Alenza menahan tawanya agar tak menyembur keluar mendengar penuturan gadis itu. "Ha-ha-ha, this is so funny, girl!" tawa Eza tak bisa di bendung lagi akhirnya pecah menahan lucu saat melihat wajah merah padam milik gadis itu, rupanya tengah menahan malu.
Mereka yang melihat pun seakan terhipnotis dengan senyum manis dan tawa riang milik Eza yang jarang terlihat di mata mereka, bahkan tidak sama sekali.
Alenza mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong plastik belanjanya. "Nih, tadi gue beli 2, ambil satu buat lo pakai!" Ucapnya memberikan bungkus itu kepadanya.
Gadis itu berkedip beberapa kali, ia seakan tak sadar apa yang sedang terjadi. Matanya menatap Alenza asing. "Thanks?" Cicitnya berucap ragu. Alenza sendiri merespons nya dengan anggukan kepala kecil darinya.
"Oh ya, masalah udah selesai, gue pergi dulu, bye!" tinggalnya berjalan menjauh dari mereka yang masih menatap keheranan.
Mereka terus memperhatikan gadis cantik itu, ada sesuatu yang aneh dan asing dari sikap sang empu yang berbeda dari sebelumnya, seperti dia baru saja di lahirkan kembali ke dunia dengan sikap yang baru.
"Dia siapa, bang?" tanya Vira ingin tahu sembari naik ke atas motor Tio, duduk di belakang.
Tio menggeleng. "Nggak perlu tau, dia nggak sepenting itu buat kita," ujarnya memberitahu. Vira sama sekali tak puas dengan jawaban tak masuk akal dari saudaranya, sepertinya dia tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
"Tio, kita duluan ke markas!" seru sahabat-sahabatnya mendahului dirinya, arah jalan mereka berbeda karena tujuannya sekarang mengantarkan Adiknya pulang ke rumah terlebih dahulu, lalu ia akan menyusul ke markas.
Vira menaruh dagunya di bahu Tio, matanya melirik mata sang empu dari samping. "Lo bisa jujur nggak tentang cewek itu yang sebenernya, ke gue?, lagian dia udah mau bantuin gue tadi." sungutnya berujar meminta kebenaran.
Tio menghela napasnya kasar, Vira memang sangat keras kepala, apalagi jika keinginannya tidak terpenuhi, ia akan berisik keras untuk mendapatkan apa yang dia mau. "Dia Adiknya Reno-Riko, puas sekarang?!" jawabnya memberitahu.
Vira mengembangkan senyumnya manis, tak menyangka gadis yang ia temui memiliki hubungan darah dengan kedua anak kembar itu. "Serius?, bukannya Ciara itu Adik mereka satu-satu nya?" tanyanya sedikit bingung.
Tio fokus mengendarai motornya, malas sekali menjelaskan apa yang terjadi tentang keluarga penuh masalah itu kepada Adiknya. "Apa susahnya lo tinggal anggukin kepala paham, tanpa ada pertanyaan?!" kesal Tio membalas.
Sedangkan Vira mengambil dagunya menjauh dari bahu Tio, ia juga ikut merasa kesal karena mendengar keluh kesah Abangnya. "Apa salahnya sih, lagian gue juga penasaran kali!" sarkasnya menyahut.
"Tapi boleh dong, gue temenan sama dia?" tanyanya ingin mendapatkan izin dari Tio.
Dengan tegas Tio menggeleng tak setuju, ia takkan membiarkan Vira terpengaruh dan bergaul dengan Naraya yang sudah ia pandangan dengan tatapan keburukan. "Nggak sama sekali! Lo harus jauh-jauh dari dia, dia itu cewek murahan yang jual diri ke klub-klub!" ucapnya mencoba meyakinkan Vira.
Senyuman tipis terangkat dari bibir Vira, ia sangat tidak percaya dengan penuturan sang empu, mana mungkin gadis sebaik itu menjadi seorang wanita malam, itu sama sekali tidak bisa di terima oleh akal sehatnya. "Yah, kalo lo mau bohong jangan terlalu gampang di tebak dong! Mana bisa gue percaya sama mulut lo, itu!"

KAMU SEDANG MEMBACA
ALENZA [END]
Fiksi Remaja"Aku kira hari-hariku akan terasa bahagia setelah aku menyelesaikannya. Namun, untuk tersenyum saja rasanya sangat berat untuk ku lakukan. Air mata terus menerus menghujani pipi ku. Tangan ku enggan menghapusnya. Biarkan lah setiap tetesannya menjad...