Sunyi yang menyiksa

83 20 3
                                    

"Siapapun bisa berpotensi menghancurkan kita. Hidup itu tempatnya sandiwara. Ada banyak ribuan topeng terpasang di dekat kita. Cukup menjadi diri sendiri, dan jangan percaya siapapun."

-Enigma of Damaged Love-

***

"Gue harus cari pekerjaan sampingan. Gue harus bisa bertahan hidup," gumam gadis itu.

Tiap embusan angin malam terasa seperti belitan kesedihan yang semakin mengikatnya, membuatnya tak mampu bernapas dengan lega. Gadis itu tengah melamun di meja belajarnya. Memikirkan banyak cara supaya bisa mendapat uang.

"Uang, uang, di mana ya, gue harus cari mereka?" keluh nya.

[Zara]

[Zar, ada lowongan kerja gak? Gue mau kerja part time.]


Unknown

Malam gadis manis? Apa kau merindukan ibumu? Apa menyenangkan menerima kesalahan dari ibumu? Aku selalu memantau kalian para bocah ingusan. Sayang sekali, kalian tidak menemukan pelaku asli pembunuhan itu. Aku tidak akan pernah berhenti mengganggu kalian, sampai nyawa dibayar dengan nyawa.

Ini belum berakhir? Dan kemarin Reiga pasti sengaja dijebak juga. Lalu, salah satu anggota Osis itu?

"Ternyata dimanipulasi ...." geram Shanza, dengan wajah penuh amarah. Kedua bahunya merosot lemah dengan tangan yang diam-diam mencengkeram kuat.

Saat emosinya terpendam, suara tawa seseorang terdengar. Tawa kejahatan itu begitu menggema di ruang tamunya. Gadis itu berjalan dengan langkah tanpa bersuara. Tangannya membuka knop pintu secara perlahan. Memperlihatkan sebuah lubang kecil.

Rahang Shanza menganga lebar, saat apa yang dilihatnya itu. Seseorang yang memakai topeng jenis Phantom Visage. Persis dengan seseorang yang Shanza lihat saat ia terhukum di perpustakaan terlarang.

"Gak mungkin, ternyata dia ...." Shanza menutup pintu nya kembali, berusaha tak mengeluarkan suara. Tubuhnya kembali merosot lemah, jantungnya juga berdebar sangat kencang. Keringat sebiji jagung mulai bertetesan di pelipisnya.

"Jadi, kebaikannya selama ini, ada udang dibalik batu?" gumam nya yang masih tak percaya.

***

"Rei, tolong cek, gue masih panas gak?" pinta Dean, sambil menunjuk pada sebuah kain yang menempel di dahi nya.

Reiga dengan ragu-ragu menurut saja. Menghampiri Dean yang masih berbaring di ranjangnya. Telapak tangan lelaki itu baru saja menempel. Langsung saja, geplakan keras dari tangan mulus Dean mendarat di pipi itu.

"Aduh! Kenapa lo tampar gue?!" Reiga melotot dengan wajah tak  percaya. Dia mengusap-usap pipinya yang terasa panas. Terlihat dengan jelas, nafas Dean menjadi memburu. Tatapan nya juga berubah menjadi tajam.

Puk

Sebuah bantal mendarat kembali pada wajah Reiga. Hampir saja lelaki itu terjungkal akan bantal yang dilempar kuat itu.

"Gue udah ngira lo pengkhianat! Tapi, ternyata lo cuman dijebak!" kesal Dean. Kembali melayangkan bantal tidurnya itu pada Reiga. Berkali-kali Reiga meringis. Tapi baginya itu hiburan, dan dia juga membalasnya kembali.

Enigma of Damaged Love (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang