Part 17

4K 257 49
                                    


💜

Joanna mengembuskan napas lega ketika ia bisa bisa terpisah dari Brandon. Jika Pamannya itu benar-benar menyukainya akan menjadi hal yang serius. Sikap Brandon cukup membuatnya kesulitan di masa depan. Bagaimana jika Brandon cemburu dengan hubungannya dengan Morgan. Joanna memejamkan matanya, ternyata ini menjadi hal yang sulit. Jika ia tahu akhirnya akan begini, ia tidak akan pernah menerima ajakan Brandon dan tidak akan menanyakan keberadaan lelaki tersebut.

Joanna tiba di meja kerjanya. Ia mengembuskan napas berat. Wanita itu mengambil cermin dari laci mejanya. Hari ini ia tidak memakai banyak riasan karena tidak pulang ke rumah. Ia hanya mengenakan sunscreen dan lipstik yang ada dalam tasnya.

Telepon di meja Joanna berbunyi. Ia segera mengangkat dan terdiam mendengar suara Morgan di sana.

"Hari ini kamu ikut kegiatanku, ya~"

"Saya, Pak?" Joanna melirik ke ruangan Morgan.

"Iya, Joanna. Datang ke ruanganku dan bawa laporan kamu."

"Baik, Pak."

Joanna menelan ludahnya, ia mengambil laporannya dan membawa ke ruangan Morgan.

"Permisi~" Joanna mengetuk pintu ruangan Morgan.

"Masuk, Jo,"jawab Morgan. Karena dinding ruangan tersebut adalah kaca, maka merekanharus bersikap profesional.

Joanna duduk tegak dan menyerahkan laporannya. Morgan membuka-buka laporannya.
"Kita bicara santai saja. Tidak ada yang dengar pembicaraan kita, tapi, tetap bersikap profesional."

"Bagaimana keadaan Bapak? Sudah sehat?"

"Aku sudah sehat."

"Maaf, aku tidak tahu kalau kamu datang ke rumahku." Sejujurnya Joanna merasa deg-degan. Mungkin saja Morgan menanyakan keberadaannya semalam sampai tidak sempat membalas pesan.

Morgan tersenyum."Tidak apa-apa, sayang, aku hanya ingin bertemu denganmu. Tapi, kita masih bisa ketemu di kantor."

Joanna melihat ke arah luar. Semua orang sedang sibuk bekerja, tetapi, tidak menutup kemungkinan jika mereka menjadi bahan pembicaraan. Senyum Morgan saja sudah berbeda. Pasti banyak yang berasumsi, walaupun sebenarnya ia dan Morgan memang berpacaran.
"Apa tidak bahaya jika kita bicara berlama-lama seperti ini?"

"Jadwal kita sangat padat dan sulit untuk bertemu. Jadi, hanya bisa mencuri waktu seperti ini. Tapi, aku sudah memasukkan jadwal, aku ingin meeting di luar denganmu."

Joanna terbelalak."Kita meeting tentang apa?"

"Sebenarnya tidak meeting, aku hanya ingin jalan denganmu." Morgan mengembalikan laporannya kembali.

"Satu jam lagi kita pergi, kerjakan dulu pekerjaanmu."

Joanna mengangguk."Baik~kalau begitu aku kembali kerja."

Satu jam setelahnya, di waktu yang sudah dijanjikan mereka keluar bersama.

"Aku mau ngajak kamu keluar, tapi, kita nggak bisa pakai baju ini. Takut ada yang lihat." Morgan terkekeh.
"Terus? Bagaimana?"

"Kita ganti baju dulu di apartemenku."

Joanna mengangguk saja meskipun ia sedikit trauma mendengar kata apartemen. Ia masih terbayang-bayang dengan kelakuan Pamannya semalam. Semoga saja tidak ada kejadian apa-apa hari ini.

Saat masuk ke apartemen, Joanna melirik tangan Morgan saat memencet angka. Ia menghapalnya,takut terjadi apa-apa dan ia bisa kabur dari sini.

"Kamu pakai kausku aja, ya?" Morgan ke walk in closet. Sementara Joanna mematung di depan pintu kamar.

MY HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang