Part 36

2.6K 221 11
                                    

Pagi ini cuaca sedikit mendung. Namun, rancana mereka untuk berenang tetap terlaksana. Rencana untuk memenuhi kolam dengan kelopak mawar Brandon batalkan. Itu akan mengganggu kenyamanan saat mereka bermain air. Ia hanya meminta pekerja menaburkan di tepinya saja sebagai hiasan.

Joanna yang tidak bisa berenang hanya menenggelamkan tiga perempat badannya. Ia berpegangan erat pada tepi kolam. Sementara Brandon terlihat terjun ke air dan bergerak dengan sangat bagus.

Brandon muncul ke permukaan tepat di belakang wanita itu dan memeluknya."Hari ini mataharinya tidak muncul."

"Setidaknya tidak terlalu dingin. Ini hanya perihal cuaca. Jadi, Paman sudah atur jadwal kepulangan kita?"

Brandon mengangguk."Besok pagi."

"Kupikir hari ini."

"Hari ini kita masih harus bersenang-senang." Brandon menekan-nekan tubuh Joanna.

Joanna berpegangan erat."Paman, aku takut tenggelam. Aku ingin ke tempat yang lebih rendah." Wanita itu bergerak pelan sambil berpegangan.

Brandon menarik pinggang Joanna dan berenang menuju bagian yang lebih rendah. Joanna sangat takut, tapi, ia harus diam agar lebih cepat sampai. Wanita itu segera duduk di tangga. Setelah itu ia bangkit dan berbaring di kursi pantai. Brandon masih terlihat berenang.
Jadi, wanita itu menikmati waktunya sembari memegang ponselnya. Sudah berhari-hari Joanna tidak menggunakan gawainya tersebut. Ini pertama kalinya ia mengaktifkan kembali setelah hari-hari yang berat terlewati. Banyak sekali pesan yang masuk, ucapan duka cita dari rekan kerjanya dulu. Lalu, ada pesan dari Morgan.

Joanna tidak mau membaca pesan dari lelaki tersebut. Pria itu masih terus berusaha. Mungkin sebaiknya setelah ini ia mengganti nomor ponselnya saja.

Brandon naik dengan tubuh dan rambut yang basah. Ia mengambil handuk dan mengeringkan tubuhnya.  Ia sudah lama di sana tetapi Joanna masih fokus saja dengan gawainya.

"Sayang?"

"Hmm?"

"Sedang apa?"

"Membaca pesan masuk." Joanna memperlihatkan layar ponselnya.

Ia meraih ponsel Joanna dan memeriksanya. Pria itu mengambil kartu sim dan mematahkannya. Ia membuang kartu itu begitu saja.

Joanna menganga."Paman kenapa?"

"Buang semua hal yang membuatmu sedih. Aku tidak suka bajingan itu masih menghubungimu,"jawab Brandon yang kemudian meneguk minumannya.

Melihat raut wajah cemburu Brandon, Joanna tidak berani membantah. Ia akan membeli nomor handphone yang baru. Tidak ada hal penting di dalamnya."Iya, Paman."

"Pakai gawaiku saja jika kamu merasa bosan. Kalau pakai milikmu, nanti kamu bisa kepikiran,"kata Brandon sembari menyerahkan ponselnya,"aku ke toilet dulu."

Joanna mengangguk. Ia membuka aplikasi khusun menonton. Saat sedang memilih video yang ingin ditonton, beberapa pesan masuk dengan cepat. Joanna mengabaikan pesan tersebut karena itu asalah privasi Brandon. Tak lama kemudian ada yang menelepon.

Joanna berdiri di hadapan yoilet yang tak jauh dari posisinya."Paman, ada telepon."

"Abaikan saja, sayang, aku akan meneleponnya kembali setelah selesai,"jawab Brandon dari dalam.

"Oh-okay." Joanna membali ke posisinya. Pesan kembali masuk dan muncul di bilah notifikasi. Tanpa sengaja Joanna menyentuhnya hingga pesan tersebut terbuka.

Joanna ingin langsung menutupnya, tetapi, ia menangkap nama Morgan dalam percakapan tersebut. Ia menscroll percakpan ke atas dan semakin ke atas. Wanita itu menutup mulutnya karena tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Sayang~" Morgan kembali dan terkejut Joanna tengah membaca pesan dari ponselnya.

Joanna menatap Brandon dengan mata berkaca-kaca. "Paman ini~"

Brandon mengambil ponselnya cepat dan menyimpannya."Bukan apa-apa, sayang."

Joanna bangkit dan ingin meraih handphone Brandon kembali."Aku ingin melihatnya, Paman membahas Morgan kan? Lalu apa hubungannya dengan Ayah?"

Brandon membuang pandangannya, ia terlihat seperti menahan tangis."Ini hanya masih penyelidikan."

"Bohong, aku sudah melihat semuanya." Joanna mematung dan tertunduk sedih. Tangannya mengepal keras."Jadi, Morgan~balas dendam pada Ayah dan Paman?"

"Itu belum pasti, sayang. Kita masih harus melakukan penyelidikan yang panjang serta mencari bukti yang kuat. Selama itu belum kita miliki, kita tidak bisa mengatakan dia yang melakukannya,"jawab Brandon sambil mengusap-usap lengan Joanna.

"Paman jangan menyembunyikannya. Aku tahu kalau dia membenci Ayah dan Paman. Lalu sebelum kejadian itu, aku dan Morgan terus bertengkar. Aku memutuskannya karena dia terus menyalahkan Ayah dan Paman." Hati Joanna sangat perih. Penyesalan terbesarnya adalah kenal dengan Morgan. Lalu memperkenalkannya dengan keluarganya. Lalu semua ini terjadi.

"Ya menurutku memang dia pelakunya. Tapi, kita tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Setiap langkah harus kita pikirkan agar tidak jadi balas dendam yang berkepanjangan dan turun temurun."

Joanna terisak."Kenapa dia sejahat itu, kenapa harus Ayah dan Paman."

Brandon merengkuh tubuh Joanna yang rapuh kembali. Sekali pun ia sangat yakin bahwa Morgan pelakunya, Ia tidak mengatakan kalau Morgan dalang dari semua ini, tapi, ia juga tidak membantah ucapan Joanna. Seperti kata Jack, jangan membalasnya karena masalahnya akan menjadi sangat panjang. Namun, tindakan Morgan adalah kriminal. Ia ingin membalas Morgan tanpa menyentuh lelaki itu. Ia sedang mengumpulkan bukti, tapi, itu membutuhkan waktu yang panjang.

"Paman, kita harus membalasnya,"ucap Joanna parau.

"Iya, sayang, kita akan membalasnya. Biar aku yang membalas,"kata Brandon menenangkan.

Joanna mendongak menatap Brandon. Brandon tersenyum dan menunduk untuk mengecup bibir Joanna."Jangan sedih lagi, ya. Serahkan semuanya padaku."

"Tapi, Paman harus hati-hati. Jangan sampai terluka."

"Aku akan tetap hidup untukmu, sayang,"bisik Brandon yang kemudian menggendongnya.

Joanna berpegangan erat sembari menyandarkan kepalanya di bahu Brandon."Kita mau ke mana, Paman?"

"Melakukan kegiatan yang bisa menghilangkan kesedihan darimu. Melihatmu sedih, aku juga sedih."

"Aku akan jalan sendiri."

Brandon menurunkan Joanna. Pria itu menatap dengan sedih,"Sayang,jangan sedih lagi. Kita harus menatap masa depan. Soal Morgan biarkan aku yang urus."

"Maafkan aku, Paman,"kata Joanna merasa bersalah. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa amarah dan kekecewannya setelah tahu Morgan adalah penyebab semua ini. Lalu ia menyalahkan dirinya sendiri karena berpacaran dengan lelaki tersebut. Lalu ia menjadi sedih.

"Berjanjilah, setelah kita menikah~kita hanya akan fokus pada masa depan."

Joanna mengangguk kuat "Iya, Paman."

Brandon menggandeng Joanna menuju tepi pantai. Joanna mengernyit saat melihat ada banyak orang mengangkut beberapa barang. Mereka tampak sibuk sekali."Apa ada tamu?"

"Mereka hanya sedang bekerja. Tidak ada tamu, sayang."

"Paman, ayo kita ke batu karang lagi,"ajak wanita itu bersemangat.

"Kenapa ke sana?"tanya Brandon curiga.

Joanna tersenyum penuh arti. Ia menarik kekasihnya itu dengan cepat.

"Sudah kuduga di sini akan sangat nyaman sekali pun matahari bersinar terik,"kata Joanna saat mereka tiba.

"Kamu tidak takut ada hewan yang tiba-tiba muncul dari sela-sela batu?" Brandon melihat ke sekelilingnya.

"Tidak mungkin, kan, kalau pun ada hanyalah hewan laut. Tidak mungkin ada beruang yang muncul." Joanna tertawa. Joanna melebarkan kain yang ia gunakan sebagai penutup tubuh bagian bawahnya. Ia berbaring menatap langit-langit.

💜💜💜

Kisah anak Joanna-Brandon ada di My Young Husband.

MY HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang