Bulan demi bulan berlalu begitu cepat membuat usia kandungan Ive memasuki 8 bulan, ia semakin di kekang dan aktivitas nya dibatasi oleh keluarga nya.
Sedangkan sang empu serasa ingin mati karena tak tahan dengan sikap mereka yang berlebihan kepadanya.
Jika ia melakukan hal sedikit saja, pasti dengan suara lantang mereka akan mengatakan 'Lo itu hamil! jangan lakuin itu!' terus saja begitu hingga perut nya membesar.
"Bang plis dong jangan giniin gw! gw juga pengen lakuin sesuatu sedikit, masa gw harus berdiam diri nggak ngapa-ngapain sama sekali selama hamil!" melas nya menatap mohon kepada mereka
"Lo itu hamil! jangan lakuin ini!" tegas Karel menatap nya tajam
"Gw tau kalo gw lagi hamil! tapi nggak gini juga! masa pegang sapu doang nggak boleh!" sentak nya kesal
"Nanti lo kecapean gimana hah!" bentak Areksa iku ikut
"Astaga pegang sapu doang!" lelah nya tak habis pikir
"Sama aja!" sahut mereka berucap kompak
"Bang, buat bumil stres nggak boleh loh.." ujar nya pelan membuat mereka langsung mengehentikan aktivitas yang tengah dilakukan
Mereka berjalan mendekat menghampiri Ive yang tengah duduk anteng menatap mereka.
"Lo stres dek?" tanya hati hati Karel sambil menatap Ive was was
Sementara Ve yang melihat gelagat mereka yang terlihat khawatir pun tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Gw stres bang.. gw juga pengen lakuin sesuatu kayak kalian, cuma sebentar masa nggak boleh, nggak bikin kecapean juga" ujar nya dengan tatapan sendu agar membuat mereka mau menuruti nya kali ini
"Maaf kalo kita bener bener buat lo nggak nyaman.. tapi kita nggak mau lo kenapa napa begitu juga dengan debay" ucap Karel merasa bersalah
"Makanya kasih gw kerjaan kecil yang bikin gw ngeluarin keringat sedikit" sahut nya mengelus perut besarnya dengan gerakan memutar
"Yaudah lo nyapu aja nih, tapi cuma lima menit aja ya" serah Areksa memberikan sapu kepada Ive yang tengah tersenyum senang
"Lima menit mana bisa keluar keringat!" sinis nya memicingkan matanya tajam
"Yang penting kan gerak" elak Karel tak mau mengalah
"Yaudah iya deh.." pasrah nya langsung menyapu lantai dengan hati hati
"Ale.." panggil seseorang membuat nya membeku ditempat
Ia menjatuhkan sapu nya ketika melihat sesosok tubuh tegap berdiri tak jauh dari nya sambil tersenyum manis mengarah padanya.
"Dava.." lirih nya menatap tak percaya
Sedangkan Karel dan Areksa hanya tersenyum ketika Ive yang terlihat terkejut dengan keberadaan seseorang yang selalu ia sebut saat ia berada di pantai, pagi maupun sore nama itu tak pernah ketinggalan ia ucapkan bersamaan dengan terbitnya matahari begitupun saat matahari terbenam.
Dava melangkahkan kaki nya lebar menghampiri Ive yang tengah mematung memandanginya.
Grep!
Pelukan hangat menyambar tubuh Ve, bagaikan didalam mimpi, Ive masih tak percaya apa yang ia lihat sekarang.
"Lo Dava?" tanya nya masih dalam pelukan Dava
Dava melepaskan pelukannya yang tak disambut oleh Ive, ia tekekeh melihat wajah bingung dari istrinya.
"Bukan, gw suami lo" jawab nya dengan senyuman tipis menatap dalam mata Ive
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENZA [END]
Teen Fiction"Aku kira hari-hariku akan terasa bahagia setelah aku menyelesaikannya. Namun, untuk tersenyum saja rasanya sangat berat untuk ku lakukan. Air mata terus menerus menghujani pipi ku. Tangan ku enggan menghapusnya. Biarkan lah setiap tetesannya menjad...