Eight.

1.7K 77 4
                                    

Selamat Membaca~

.

.

.

"Udah gausah nangis Juan, bukan salah mu" ujar Naren sembari menepuk nepuk punggung Juan

Ya, ini karena ulahnya tadi yang tidak bisa mengontrol feromone dan hasratnya. Dan disini lah ia menangis sesenggukan di pelukan Naren. Ia bahkan tak sanggup untuk melihat ke mata Naren karena merasa bersalah.

"Maafin aku"

"Iyaa aku maafin Juan"

"Jangan marah hiks"

"Gak marah, udah ya nangis nya?"

"Ung"

Setelah tenang, Naren merasakan bahwa pelukannya semakin erat bahkan tubuhnya sudah melengkung ke depan. Ia lalu mengelus rambut Juan dan menatapnya dari atas.

"Kenapa Juan?" tanya Naren

"Pengen peluk aja"

"Kamu belum mandi loh, sana mandi dulu" ujar Naren

Juan menggelengkan kepala nya dengan cepat. Bahkan ia sepertinya tidak ingin melepaskan pelukannya dari tubuh Naren. Naren yang melihatnya menahan gemas sendiri.

"Mandi ya? nanti biar gak kedinginan" ujar Naren

"Tapi kamu jangan pergi" ujar Juan sembari menatap ke wajah Naren

"Iya gak pergi" jawab Naren

"Janji?"

"Janji"

Setelah itu Juan mengangkat tubuh Naren dan menidurkannya diatas kasur. Barulah ia beranjak menuju ke kamar mandi untuk mandi dan berganti pakaian. Tak butuh waktu lama untuk mandi, ia hanya membutuhkan 10 menit saja.

"Ju-Juan kenapa gak pake baju" ujar Naren

"Kenapa?" tanya Juan kebingungan

"Bukannya ini normal?" tanya Juan

"I-iya tapi" ujar Naren terjeda

Juan mendekat ke arahnya dan melihat wajah Naren yang sudah memerah. Bahkan pipinya juga memerah. Juan yang melihatnya menjadi gemas karena ia tau bahwa Naren saat ini sedang malu.

"Gausah malu, kamu juga harus terbiasa lihat aku kayak gini" ujar Juan

Dan akhirnya Juan pergi ke tempat penyimpanan baju nya dan berganti baju santai di sana. Setelah selesai ia kembali menemui Naren dan duduk di sampingnya. Sepertinya orang tua nya belum juga pulang.

"Kamu mau pulang kapan? biar aku anter" ujar Juan

"Sekarang aja, aku belum mandi" ujar Naren

"Yaudah ayok turun ke bawah"

Naren mengangguk lalu mengambil tas sekolahnya dan pergi turun ke bawah. Sesampainya di bawah, Juan langsung pergi ke garasi, sedangkan Naren ia menunggu di depan pintu garasi.

"Pake ini, kamu nanti kedinginan" ujar Juan sembari menyerahkan jaketnya

Naren pun menerimanya dan memakai nya. Setelah itu barulah ia naik ke motor milik Juan dan memeluknya dari belakang. Juan yang diperlakukan seperti itu pun tersenyum dibalik helm nya.

"Aku jalan ya?" ujar Juan

Naren mengangguk dan Juan langsung menarik gas nya lalu berjalan menuju rumah Naren. Di sepanjang perjalanan Naren dan Juan sama sama diam. Mereka tidak canggung, hanya saja sedang dalam perasaan senang.

It's Mine | ABO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang