Twelve.

1.3K 66 1
                                    

Selamat Membaca..

.

.

.

.

"Jadi?"

"Regan mau tanggung jawab" ujar Regan dengan penuh percaya diri

"Baiklah, tapi ayah gak mau buat kalian cepet cepet nikah atau tunangan dahulu, ayah mau kalian PDKT dulu baru kita bahas kelanjutannya"

"Regan paham yah"

"Revan..?"

"Iya saya tante"

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya sang mama dengan tersenyum lembut

Revan mengangguk dan mengikuti mama Regan menuju ke taman hotel tersebut. Setelahnya ia duduk menghadap sang calon mama mertua (?) entahlah Revan masih bingung menyebut wanita dihadapan ini dengan sebutan apa. Mungkin Tante?.

"Ada apa tante?"

"Kamu tau kan kalo Regan itu gak pernah main main sama ucapannya" ujar sang mama

"Iya tante"

"Panggil mama aja, gak nyaman didengernya"

"I-iya m-mama"

"Nahh, mama tau kamu itu sahabatnya Naren, jadi mama percaya kalo kamu itu orang nya baik"

"Kamu belum pernah denger dari Naren ya?"

"Denger apa ma?"

"Kalo Regan itu sebenarnya cuman suka ke satu orang saja, dan itu dari dia SMP"

"Kamu mungkin gak inget, cuman Regan itu orang yang pernah nolongin kamu dulu"

Revan yang mendengarnya mencoba mengingat ingat kejadian yang ia alami selama masa SMP nya. Dan ia baru ingat jika dahulu ada anak yang menyelamatkan nya dari pembully yang biasanya membully nya.

"Dan Regan masih ingat betul kalo itu kamu"

"Jadi, mama tolong, kamu terima cintanya Regan ya?"

"Revan usahain ma" ujar Revan

Kita kembali kepada sepasang kekasih yang menikah kemarin siang. Saat ini mereka berdua tengah berduaan bersama diatas balkon. Dan Naren sudah mengenakan pakaian yang normal, tidak seperti pada malam tadi.

"Aaaa" ujar Juan sembari membuka mulutnya

"Gak mau" ujar Naren

"Minta satu aja sayang"

"Gak mauu" ujar Naren dengan manja nya

Posisi mereka saat ini adalah Naren yang tengah di pangku Juan dan bersandar pada dada nya. Juan hanya terkekeh gemas ketika melihat Naren yang sangat tidak ingin membagi makanan kesukaannya.

"Masih sakit?" tanya Juan

"Apanya?" tanya Naren polos

"Lubang kamu Na" ujar Juan pelan sembari berbisik

Naren yang mendengarnya menghentikan aktifitasnya dan menunduk. Ia bukan menangis tetapi menahan malu nya, karena saat ini pipinya sudah memanas seperti kepiting rebus.

"Juannn" rengek Naren

Juan hanya bisa terkekeh melihat Naren yang malu. Setelah itu ia memeluk Naren dan bersandar pada bahu istrinya tersebut. Ia sangat mengantuk karena angin yang sejuk di sore hari yang sangat cocok untuk tidur.

"Ayo pulang" ujar Juan

"Kamu belum beres beres" ujar Naren

"Nanti kan ada pembantu nyaa"

It's Mine | ABO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang