Part 5

7.7K 264 14
                                    

Telepon di meja kerja Joanna berbunyi lima menit sebelum jam istirahat tiba. Baru saja Joanna menempelkan telepon ke telinganya dan hendak menyapa, suara di seberang sana sudah terdengar.

"Joanna, kamu tunggu saya di basement sekarang, ya?"

Joanna membatu. Ini pertama kalinya ia mendapat telepon langsung dari Morgan. Ia melihat ke arah ruangan kaca lelaki tersebut. Pria itu tersenyum."Kenapa kamu kaget."

Joanna segera mengalihkan pandangan agar tidak menarik perhatian orang di sekitar."Tapi, jam istirahat belum tiba, Pak." Joanna mengecilkan suaranya.

"Ketika kamu berjalan ke sana, jam istirahat sudah tiba. Ini perintah, kerjakan sekarang,"kata Morgan.

"Baik, Pak." Joanna menutup telepon. Dia bersikap tenang sembari merapikan meja dan bangkit. Ia menuju basemen dengan deg-degan. Ia takut ada rekan kerja yang muncul sebelum Morgan tiba. Walaupun staf di sini jarang sekali makan di luar sebab ada kantin yang disediakan Perusahaan.

Joanna keluar lift, ia sudah tiba di basement dan menunggu dengan cemas. Namun, tak lama kemudian Morgan sudah muncul.

"Ayo~"

Joanna tersentak,"i-iya, Pak." Ia mengikuti Morgan dengan cepat karena langkah pria tersebut sangat lebar.

Apa yang Joanna mimpikan semalam bisa satu mobil dengan Morgan berdua saja. Wanita itu menarik napas panjang dan berusaha menenangkan dirinya.

"Kamu ada alergi terhadap makanan tertentu?"tanya Morgan agar ia dapat menyesuaikan tempat makan mereka nanti.

Joanna menggeleng. "Tidak ada, Pak, saya bisa makan apa saja, tidak ada alergi apa pun."

"Wah, luar biasa."

"Iya, Pak."

Mereka tiba di tempat yang sudah ditentukan Morgan. Lalu keduanya makan tanpa bicara. Makanan tersebut sangat enak. Joanna belum pernah makan makanan semewah ini. Namun, hatinya resah karena memikirkan apa tujuan Morgan membawanya ke tempat ini berdua saja.

Setelah makanan habis, Joanna berniat memulai pembicaraan. Joanna berdehem terlebih dahulu.
"Maaf, Pak, sebenarnya~kenapa Bapak mengajak saya makan bersama? Apakah ada pekerjaan saya yang tidak beres? Apakah saya melakukan kesalahan di kantor?" Joanna sempat berpikir bahwa cara ini bisa digunakan untuk memberi tahu seseorang yang tengah melakukan kesalahan yang besar. Alih-alih langsung dipecat dan dimarahi, justru diajak makan bersama dan diberi tahu akan diberhentikan.

Morgan menatap Joanna dengan intens."Kenapa kamu berpikir seperti itu. Tidak ada yang harus kamu khawatirkan. Ini adalah makan siang, itu saja. Tidak ada urusan dengan pekerjaan."

"Oh begitu, ya, Pak. Maaf jika saya berlebihan." Joanna tersenyum kikuk. Sejak tadi tubuhnya terlihat kaku dan tidak nyaman.

"Apa kamu merasa tidak nyaman saat bersamaku?"

Mata Joanna membesar, ia langsung menggeleng kuat."Tidak, Pak, saya senang. Maksudnya saya tidak merasa tidak nyaman. Saya hanya bingung kenapa tiba-tiba Bapak mengajak saya seperti ini. Mengingat kita punya jabatan yang tidak berkaitan secara langsung."

Morgan berdehem."Iya, ini tidak ada hubungan pekerjaan. Saya mengajak karena ingin mengenal kamu lebih dekat."

"Le-lebih dekat?" Telinga Joanna memerah.

"Kamu sudah dua tahun di Perusahaan ini. Lalu~kita sering bertemu, ya, walaupun kita memang jarang berbicara secara langsung. Tapi, akhirnya saya memberanikan diri mendekati kamu."

"Apa maksudnya?" Hati kecil Joanna berteriak. Ia tidak ingin salah mengartikan. Oleh karena itu ia hanya diam memperhatikan Morgan.

"Saya suka sama kamu, Joanna."

Joanna membatu seketika. Telinganya pasti salah mendengar.

"Joanna?"panggil Morgan.

"Iya, Pak, maaf saya kaget." Joanna tersenyum kikuk.

"Maaf sudah membuatmu kaget. Saya memang salah karena tiba-tiba mengutarakan perasaan tanpa pendekatan lebih dahulu." Morgan mengusap tengkuknya,"karena saya sudah menunggu momen ini cukup lama."

Suasana menjadi canggung karena ungkapan perasaan tersebut. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa hati Joanna berbunga-bunga. Ini untuk pertama kalinya ada pria yang menyatakan perasaan. Sejak ia sekolah dan memasuki Perguruan Tinggi, semua pria cenderung menghindar karena status keluarga Joanna yang mengerikan. Jack cukup terkenal sebagai penjahat di masa lalu. Berita itu sudah menyebar luas hingga tidak ada yang berani mendekati Joanna.

"Ah, itu~" Joanna pun bingung harus berkata apa."Te-terima kasih karena sudah suka sama saya, Pak."

"Ka-kamu tidak perlu merespon apa-apa, Joanna. Yang terpenting adalah saya membutuhkan izin dari kamu agar kita bisa menjadi lebih dekat."

Joanna mengedipkan matanya berkali-kali. Ia ingin semua ini adalah sebuah lelucon. Menurutnya itu lebih baik, tapi, wajah Morgan terlihat serius. "Bapak tidak memerlukan izin, Pak, karena Anda ini Bos saya. Ketika di kantor Anda bisa mendekati saya kapan pun."

"Tapi, kan yang saya mau bukan seperti itu. Ini adalah hubungan pribadi."

"Rasanya seperti mimpi." Joanna terkekeh. Ia masih dibingungkan dengan situasi ini."Saya~tidak tahu harus bagaimana, Pak, maafkan saya."

Mata Morgan terpejam sejenak, berusaha menenangkan diri. Sebenarnya ia juga gugup."Its okay, semoga kejadian ini tidak mengurangi rasa kenyamanan kamu dalam bekerja,ya, Jo. Tapi, saya berharap kamu bisa memberikan respon."

"Jujur saja saya merasa tidak enak, Pak. Bukan saya tidak suka, tapi, karena Bapak adalah Manager saya, maka seperti sangat aneh jika kita memiliki hubungan khusus."

Morgan memegang tangan Joanna yang ada di atas meja."Tidak ada yang aneh dari sebuah perasaan, kan? Kita bisa jatuh cinta pada siapa saja dan kita tidak bisa menerka pada siapa kita akan jatuh cinta."

"Iya, Pak."

Morgan menatap Joanna dalam-dalam."Kalau begitu, apakah saya bisa mengontak kamu di luar jam kerja? Tentu saja bukan membicarakan pekerjaan."

Joanna mengangguk.

Morgan memberikan ponselnya."Untuk permulaan, tolong berikan nomor kontak kamu."

Joanna merapatkan bibirnya. Ia mengambil ponsel milik Morgan dan mengetik sederet angka di sana. Kemudian ia menyerahkan kembali pada Morgan. Ponsel Joanna langsung berbunyi, itu adalah pesan dari lelaki tersebut

Napas Joanna tertahan. Ia menyimpan kontak Morgan dengan gemetar."Saya simpan, Pak."

"Terima kasih, Jo." Morgan tersenyum senang. Setidaknya ini adalah permulaan yang baik. Ia melihat jam tangannya,"ayo kita kembali ke kantor."

"Iya, Pak." Joanna bangkit.

Dalam perjalanan menuju kantor, Morgan singgah di coffe shop dan membelikan kopi untuk mereka berdua.

"Selamat bekerja kembali, Joanna, ini kopi untuk kamu."

"Terima kasih, Pak, jam segini memang enaknya ngopi,"balas Joanna.

"Sebenarnya ingin ngopi berdua sama kamu. Tapi, jadwal kita sama-sama padat. Semoga bisa terlaksana di lain waktu.

"Iya, Pak. Bapak juga selamat bekerja kembali,"balas Joanna dengan debaran di dada yang tidak karuan. Saat ini ia ingin menjerit karena senang.

Begitu tiba di kantor, keduanya memisahkan diri dan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

💜💜💜

MY HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang