah pria yang dangat sulit digapai. Pria idaman semua wanita. Ia juga mengidolakannya, tetapi, selama ini ia menganggap bahwa ia mengidolakan sebagai Paman. Namun, ia juga memiliki ketertarikan sebagai lawan jenis.

"Kita pergi siang nanti, ya. Kamu siapkan pakaian kamu. Tidak perlu banyak-banyak,"kata Brandon yang mengerti bahwa Joanna tidak bersedia membahas apa yang sudah terjadi tadi.

"Kita pergi ke mana, Paman?"

Brandon mendekat dan menunjukkan gambar di iPadnya."Pulau ini, pulau pribadi milik keluarga."

Joanna menganga melihat gambarnya yang sangat indah."Itu seperti tempat wisata? Tidak terlihat pulau pribadi."

"Ini memang Pulau yang dibuka dengan tujuan wisata. Para pelancong akan datang berpasangan, seperti pacaran, bulan madu, karena tempatnya sangat bagus dan romantis. Atau~kamu mau kita pergi ke tempat di mana hanya ada kita berdua?" Brandon menyeringai.

"Ah, tidak-tidak. Kita ke situ saja." Joanna bangkit dengan wajahnya yang terasa panas."Kita ke pantai, ya, berarti aku hatus menyiapkan pakaian sekarang."

"Kamu harus mengenakan pakaian yang cocok di pantai, terutama bikini,"kata Brandon dengan nada menggoda.

"Ah, aku tidak memilikinya. Aku membawa yang ada saja." Joanna ke kamar. Ia membawa kaus-kaus yang tipis berbahan katun serta celana pendek. Ia tidak memiliki bikini, seumur hidupnya tidak pernah terpikirkan untuk memilikinya.

Setelah diskusi yang panjang dengan sekretarisnya, akhirnya Brandon mendapatkan jadwal yang telah disepakati. Kini, ia bisa berlibur dengan tenang. Ia menyusul Joanna ke dalam kamar.

Kening Brandon berkerut melihat pakaian yang telah dilipat. "Tidak ada bikini?"

"Aku tidak punya, Paman."

Brandon mendekat, memeluk Joanna dari belakang."Kita harus membelinya sebelum berangkat."

"Me-memangnya harus mengenakan itu?"tanya Joanna gugup.

Brandon menyimpan dagu di pundak Joanna."Harus memakainya, sayang, kita kan ke pantai dan berlibur. Kita akan bersenang-senang di sana. Lalu, tubuhmu pasti bagus jika mengenakannya, bukan kaus longgar saja. Aku sampai tidak bisa menebak ukuran dadamu karena selalu mengenakan pakaian longgar."

Tubuh Joanna merinding mendengar kata-kata vulgar Brandon."Baiklah, Paman, lakukan saja yang terbaik." Joanna tidak ingin memperpanjang percakapan mereka. Brandon pasti mengelyarkan kata-kata yang membuatnya merinding.

Brandon mengecup leher Joanna, lalu memberikan gigitan kecil di sana. Wanita itu merinding sekali. Seluruh permukaan tubuhnya terasa bergetar. Brandon kembali mengecup lehernya hingga basah. Kedua tangannya sudah hinggap di permukaan dada wanita itu. Joanna menggesekkan pahanya. Ia merasakan miliknya berdenyut, seperti ingin merasakan kembali milik Brandon. Namun, ia kembali membayangkan rasa sakitnya.

"Ah, Paman~" Joanna mulai terangsang. Ia bertumpu pada lemari di hadapannya.

Brandon melepaskan kaus yang ia kenakan. Pria itu mencumbu bagian belakang tubuhnya. Joanna bersandar pada lemari, sesekali ia berjinjit karena merasa geli. Brandon mencium punggung Joanna, lalu membuka kaitan bra-nya. Pria itu kembali meremas dada Joanna dari belakang dan memilin putingnya.

Brandon menarik Joanna pelan dan duduk di tepi ranjang. Ia memangku wanita itu sembari meremas-remas dadanya. Joanna menyandarkan kepalanya di pundak Brandon. Brandon mengarahkan kepalanya agar menatapnya, lalu melumat bibirnya. Tangannya berpindah ke pangkal paha Joanna, membukanya lebar-lebar. Satu jarinya masuk ke dalamnya.

Joanna merasa sangat geli, kemudian ia mengubah posisinya duduk menyamping dan memeluk Brandon. Gerakan Brandon terhenti dan membalas pelukan wanita itu. Setelah beberapa saat, Brandon menghempaskan tubuh Joanna ke ranjang.

Brandon mengeluarkan miliknya, kemudian menghunjam Joanna. Wanita itu masih merasakan sedikit rasa perih. Namun, perlahan gesekan milik Brandon terasa sangat nikmat, menggetarkan seluruh tubuhnya.

"Ah, Paman~"ucap Joanna tanpa sadar.

Brandon menatap wanita itu dengan lembut."Tidak sakit lagi, kan?"

Joanna mengangguk dengan wajah merahnya."Apa kita akan sering melakukannya?"

"Iya, sayang, karena kita akan menikah, lalu hidup bersama selamanya. Aku yakin, kamu juga menyukaiku. Hanya saja, bibirmu ini malu untuk mengatakannya."

Joanna membuang wajahnya. Sepertinya Brandon benar, ia sulit mengeluarkan kata itu. Mungkin sebenarnya ia menyukai Brandon sejak kecil, tetapi, ia menganggap Brandon adalah orang dewasa yang melindunginya. Ia hanya akan menjadi sosok yang menjadi panutannya.

Brandon tersenyum penuh arti, ia menghisap puncak dada Joanna hingga wanita itu mendesah keras. Perhatian Joanna kembali pada Brandon.

"Ah!" Tiba-tiba saja Brandon merasakan miliknya menemukan titik yang membuatnya enak. Ia menghunjam dengan cepat. Tubuh Joanna terguncang dan ia juga merasakan kenikmatan dari hubungan ini.

Brandon memeluk Joanna erat dan menggerakkan pinggulnya. Joanna merasa tubuh Brandon sangat berat. Ia hampir tidak bernapas, tetapi, ia merasakan kenikmatan saat itu terjadi. Rasa hangat memenuhi rahimnya. Gerakan Brandon terhenti. Kini terdengar napas yang tidak teratur. Brandon menyingkir perlahan ke sebelah Joanna. Wanita itu merasakan lelehan cairan Brandon mengalir keluar dari miliknya.

Brandon memeluk Joanna dengan penuh cinta. Lalu ia berbisik,"aku mencintaimu, sayang."
Joanna hanya tersenyum dan memejamkan matanya.

💜💜💜

MY HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang