38. Duka Alenza

104 24 1
                                    

"Dad, mereka bakalan nggak kenapa napa kan?" tanya Karel dengan tatapan sendu menatap Nio

"Mereka pasti baik baik aja, mereka berdua kan kuat" jawab Areksa mengambil tubuh Karel lalu memeluk nya

"Kalian tunggu disini, daddy coba hubungi yang bersangkutan dengan Dava" ujar nya memisahkan diri dari mereka

Dengan tangan bergetar Nio menekan tombol hijau itu. "Dava pasti selamat, kabar itu palsu!" yakin nya terus merapal kan doa

Tut..

Tut..

"Halo, ini siapa?" tanya dari sana bingung

"Saya keluarga dari Dava, dimana dia? saya ingin berbicara dengan nya" jawab Nio masih berpikir positif

"Maaf, untuk nakhoda kapal yang bernama Dava dinyatakan hilang dalam korban tabrakan kedua kapal di laut tadi malam.." ucap nya pelan ikut berduka

"Tolong temukan anak saya, bawa dia dengan keadaan selamat!" tekan Nio berucap tajam

"Kami tidak bisa memastikan korban selamat dalam kecelakaan mengerikan ini, kedua kapal saling bertabrakan hingga meledak" sahut nya menghembuskan nafas nya panjang

"Bagaimana bisa kedua kapal bertabrakan?!" tanya Nio tak habis pikir

"Diduga ada kesalahan komunikasi dari kedua belah pihak pak, jadi untuk info lebih lanjut bisa ditunggu" ucap dari sana yang terdengar suara bising orang orang ramai

"Baiklah, saya tutup terlebih dahulu telpon nya, saya sedang mengurus para korban yang beberapa ada yang sudah ditemukan" pamit nya mematikan telpon nya langsung

Nio menatap nanar hp nya, pikirannya berkecamuk memikirkan nasib Dava, ia kehabisan kata kata.

Ia kembali menghampiri anak anak nya yang dengan sabar menunggu dokter keluar dari dalam ruangan.

"Gimana dad?" tanya Gasya berdiri mendekat kepadanya

Nio menggeleng kan kepala nya pelan. "Dava ternyata dinyatakan hilang dalam kecelakaan ini" jawab nya menatap Gasya dalam

Karel menengadahkan wajahnya keatas, mencegah air mata nya untuk menetes. "Kemungkinan kecil untuk Dava bisa selamat.." sahut Kara menundukkan kepalanya

"Kita berdoa saja semoga Tuhan melindunginya" sambung Areksa mendapat anggukan setuju dari mereka

Beberapa jam setelah menunggu, akhirnya dokter keluar dengan wajah lesu, ia menghembuskan nafasnya berat sambil menatap mereka sayu.

"Bagaimana dok, anak dan bayi nya selamat kan?!" tanya Nio berharap lebih

"Syukur anak anda bisa selamat" ucap dokter menjawab membuat mereka mengembangkan senyum nya bahagia

"Tapi mohon maaf sebesar besarnya, kami tidak bisa menyelamatkan bayi yang ada didalam kandungan anak anda.." sambung nya melunturkan senyum mereka semua

"Kenapa bisa dokter!?" tanya Karel menatap tajam wanita itu

"Masalah plasenta.." jawab nya ikut bersedih

"Kalian bisa lihat bayi nya" ucap nya mempersilahkan masuk

Mereka masuk dengan langkah lesu, kaki nya lemas seakan tak ingin diajak berjalan, hal yang pertama kali mereka lihat adalah Ve yang terbaring lemah masih dalam keadaan terbius.

Suster membawa bayi perempuan yang ada di gendongan nya kepada mereka, Nio mengambil alih gendongan tersebut dengan hati hati.

Hati mereka tercelos melihat bayi tak bernyawa yang ada di gendongan Nio, perawakan yang sempurna bagi bayi yang baru lahir ini, kulit seputih susu dengan hidung mancung nya.

Ive dengan perlahan membuka mata nya, pandangan nya yang awal nya buram, normal kembali.

"Daddy.." panggil nya melihat keluarga nya tengah berkumpul dengan menggendong bayi mungil di tangan nya

Nio membawa bayi ini kepada ibu nya, sementara Ve dengan sigap mengambil bayi nya dengan hati hati.

Senyum bahagia terpancar dari wajah nya, kesedihan tentang Dava seakan hilang dari ingatan nya. "Aleva Sanjaya" ucap nya menimang anak nya pelan

Mereka tertegun dengan nama itu, marga Sanjaya tercantum indah dibelakang nama bayi cantik itu.

"Anak gw wajah nya mirip Dava.." ujar nya masih mengembangkan senyum nya manis

"Iya Ve lo bener" sahut Karel meneteskan air mata nya sedih

"Tadi dia udah bangun?" tanya nya menatap mereka sayu

Areksa menggeleng pelan mengalihkan pandangan kearah lain, ia tak kuat dengan tatapan yang diberikan Ive.

Dokter masuk kedalam untuk memeriksa keadaan pasien nya. "Dokter, apa boleh saya menyusui nya?" tanya Ive membuat nya membeku, menatap Ve dalam

Ia bingung harus menjawab apa sekarang, tapi mau bagaimana lagi, ini adalah takdir yang tak bisa diubah manusia.

"Anak ibu sudah meninggal"

Deg!

Dengan gerakan cepat Ive langsung menatap anak nya intens, ia meletakan satu jari nya didepan hidung bayi nya.

Bagikan dihantam batu besar, hati nya seakan hancur berkeping keping tak tersisa. "Lelucon murahan!" sarkas nya tak ingin menerima kenyataan

"Dibayar berapa kalian buat kasih gw omong kosong!?" bentak nya menatap mereka tajam

"Maaf, tapi ini kenyataannya" jawab dokter itu tak ingin menatap mata Ve yang memancarkan kesedihan terdalam

"Ve kamu sab-"

"Kalian percaya sama omongan dokter itu?! tega kalian sama gw!" sentak nya menunjukan sorot kecewa didalam matanya

"Anak gw masih hidup! anak gw sehat sehat! kalian harus percaya sama gw!" tegas nya ingin meyakinkan mereka semua

"Liat wajah Eva, dia hidup! dia senyum sama gw!" teriak nya mulai histeris

"Kedaliin emosi Ve.." ujar Kara menatap sendu adik nya

"Gimana gw nggak emosi! anak gw dibilang mati sama dia! gw nggak terima! jelas jelas anak gw masih hidup!!" bentak nya menatap wajah anak nya sendu

"Eva sayang, hiks hiks.. bangun.. mommy pengen buktiin sama mereka kalo kamu hidup.." ujar nya berucap lembut diiringi air mata yang mengalir di pipi nya

Sedangkan mereka tak sanggup melihat pemandangan menyedihkan didepan nya. "Ibu harus terima kenyataan" ujar dokter itu berucap sedih

"Tuhan, mengapa engkau ingin memisahkan seorang ibu dengan anak nya.."

"Mengapa engkau rebut kebahagiaan seorang ibu.."

"Mengapa bukan nyawa ku saja yang kau ambil? mengapa harus anak ku.."

"Sebegitu bencinya kah engkau kepada ku hingga tak ingin memberikan setitik kebahagiaan kepada ku Tuhan..?"

"Salah anak ku apa Tuhan..? kenapa engkau mengambil nya dari ku..?"

"Tak pantaskah aku menjadi seorang ibu? belum pantaskah aku untuk memiliki seorang anak!"

"Tukar saja nyawa ku dengan nya! akan ku terima takdir ini!" jerit nya dengan tangis pilu membuat mereka yang mendengar ikut meneteskan air mata nya

"Aku hanya ingin anak ku kembali.." lirih nya memeluk sayang bayi yang sudah tak bernyawa di gendongan nya

"Maafkan mommy.. mommy gagal menjadi seorang ibu.." gumam nya terus menciumi wajah anak nya

Mereka memeluk Ive bersama, memberikan kekuatan untuk nya, menyalurkan ketenangan yang mereka punya.

"Kenapa Tuhan tak ingin melihat ku bahagia..?" tanya nya dengan air mata yang terus mengalir deras

"Akan ada saatnya kamu bahagia.." sahut Nio memeluk anaknya erat

"Kapan saat itu datang? jika aku sudah mati menyusul anak ku?, hiks hiks.." tangis nya sesenggukan

"Bersabarlah"

ALENZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang