Eza dan keluarga nya sudah sampai di rumah Nio yang berada di Belanda, memang benar adanya bahwa rumah itu memang lah besar nan megah begitu pula didalam nya, aneka barang antik terpajang rapi dibeberapa ruangan.
"Sumpah gw cape banget, nggak kuat gw" ucap nya berhenti berjalan, mereka pun mantap Ve yang wajah nya sudah pucat dan terlihat lemas
"Astaga, belum juga sampe" geleng Karel, padahal ia juga sama capek nya
"Biar gw gendong" ujar Kara berjongkok didepan Eza berdiri
Tentu dengan senang hati Eza menaiki punggung lebar abang nya, setelah selesai Kara membawa nya pada satu kamar yang berwarna serba gelap tak lupa dengan langit atap yang sudah pasti terdapat lukisan abstrak.
"Ini kamar lo, istirahat yang cukup, habis itu keluar keliling juga boleh" ucap nya mengelus surai nya lembut
"Yaudah abang sana pergi" usir nya mendorong Kara keluar dari kamar nya
"Dasar adik kurang ajar!" kesal nya berucap diambang pintu
"Biarin, gw mah bodo amat!" sahut nya menutup pintu lalu mengunci nya, ia menatap sekeliling kamar nya yang terlihat elegan
Nuansa yang cocok di pengelihatan nya membuat ia nyaman berlama lama didalam nanti nya.
Eza berjalan menuju balkon kamar nya pintu nya tertutup dengan gorden, karena penasaran dengan pemandangan nya ia pun membukanya lebar lebar lalu membuka pintu nya setengah.
Pandangan nya fokus pada satu objek yang paling menonjol, rumah pohon berdiri ditengah tengah halaman membuat mata nya berbinar.
Ia melirik kesamping kanan dan kiri, ternyata terdapat balkon balkon lain yang ia rasa itu milik abang abang nya di tambah satu balkon mungkin milik daddy nya.
Eza melihat kebawah balkon yang ternyata ada sebuah tangga kecil. "Oh ternyata kaca pembatas bisa dibuka, pantesan ada tangga" ujar nya keluar lalu menuruni tangga kecil itu cepat
Ia dengan santai berjalan menghampiri rumah pohon itu, rasa penasaran nya tak bisa dibendung lagi ada apa sebenernya yang ada didalam rumah pohon itu.
Eza mulai menaiki tangga yang menjulang keatas. "Siapa sih yang buat rumah pohon ini?" monolog nya heran
Satu demi persatu ia menginjak tangga kayu yang terbuat murni dari tubuh batang pohon itu sendiri.
Pandangan nya menatap sekeliling dengan pelan, ternyata rumah pohon ini menyimpan banyak kenangan sebuah keluarga yang harmonis.
Terlihat banyak poto poto dimasa lalu yang terpajang di dinding rumah pohon. Eza menatap fokus pada satu poto yang berisi dirinya, orang tua nya dan keempat abang nya, foto ini sama seperti foto yang ia simpan namun keberadaan ada di rumah Dazeen.
Eza menatap langit sore yang indah, dibalik rumah pohon ternyata menampilkan sebuah pantai dengan hamparan pasir putih, hanya perlu beberapa langkah untuk menginjakkan kaki nya di sana.
"Andai ada Dava disini, pasti setiap sore dia ngajak liat sunset tenggelam bareng gw" ujar nya menatap sendu
"Ngapain disini?" tanya seseorang mengagetkan nya
"Ck! abang ngagetin aja deh!" decak nya menatap Kara sebal
"Lah orang gw bilang nya kalem" ucap Kara tanpa rasa bersalah
"Ngapain jadinya?" heran Kara berdiri disamping Eza
"Nggak apa apa, tadi cuma penasaran aja, makanya kesini" jawab nya jujur
"Yaudah" sahut nya ikut memandangi hamparan laut itu
"Yang buat rumah pohon ini siapa bang?" tanya nya penasaran
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENZA [END]
Fiksi Remaja"Aku kira hari-hariku akan terasa bahagia setelah aku menyelesaikannya. Namun, untuk tersenyum saja rasanya sangat berat untuk ku lakukan. Air mata terus menerus menghujani pipi ku. Tangan ku enggan menghapusnya. Biarkan lah setiap tetesannya menjad...