Part 29

3.8K 268 35
                                    

Sesuai janjiku ya. Segini aja dulu.
Kalau nggak sabar menunggu lanjutannya ke karyakarsa aja 🤣

💜

Brandon membuka mata saat mendengar suara tangisan kecil. Pria itu mengerjap, lalu melihat layar ponselnya,ternyata sudah pukul lima pagi. Namun, ia masih sedikit mengantuk karena baru beberapa jam tiba di rumah. Ia bangkit dan melihat ke arah Joanna yang membelakanginya. Ia melihat wajah wanita itu.

"Kamu nggak tidur, ya?"

Joanna menggeleng."Aku baru bangun. Maaf membangunkan Paman."

"Hmmm~apa yang terjadi?"

"Aku rindu Ayah dan Paman."

Brandon mengusap lengan Joanna. Pria itu terdiam sejenak."Kau demam, sayang." Ia beralih memegang kening Joanna.

"Aku baik-baik saja, Paman. Hanya sakit sedikit."

"Kamu kebanyakan menangis." Brandon bangkit ke tempat penyimpanan obat. Ia mengambilkan obat demam dan meminta Joanna meminumnya.

Brandon kembali duduk."Sepertinya kita harus pergi berlibur sejenak agar kamu tidak terlalu sedih."

"Paman baru saja cuti panjang,"balas wanita itu tak enak hati. Ia melihat Brandon sudah melakukan banyak hal untuk dirinya.

Brandon mengusap puncak kepala Joanna dengan lembut."Aku bisa mengajukannya lagi. Aku bisa kerja jarak jauh."

Joanna mengendikkan bahunya."Terserah Paman saja."

Brandon mengangguk."Baiklah, aku akan menghubungi mereka nanti. Sekarang~hmmm jadi susah tidur."

"Maaf, ya, Paman."

"Iya, sayang. Kamu tidur aja lagi. Aku mau ke dapur bikin sesuatu." Brandon bangkit. Ia ke dapur dan membuat kopi.

Joanna berjalan menghampiri Brandon dan berdiri di belakangnya."Paman, biar aku buatkan."

Brandon tersentak dan membalikkan badan."Tapi, kamu demam, sayang."

"Itu hanya karena aku kebanyakan menangis. Sebenarnya ku tidak apa-apa." Joanna mengambil alih apa yang dikerjakan Brandon. Ia sudah terbiasa membuat racikan kopi untuk Ayah dan Pamannya. Tidak butuh waktu yang lama, secangkir kopi pun sudah jadi. Wanita itu menyerahkannya pada Brandon.

Brandon tersenyum senang, ia meraih cangkir dengan satu tangannya. Lalu satu tangannya merengkuh tubuh Joanna dan mengecup keningnya."Terima kasih, sayang."

Wanita itu mengangguk dalam pelukan Brandon. Brandon membawa Joanna ke sofa. Mereka duduk sangat rapat dan Joanna bersandar di tubuh Brandon dengan nyaman. Brandon menyalakan televisi untuk melihat berita pagi ini.

"Paman tidak keberatan kalau aku tinggal di sini terus?" Joanna membuka suara setelah sepuluh menit mereka menonton televisi.

"Tidak. Ini yang kuharapkan sejak dulu." Brandon menatap Joanna lembut,"bukankah Ayah mengatakan bahwa satu-satunya pria yang harus kamu percaya adalah aku?"

Wanita itu mengangguk."Iya, aku akan percaya pada Paman karena Ayah sudah berkata demikian. Lalu rumahku?"

"Kusewakan. Kamu tinggal di sini bersamaku. Kita akan~" Ucapan Brandon melambat. Ia takut Joanna menghindarinya.

Joanna menatap Brandon menanti lanjutan ucapannya. Brandon menatap Joanna yang terlihat menggemaskan. Rambutnya diikat tinggi, sedikit berantakan, matanya membulat menanti lanjutan ucapannya. Brandon mendekatkan wajahnya. Satu tangannya menahan pinggang wanita itu agar tidak menjauh. Bibirnya menempel pada bibir Joanna. Ia membasahinya sedikit, rasanya manis.

Joanna merasakan aroma kopi yang kuat dari mulut Brandon. Embusan napas yang hangat serta gerakan bibir yang lembut membuatnya membuka mulut. Brandon melumat bibirnya, menyesap, serta memindahkan rasa dan aroma kopi ke dalamnya. Lidah mereka bertautan. Ciuman Brandon semakin dalam dan menuntut.

Brandon mendorong Joanna hingga terbaring di sofa, satu tangannya masuk ke dalam kaus yang dikenakan, memainkan puncak dada. Joanna mendesah, tubuhnya bergetar mulai merasakan desiran gairah.
Brandon menggendong Joanna kembali ke kamar. Meletakkannya dengan hati-hati di ranjang, kemudian membuka kausnya. Joanna tersihir oleh pesona Brandon dalam seketika. Tubuhnya kini telah polos tanpa sehelai pakaian.

Brandon menindih tubuh Joanna, kembali berciuman dan meremas-remas lembut dadanya.
Bibirnya berpindah ke puncak dadanya yang mengeras, satu tangannya mengusap-usap milik Joanna. Tubuh wanita itu melengkung, menggelinjang hebat saat ia merasakan orgasme pertamanya di hari itu.

Brandon terlihat puas karena tidak ada perlawanan dari Joanna lagi. Joanna seakan-akan sudah menyerahkan segala hidupnya untuk Brandon.

Brandon membuka celananya. Joanna kembaki melihat kejantanan yang berdiri tegak, walau tirak terlalu jelas karena lampu tidur yang dikenakan. Joanna memegangnya, ia berpikir akan melakukan seperti kemarin. Namun, ia salah. Setelah beberapa detik ia memegang, Brandon menyingkirkan tangannya dan kembalu menindih tubuhnya. Pria itu menatapnya dengan mata berbinar dan lembut.

Joanna terbelalak saat merasakan milik Brandon menggesek-gesek miliknya yang basah sekali. Joanna mendesah, merasakan kenikmatan di sana. Semakin lama, ia semakin menginginkannya, terasa berdenyut dan menginginkan lebih dari itu.

Brandon terus melakukan itu, secara perlahan ia menembus milik Joanna. Joanna meringis perlahan dan menghentikan Brandon."Paman, rasanya sudah tidak nyaman."

"Memang seperti itu, sayang." Brandon menenangkan Joanna. Ia tidak akan menarik apa pun yang akan ia lakukan hari ini. Keinginannya sudah sangat tinggi. Ia menekan miliknya sedikit kuat. Joanna memekik dengan rasa yang sangat tidak nyaman. Ia mendorong tubuh Brandon, tapi, tubuh pria itu lebih besar darinya.
"Pa-Paman, sudah~sa-sakit." Joanna ingin menjerit.

Brandon berhenti sejenak, ia kembali melumat puncak dada wanita itu. Joanna kembali merasakan nikmat, ia melupakan rasa sakitnya sejenak. Di saat wanita itu lengah, Brandon menekan miliknya tiga kali dalam jeda waktu yang singkat.

Joanna memekik, ekspresinya sangat menjelaskan bagaimana rasa sakitnya hingga meneteskan air mata. Pandangannya terasa buram karena ditutupi bulir air matanya.

Brandon menekannya lebih dalam lagi, memastikan ia sudah memasuki Joanna seutuhnya. Ia sudah menembus semua dinding pertahanan wanita itu. Ia menahannya beberapa saat, membiarkan miliknya berkedut terus karena merasakan himpitan daging lembut tersebut.

Brandon mengusap air mata Joanna, kemudian melumat bibirnya. Wanita itu masih merasa sakit, ia meremas punggung Brandon. Brandon mulai menggerakkan pinggulnya, ia mulai merasakan kenikmatan di sana. Akhirnya ia berhasil mendapatkan Joanna dan menjadi lelaki pertamanya.

Bagaimana dengan pernikahan? Tentu saja ia akan menikahi Joanna dalam waktu dekat. Tapi, tentang ranjang, ia tidak bisa menundanya. Karena hasratnya akan sangat menggebu-gebu saat bersama Joanna. Oleh karena itu Jack sangat melarangnya dengan keras bertemu dengan wanita itu. Namun kini, ia telah mendapatkan keinginannya.

"Paman!" Joanna ingin semua ini segera berakhir karena gesekan itu membuat miliknya semakin sakit fan tak nyaman.

"Iya, sayang, tahan sebentar." Brandon menggerakkan miliknya dengan cepat. Ia mendesah dan mengerang, lalu menyemburkan cairannya ke dalam sana. Di detik-detik semburan itu keluar, Joanna bisa merasakan gesekan itu terasa nikmat, rasa dakitnya juga hilang. Namun, ia tidak dapat memastikannya lagi karena percintaan mereka telah usai. Joanna memandang langit-langit kamar. Ia telah memberikan kehormatannya pada Brandon, Pamannya. Hati Joanna mulai terusik tentang apa yang baru saja terjadi. Mereka sudah seperti pasangan suami istri. Itu artinya ia sudah menyerahkan diri untuk dinikahi Brandon? Ia menerima perasaan Brandon? Wajah Joanna merona.

Brandon mengecup bibir wanita itu, kemudian menyingkir secara perlahan. Ia menatap Joanna."Terima kasih, sayang."

Joanna menyembunyikan wajahnya ke dada bidang Brandon. Brandon memeluknya erat dan menciumi puncak kepalanya berkali-kali.

💜💜💜

MY HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang