Crimson obsession

120 56 22
                                    

"Terdapat pesona yang begitu kuat hingga kehadirannya terasa seperti cahaya yang tak pernah redup dalam pikiran seseorang."

-Enigma of Damaged Love -

"Dia terlihat sangat cantik, saat tubuhnya mulai mendingin. Wajahnya mulai memucat, dengan darah nya yang mengering."

-Sang pengendali-

***

Wanita itu merintih kesakitan, merasakan setiap sayatan pisau yang menusuk punggungnya seperti menyayat jiwanya. Darah merah mengalir deras, mengotori lantai yang kini menjadi saksi bisu dari kekejaman yang terjadi di ruangan itu.

Suaranya gemetar, teriakan kesakitan yang terhenti tiba-tiba oleh tindakan keji yang mengakhiri kehidupannya secara brutal. Matanya yang pernah penuh harapan kini terpejam, tak lagi mampu menyaksikan kegelapan yang merayap perlahan.


Pisau tersebut menjadi saksi bisu dari dendam yang terpendam dalam hati yang dipenuhi kebencian. Dendam yang mengalir dalam darah, menggerogoti hati yang pernah penuh dengan cinta dan kebaikan. Namun, kini hanya tinggal rasa sakit dan kehampaan yang menggantikan segala kenangan manis yang pernah ada.

Darah sudah berceceran di mana-mana, tubuh kurus itu banyak luka membiru dan darah mengering. Bayangan kegelapan yang mengintai dari sudut ruangan, menyaksikan kejadian tragis yang terjadi tanpa ampun.

Dan dalam keheningan itu, suara langkah kaki yang perlahan mendekat, menandakan kehadiran seseorang yang akan menjadi pelaksana dari dendam yang terpatri dalam setiap sayatan pisau yang menusuk punggung wanita malang itu.

"Ucapkan kata-kata terakhirmu, sayang..." Pria itu menggelapkan pisau tajam berlumur darah, pada dagu wanita itu.

Dengan mata yang ditutup oleh sebuah kain, dia berucap lirih. "Tidak! Bunuh saja aku ... Bunuh!" Berteriak seakan tak berguna baginya, meminta tolong hanya angan-angan.

"Bilang kau mencintaiku, dan akan menjadi milikku selamanya!" seru pria itu, dengan rahang yang mengeras.

Ananda menggelengkan kepalanya kuat, "Tidak akan pernah! Aku hanya mencintai Wiliam, selamanya. Kau dengar? Selamanya!" teriak Ananda, meski matanya tertutup, tapi ia pastikan pria itu masih mendengarkan ucapannya.

Sebuah tamparan keras melayang di pipi Ananda, rasa perih begitu menjalar. Kulit nya beberapa kali merembes mengeluarkan darah. Setiap anggota tubuhnya, terganti dengan darah nya yang terus menerus keluar.

"Aku benci mendengar itu, sayang... Lihatlah, jika mulutmu berbicara seperti itu lagi, maka ... dia akan berakhir!" Terdengar suara-suara anak buah pria itu melangkah, merapat seorang pria yang tampak lemah tak berdaya,

"A-apa... ini maksudnya?" Dalam pandangan gelap itu, Ananda menerka-nerka apa maksud ucapan pria itu.

Tapi, suara dingin dia terdengar kembali, "Kembalikan dia ke tempat nya." titah pria itu, dan segeralah anak-anak buahnya membawa pria itu kembali.

"Bilang aku mencintaimu, atau kau ingin nyawa mu berakhir detik ini?" tawar pria itu, dengan membukakan kain yang menutup mata Ananda.

Terlihat dengan jelas, mata Ananda sembab, wanita itu terlalu banyak menangis dalam setiap detiknya. Mulutnya seolah busuk, untuk mengatakan satu kata saja.

Enigma of Damaged Love (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang